Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Minggu Tgl 24 Januari 2021 ; Yunus 3 : 1-10

Invocatio  : “Sebab inilah Kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintahNya. Perintah-perintahNya itu tidak berat” 1 Yohanes 5:3

Bacaan       : Markus 1:14-20

Kotbah        : Yunus 3:1-10

Thema        : Kemurahan Tuhan memberikan kehidupan

PENGANTAR

Yunus adalah seorang nabi yang melawan/membelot dari apa yang diperintahkan Tuhan, sehingga butuh beberapa hari baginya berada di perut ikan untuk kembali merenungkan tentang apa yang Tuhan perintahkan. Sedangkan bangsa Niniwe adalah bangsa yang melakukan apa yang jahat dimata Tuhan dan hukuman bagi mereka sedang Tuhan persiapkan. Murid-Murid yang pertama hanyalah penjala ikan, namun mereka dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang lebih besar.Tema kita adalah “Kemurahan Tuhan memberikan kehidupan”. Kita akan belajar dari Firman Tuhan hari ini tentang bagaimana kemurahan Tuhan yang memberikan Kehidupan bagi Yunus untuk melakukan kembali apa yang Tuhan perintahkan dan bagi bangsa Niniwe untuk berbalik ke jalan Tuhan atau hidup dalam pertobatan, serta bagaimana murid-murid merespon panggilan Tuhan. Danmari kita renungkan bagaimana pula kita merespon kemurahan Tuhan yang telah memberikan kita kehidupan.

ISI

Yunus 3:1-10

Ayat 1-5 :Kesempatan meskipun telah melakukan kesalahan.  Pasal ini merupakan lanjutan dari kisah setelah Yunus keluar dari perut ikan, datanglah Firman Tuhan kepada Yunus untuk kedua kalinya untuk pergi ke Niniwe menyerukan apa yang Tuhan Firmankan (ay.1-2). Respon Yunus kali ini berbeda dari apa yang telah ia lakukan pada pasal 1, jika pada pasal 1, setelah mendengar Firman Tuhan ia bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan (Yun.1:3), tapi kini ia pergi ke Niniwe sesuai dengan Firman Allah (ay. 3). Setelah Yunus keluar dari perut ikan, ia memakai kesempatan untuk melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Ia masuk ke kota yang besar itu, berjalan berhari-hari dan menyerukan “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan”(ay.4-5). Meskipun Yunus sudah melakukan kesalahan dengan membelot/membangkang dari apa yang Tuhan telah perintahkan, tapi dia masih diberi kesempatan untuk kembali melanjutkan pelayanan.

Ayat 6-9 :Bertobat karena diingatkan. Setelah mendengar apa yang diserukan Yunus sesuai yang Tuhan Firmankan, orang Niniwe percaya kepada Tuhan, mereka mengumumkan puasa, baik orang dewasa maupun anak-anak mengenakan kain kabung tanda mereka berduka cita. Bahkan setelah Raja mendengar kabar itu, dia pun turun dari singgasananya, ditanggalkankannya jubahnya dan diselubungkannya kain kabung lalu diapun duduk di abu. Atas perintah raja “manusia dan ternak, lembu sapid an kambing domba tidak boleh makan apa-apa”. Semuanya, baik manusia dan ternak harus berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta masing-masing harus berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Dengan harapan Tuhan akan berpaling dari murkaNya yang menyala-nyala dan mereka tidak binasa. Ini adalah sebuah gerakan pertobatan besar dari sebuah bangsa. Kesadaran akan dosa membuat mereka berdukacita, dan seruan kepada Tuhan menjadi permohonan mereka, serta berbalik dari tingkah laku yang jahat menjadi sebuah respon yang nyata dari kesadaran dan seruan mereka.

Ayat 10 :Kemurahan Tuhan lebih besar dari kemarahanNya. Ketika Tuhan  melihat perbuatan mereka, yakn bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, Tuhan tidak jadi melakukan hukuman yang telah IA rancangkan. Bukan berarti Tuhan tidak konsisten dengan apa yang Dia telah tetapkan, tapi disinilah terlihat kemurahan Tuhan, bahwa selalu ada kesempatan dalam setiap pertobatan.

Markus 1:14-20 menceritakan tentang permulaan Yesus datang ke Galilea untuk memberitakan Injil dan memanggil murid-muridNya. Secara khusus ayat 14-20, mengkisahkan bagaimana Yesus memanggil murid-MuridNya yang pertama, Simon, Andreas, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes.Mereka adalah penjala ikan, yang dipanggil untuk menjadi penjala manusia.Sebuah kehidupan dengan status yang baru yang Tuhan berikan bagi mereka, dan mereka meresponnya dengan meninggalkan pekerjaan dan kehidupan mereka yang lama dan mengikut Dia.

REFLEKSI

Kemurahan Tuhan memberikan kita kehidupan, namun kehidupan seperti apakah yang kerap kali kita jalankan?.Dari bahan kita hari ini kita bisa melihat 3 tipe dalam merespon kemurahan Tuhan.

·         Yunus, yang dulunya ingin lari dari apa yang Tuhan perintahkan, namun setelah mendapatkan kemurahan Tuhan, selamat dari perut ikan, akhirnya dia kembali melakukan apa yang Tuhan perintahkan.

·         Bangsa Niniwe, yang dulunya melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, namun begitu mereka diingatkan/masih diberi kesempatan, mereka langsung berbalik dari segala kejahatan, dan menerima pengampunan dari Tuhan.

·         Murid-murid yang pertama, begitu Tuhan memanggil mereka, mereka langsung mengikutiNya?

Bagaimana dengan kita?apakah kita tipe orang yang dihukum dulu baru melakukan perintah Tuhan? atau cukup hanya diingatkan? Atau langsung melakukan? Jika kita mengasihi Allah, yang telah memberikan diriNya bagi kita, tentu kita akan melakukan perintahNya, bukan karena paksaan, bukan karena terbeban, bukan karean takut hukuman, tapi dengan sukarela dan sukacita, seperti halnya yang dikatakan dalam invocatio “sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintahNya, perintah-perintahNya itu tidak berat”. Orang yang mengasihi Tuhan, yang sudah merasakan kemurahan Tuhan, akan melakukan perintah Tuhan dengan kerelaan.

Pdt.Evlida br Ginting

Rg.Klender

Minggu tgl 17 Januari 2021 ; Yohanes 1 : 43 - 51

Invocatio    : Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain (2 Timotius 2:2)

Ogen           : Masmur 139:1-12

Kotbah       : Johanes 1:43-51

Tema          : Anak Allah, Raja Israel (Tuhan Mengenal Kita)

[Anak Dibata, Raja Israel (Tuhan Nandai Kita)]

1.     Pengantar

Epifani berasal dari bahasa Yunani: “epiphaneia,” yang artinya penampakan, pengejawantahan atau perwujudnyataan. Minggu Epifani dirayakan oleh gereja untuk memperingati penampakan Tuhan kepada manusia, di mana Firman menjadi manusia, atau manifestasi Yesus Kristus terhadap dunia. Yesus menampakkan diri kepada manusia untuk membawa pembaruan hidup. Melalui kelahiran, baptisan, pelayanan-Nya manusia dibawa untuk mengenal Allah dan kebenaran-Nya. Bukan hanya untuk orang-orang Yahudi, tapi untuk seluruh bangsa. Pada masa perayaan Epifani ini, umumnya Gereja mengangkatkan tema tentang pembaptisan Yesus dan karya mujizat pertama Yesus mengubah air menjadi anggur di pesta pernikahan Kana. Kedua momen ini juga dianggap sebagai momen dimana kemuliaan Kristus dinyatakan pada dunia.

Dengan demikian, Epifani merupakan suatu perayaan yang memperlihatkan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan bahwa Yesus Kristus adalah manifestasi kehadiran Allah (theofani) di tengah-tengah kehidupan manusia dan seisi dunia ini. Di dalam diri Yesus Kristus, Tuhan telah menyatakan kuasaNya supaya manusia percaya kepada Tuhan.

2.     Pembahasan

Injil Yohanes menceritakan tentang kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus. Yesus Kristus disebut sebagai “Firman” yang menjadi seorang manusia (Yohanes 1:14) sehingga orang dapat melihat seperti apa Allah. Dalam Injil Yohanes ini, Yohanes menggambarkan banyak mujizat (tanda-tanda) seperti air menjadi anggur (Yohanes 2:1-11), meredakan angin ribut di danau, memberi makan orang banyak yang kelaparan, menyembuhkan yang sakit dan membangkitkan orang mati. Hal ini memperlihatkan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan IA sedang melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah, yaitu menganugerahkan kehidupan baru bagi semua orang. Hal ini disampaikan supaya semua orang percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh keselamatan.

Dalam Yohanes 1:43-51 diceritakan bahwa, setelah Yesus memanggil Andreas dan Simon Petrus untuk mengikut Dia, keesokan harinya Yesus melanjutkan perjalanan pelayananNya ke Galilea.Yesus adalah seorang yang sangat giat bekerja, ia tidak pernah melewatkan satu hari pun untuk memanggil orang-orang yang mau mengikut Dia. Tentu hal ini menjadi teladan juga bagi kita untuk tidak boleh melewatkan satu haripun untuk melakukan pekerjaan bagi Allah.  Di Galilea, Yesus bertemu dengan dengan Filipus. Filipus berasal dari Betsaida, demikian pula halnya dengan Andreas dan Petrus (ayat 44). Betsaida merupakan daerah yang umumnya dihuni oleh kaum nelayan. Dari sanalah Kristus memilih murid-muridNya. Kemudian Yesus berkata kepada Filipus  “Ikutlah Aku”. Filipus dipanggil langsung oleh Kristus sendiri, tidak seperti Andreas, yang dibawa kepada Kristus oleh Yohanes, atau Petrus, yang diajak oleh saudaranya. Mengikut Kristus merupakan panggilan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Sebagai seorang pengikut Kristus maka kita mengabdikan diri kepada perkataan dan perbuatanNya, mengikuti segala tindakanNya serta melangkahkan jejak kaki diatas jalan kebenaranNya.

Selanjutnya, Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya : “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Hal ini memperlihatkan kepada kita bahwa Filipus tidak bisa berdiam diri saja setelah ia mengikut Yesus. Ia penuh dengan semangat menceritakan tentang Yesus kepada Natanael, sehingga ia mengatakan bahwa “kami telah menemukanNya” padahal sebenarnya Yesuslah yang telah secara langsung menemui dia dan memanggilnya untuk mengikut Dia. Siapakah sebenarnya Natanael ini ? Nama Natanael ini muncul hanya di dalam Yohanes 1:45-51; 21:2. Dia adalah seorang dari dua belas murid Yesus. Ia adalah Bartolomeus. Bartolomeus adalah nama keluarganya.

Kepada Natanael, Filipus mengatakan bahwa Yesus, anak Yusuf dari Nasaret. Hal ini mengundang  tanya dari Natanael, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nasaret?”  Natanael meragukan bahwa Mesias datang dari Nazaret. Untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh Natanael itu, Filipus membawanya langsung kepada Yesus. Ketika bertemu Yesus, apa yang terjadi ?Yesus melihat Natanael datang kepadaNya, lalu berkata tentang dia: “Inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya” (ay. 47). Kalimat ini menyampaikan tentang pujian yang disampaikan oleh Yesus kepada Natanael bahwa Natanael adalah seorang Israel yang sejati dan tidak ada kepalsuan di dalam dirinya. Tentu saja pujian yang disampaikan Yesus kepadanya mengundang tanya dari diri Natanael :“Bagaimana Engkau mengenal aku?” (ay. 48). Yesus mengatakan kepada Natanael bahwa IA telah melihatnya dibawah pohon ara. Sungguh hal ini memperlihatkan kuasa Yesus sebagai Anak Allah yang Mahakuasa (omnipotent), Mahahadir (omni present)  dan Mahatahu (omniscience) keberadaan manusia di dunia ini. Yesus sungguh-sungguh mengenal Natanael. Seperti juga yang disampaikan oleh pemasmur Daud dalam Masmur 139:1-12 yang sungguh-sungguh menyaksikan kepada kita tentang Allah Mahakuasa (omnipotent), Allah Mahahadir (omnipresent) dan Allah Mahatahu (omniscience). Pemasmur Daud mengatakan bahwa Tuhan mengetahui apa saja yang diperbuat pemasmur, entah ia duduk atau berdiri, berjalan atau berbaring. Sungguh hal ini membawa pemasmur takjub akan Allah. Ia kagum akan Allah. Pemasmur juga menyatakan tentang kemahahadiran Allah. Sehingga pemasmur tidak dapat lari dari Allah.

Kata “dibawah pohon ara”  menandakan keheningan dan ketenangan roh, yang sangat membantu bersekutu dengan Allah (Mikha 4:4; Zakharia 3:10). Natanael dalam hal ini adalah seorang Israel yang sejati, sama seperti orang Israel yang bergumul dengan Allah seorang diri (Kejadian 32:24), dan berdoa tidak seperti orang munafik di ujung-ujung jalan. Natanel memperoleh iman yang sepenuhnya dalam Yesus Kristus, yang diungkapkannya dalam pengakuan “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel”. Natanael hendak mengatakan bahwa Engkaulah Mesias yang sesungguhnya.

Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel”. Pengakuan Natanael ini menyampaikan kepada kita bahwa :

Pertama : Natanael mengakui Yesus sebagai seorang nabi, dengan memanggilnya sebagai Rabi. Rabi merupakan gelar yang biasa diberikan orang-orang Yahudi kepada guru mereka, Kristus adalah Rabi yang agung.

Kedua :Natanael mengakui misi dan hakikat ilahiNya dengan memanggilnya Anak Allah. Meskipun Kristus hanya nampak dalam rupa dan wajah manusia, namun dengan mempunyai pengetahuan tentang hati dan keberadaan manusia, dan tentang hal-hal yang tersembunyi. Nathanael sadar kalau Kristus bukan manusia biasa melainkan Anak Allah. Meskipun waktu Kristus datang ke dalam dunia sebagai manusia ada keterbatasan karena IA membatasi diri-Nya sendiri, Ia tetap adalah Allah sehingga Kristus bisa mengenal pribadi Nathanael. Dari hal inilah Natanael menyimpulkan bahwa Dia adalah Anak Allah. Dalam Yohanes 1:12-14 bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diutus Allah ke dalam dunia untuk menyelamatkan umatnya dari dosa (Yohanes 3:16-17). Yesus melakukan pekerjaan Allah di dalam dunia (Yoh. 10:34-36) dan Dia bersatu dengan Allah (17:1,22).

Ketiga :Natanael mengakui tentang Yesus sebagai : “Engkau Raja orang Israel”. Raja orang Israel yang telah lama dinanti-nantikan untuk membebaskan mereka dari perbudakan Roma. Kristus menyatakan diri-Nya bahwa Ia adalah Raja Israel yang bukan untuk membebaskan Israel dari penjajahan Roma tetapi akan membebasan Israel dan setiap orang yang percaya kepada-Nya dari perbudakan dosa; perbudakan yang lebih besar kuasanya dari kerajaan Roma dan yang menguasai akan setiap manusia. Keberadaan sebagai seorang Raja Israel, akhirnya membawa Yesus ke atas salib mati untuk menebus dosa manusia. Ketika Pilatus berusaha membebaskan Yesus, pemimpin-pemimpin agama bangsa Yahudi berkata kepada Pilatus: “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” (Yoh 19:12). Jadi memang Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Raja meskipun tidak secara eksplisit. Namun, Ia menyatakan hal itu secara nyata melalui hidupnya. Misalnya, ketika akhirnya Yesus diolok-olok dan diberi mahkota duri para tentara itu menyembah dan berkata “salam, hai Raja orang Yahudi.” (Yoh 19:3). Ketika Yesus dipaku di atas kayu salib, pemimpin-pemimpin Israel juga mengolok-olok Dia berkata “Ia Raja Israel ? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.” (Mat 27:42). Ini adalah ironi dari salib: Yesus Kristus yang diolok-olok sebagai raja sesungguhnya Dialah Raja diatas segala raja. Dialah Raja Israel yang mati menebus dosa kita.

Selanjutnya di ayat 50-51 kita dapat melihat bagaimana Yesus mengungkapkan kekagumannya kepada iman Natanael dengan menyampaikan kepada Natanael bahwa sesuau yang lebih besar akan dilihatnya, yaitu mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Kristus juga kebangkitanNya. Lalu apa arti perkataan Kristus ketika Ia berkata: “sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yohanes 1:51) ? Peristiwa ini menunjuk kepada peristiwa di Bethel dimana Yakub bermimpi dan ia melihat tangga yang ujungnya sampai ke langit dan malaikat turun naik di tangga itu (Kejadian 28:12); disitu Tuhan berjanji kepada Yakub bahwa tanah tempat ia berbaring akan diberikan kepadanya dan Tuhan menyatakan penyertaan-Nya kepada Yakub. Ketika Yakub bangun, ia menyebut tanah itu sebagai Bethel yang artinya rumah Tuhan. Kalau kita membandingkan perikop ini dengan perkataan Yesus di Yohanes 1:51, maka malaikat turun naik bukan kepada tangga tetapi kepada Anak Manusia. Hal ini berarti bahwa Yesuslah pengantara antara surga dan bumi. Jadi di Yoh 1:51, Kristus mau menyatakan kepada Nathanael bahwa suatu saat ia akan mengerti bahwa tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui-Nya  dan Ia adalah satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).

3.     Aplikasi

“Anak Allah, Raja Israel” demikianlah tema kotbah Minggu ini, yang menceritakan kepada kita bahwa Yesus adalah Anak Allah, Yesus adalah Raja Israel. Dia telah memperlihatkan kuasaNya kepada manusia melalui berbagai mujizat yang telah dilakukanNya. Dan sebagai seorang Raja, Dia telah menyelamatkan manusia dari dosa melalui karya kematianNya di atas kayu salib. Dia juga adalah Allah yang mengenal setiap orang yang percaya kepadaNya.

Sebagai seorang yang percaya kepadaNya, kita mengikut Dia, Sang Anak Allah, Raja Israel. Tentu saja sebagai seorang pengikut Kristus, kita :

1.    Mempergunakan setiap hari kehidupan kita untuk melakukan pekerjaan bagi Allah.

2.    Tetap setia mengikut Yesus.

3.    Menyaksikan tentang Yesus bagi banyak orang. Seperti yang di sampaikan dalam invocatio :Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain (2 Timotius 2:2)

4.    Tidak pernah meragukan kuasaNya dalam kehidupan kita karena ia adalah Allah Mahakuasa (omnipotent), Allah Mahahadir (omnipresent) dan Allah Mahatahu (omniscience) akan seluruh kehidupan kita manusia. Dia sungguh-sungguh mengenal kita manusia. 

5.    Bertobat dari dosa-dosa kita karena Yesus, Sang Raja Israel telah menebus dosa kita melalui kematianNya di salib.

Pdt. Crismori Veronika Br Ginting, S.Pd, M.Th

GBKP Sitelusada 

Minggu tgl 10 Januari 2021 ; Mazmur 29 : 1-11

Invocatio  :“Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali” (Matius 8:26)

Bacaan     : Markus 1:4-11

Khotbah   : Mazmur 29 : 1-11

Tema       : Pujilah Kemuliaan dan Kuasa Tuhan (Pujilah Kemulian Ras Kuasa Tuhan)

1.   Secara sederhana Ephiphanias berarti “penampakan diri”, dimana Allah menampakkan diri-Nya dengan tujuan supaya manusia mampu mengenal Allah dengan benar/ “membuat nyata/jelas.”. Umumnya Gereja Protestan merayakannya sebagai hari penampakan kemuliaan Yesus setelah dibaptis (Mat. 3:17 “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."). Seperti yang kita ketahui bahwa ada dua jenis penyataan Allah, yaitu penyataan umum (alam semesta dan karya-karya-Nya dalam sejarah) serta penyataan khusus (firman yang hidup yaitu Yesus Kristus dan firman yang tertulis yaitu Alkitab). Maka Mazmur ini menampilkan siapa Allah lewat penyataan umum-Nya.  Dan dalam mazmur ini penekanan pada kebesaran-Nya diangkat dengan kuasa dan keagungan TUHAN yang diwahyukan dalam badai petir, dan penekanan pada rahmat-Nya ditemukan dalam pernyataan bahwa Ia memberikan kuasa dan perdamaian kepada umatnya.

2.   Mazmur ini termasuk dalam kumpulan mizmor le Dawid (mazmur Daud) yang diperdengarkan pada puncak hari-hari raya Pondok Daun, serta dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:

-         Ay. 1-2    : seruan memuji

-         Ay. 3-9b  : pokok puji-pujian; kedahsyatan Tuhan dalam badai

-         Ay. 9c-11 : penutup; pujian kepada Tuhan sebagai Raja dan berkat atas umat-Nya.

Mazmur ini jelas mau menyaksikan di antara bangsa-bangsa lain yang memiliki dewa-dewanya masing-masing bahwa Tuhan adalah Raja yang berkuasa, bukan dewa/ilah mereka. Kebiasaan bangsa lain juga menyembah dan memuji dewa/ ilah mereka melalui syair-syair nyanyian yang isinya menyatakan bahwa ilah mereka tersebut adalah penguasa alam semesta. Tetapi umat Israel memperuntukkan kepada Tuhan puji-pujian yang diciptakan untuk para dewa tersebut. Unsur-unsur yang sesuai dengan sifat khas Tuhan dipertahankan, sedangkan unsur-unsur cerita dewa/ilah dihilangkan. Ada banyak kesamaan naskah-naskah bangsa-bangsa Timur Tengah kuno dengan nats ini, maka tidak dapat disangkah bahwa puji-pujian kepada para dewa bangsa-bangsa lain diambil alih dan diperuntukkan kepada Tuhan. Sama halnya dengan orang Kristen saat ini yang mengagungkan Tuhan dengan menggunakan unsur-unsur kebudayaan setempat (upaya berteologi kontekstual). Mazmur ini membesarkan pernyataan diri Tuhan dalam badai dengan suara guntur yang dahsyat, Tuhan dipuji sebagai Raja atas alam semesta dan Allah umat-Nya.

Perlu kita ketahui bahwa Mazmur ini benar-benar berisikan pujian kepada Tuhan, tidak ada elemen lain selain daripada pujian. (The passage is entirely praise; there is no request at all. Allen P. Ross ) Mazmur ini sangat menekankan penggunaan kata YHWH. Pemazmur mengulangi nama TUHAN delapan belas kali dan menggunakan frase "suara TUHAN" tujuh kali. Di dalam Keluaran 6:2 “Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.” Allah Israel menyatakan diri-Nya kepada Musa dengan sebutan YHWH, yang sebelumnya Dia memperkenalkan diri sebagai Ehyeh asyer Eheyeh (Ind. AKU ADALAH AKU, Karo AKU TETAP AKU). Itu berarti nama yang digunakan oleh Daud dalam Mazmur ini adalah nama yang dulu diperkenalkan oleh Allah kepada Musa dan nama itu bukan nama serapan seperti nama “EL” yang juga dipakai juga oleh bangsa-bangsa asing, tetapi dengan YHWH yang hanya dikaitkan dengan Israel saja. Dengan menggunakan nama YHWH dalam nats ini, pemazmur menegaskan bahwa Allah yang dia puji tersebut BERBEDA dengan ilah-ilah lain. Lagi pula, melalui kata Ehyeh asyer Eheyeh, Allah sedang mengatakan bahwa Dia ada karena ada (haya: ada) berarti keberadaan-Nya tidak bergantung kepada keberadaan lain, bahkan Dia merupakan sumber segala yang ada. Artinya melalui nama yang digunakan oleh pemazmur ini, dia sedang menyatakan kesiapaan Allah yang dia puji tersebut. Sehingga, dengan Pemakaian kata Yahwe, pemazmur begitu cermat mengakui Yahweh sebagai satu-satunya Allah sejati yang seharusnya dimuliakan dan perlu kita sadari bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam jika kemuliaan-Nya dipermainkan, seperti pada zaman nabi Yesaya.

Yesaya 42:8 “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.”

3.   Ay. 1-2. Undangan untuk memuji Tuhan bukan hanya kepada manusia, tetapi termasuk juga “penghuni surgawi”. Hal ini menunjukkan bahwa para penghuni surgawi (Ibr.b’ney Elim/ Karo si nasa nggeluh i surga) harus memuliakan nama Tuhan. Diawali dengan pengakuan bahwa Tuhanlah Pencipta seluruh alam semesta yang berkuasa atas seluruh makhluk ciptaan-Nya, termasuk para penghuni surga. Memuliakan Allah dengan mengakui akan kesiaapan Allah.

4.   ay. 3-9b. Tuhan menyatakan diri-Nya melalui suara-Nya. Gambaran kehadiran suara Tuhan melalui bunyi guntur juga merupakan hal yang asing di antara bangsa-bangsa sekitar Israel. Suara guntur atau gemuruh dipahami sebagai kuasa Tuhan menyelamatkan umat-Nya (1 Sam. 7:10), gambaran penghakiman bangsa-bangsa (Yes. 30:30-31; Mzm. 46:7; Ams. 1:2), dan menyatakan kuasa-Nya (Mzm. 68:34). Tetapi, umumnya suara Tuhan dalam guntur hanya merupakan persiapan sebelum firman-Nya kedengaran.

Suara Tuhan bergemuruh di air besar.  Barangkali bukan samudera raya di bumi yang dimaksudkan, melainkan lautan yang di atas cakrawala, dimana turun hujan, sesuai dengan bayangan kuno. Dari atas datang suara guntur yang megah (Ayb. 37:4), penuh kekuatan, yakni mampu bertindak, penuh semarak, suara gemuruh yang memancarkan api, karena halilintar tampak sebagai percikan api (bdk. Mzm. 19:9; 97:3-4).

Dari utara, dari gunung Libanon, angin badai bertiup ke selatan. Mula-mula pohon aras yang tumbuh meninggi (Yes. 2:13), subur dan kuat (bdk. Mzm. 92:13; 104:6) dipatahkannya, kemudian gunung Libanon dan Syrion yakni gunung Hermon di timur laut Galilea dengan namanya dalam bahasa Fenisia dan Ugarit, melompat sebagai hewan muda (bdk. Mzm. 114:4), bergoyah menghadapi Tuhan (bdk. Hak. 5:5; Mzm. 97:5), karena mengenal Dia sebagai Pencipta (bdk. Mzm. 104:8; Yes. 45:23). Setelah itu angin ribut menerpa padang gurun Kadesy, di timur laut Sinai. Alam gemetar ketakutan di bawah suara gemuruh dan binatang pun melahirkan anaknya sebelum waktunya karena takut.

Suara Allah menggetarkan alam, hutan dengan pohon-pohonnya, gunung dan gurun, serta margasatwa. Manusia serta kota-kota dan daerah pertaniannya tidak disebut. Apakah bagian yang berkenan dengan mereka telah hilang ataukah begitu berlainan cara Israel melihat hubungan antara Tuhan dan umat-Nya dan cara bangsa-bangsa lain mengartikan hubungan Baal dengan manusia sehingga pokok tersebut dikesampingkan dengan senyata? Jawaban yang pasti tidak ada.

Suara Allah juga bisa memberikan kegentaran dan hormat maka “setiap orang berseru” “hormat/ pemuliaken Dibata” (Ibr.kabod / kemuliaan). Setiap orang bisa saja malaikat di sorga dan seluruh umat yang mengagungkan Dia di bumi. Tuhan dimuliakan sebagai Raja untuk selama-lamanya. Sebagai Khalik, Ia bersemayam di atas air bah karena Dialah yang empunya laut dan membentuk darat (Mzm. 95:3-5).

Apa yang mau diungkapkan Pemazmur ini adalah Tuhan hadir dan bertindak di dalam alam semesta ini. Kita didorong untuk melihat Tuhan lewat karya-Nya yang agung yaitu semesta  ini.

5.   Kehadiran Tuhan dilambangkan dengan kehadiran suara-Nya. Suara itu merupakan bagian kecil dari seluruh keberadaan-Nya. Suara itu tidak terlihat oleh mata manusia, namun dampak kehadiran-Nya sangatlah dahsyat. Kedahsyatan kekuatan Tuhan tersebut dinyatakan dengan kemampuan-Nya menggoncangkan unsur-unsur alam semesta yaitu pohon, gunung, padang gurun, hutan dan seluruh penghuninya. Dan perlu kita renungkan kecermatan pemazmur ini bahwa dia sedang menegaskan bahwa Tuhan tidak hanya berkuasa di wilayah Israel saja tetapi juga menyeluruh. Hal ini dapat kita temukan ketika pemazmur menggunakan nama-nama daerah yang bukan merupakan daerah orang Israel seperti “pohon aras Libanon” (ay. 5), “gunung Siryon” (ay. 6), dan padang gurun Kadesh (ay. 8) yang bukan merupakan wilayah Israel.

Pemazmur melacak pergerakan badai saat badai itu melintasi Lebanon dan Suriah ke utara, wilayah Kanaan yang mana wilayah utara itu dewa badai adalah dewa Baal (Hadad), tetapi bagi pemazmur itu bukanlah suara Baal yang menyebabkan badai, tetapi suara Yahweh, Tuhan Israel.

6.   Memuliakan Tuhan dengan mendengar suara-Nya. Apa yang Daud katakan dalam Mazmur 29, bahwa tidaklah mungkin memuliakan Allah jika suara-Nya kita abaikan. Tanpa mau rela dan tunduk mendengar suara-Nya mustahil kita memuliakan-Nya. Sama seperti ketika seorang anak tidak mau mendengarkan suara/ nasehat orangtuanya, maka anak tersebut tidak bisa dikatakan sebagai anak yang menghormati orangtuanya. Karena, suara tidak lepas dari indetitas seseorang.

7.   Melihat Tuhan lewat badai. Badai bagi pemazmur bukan kejadian alam yang alami semata. Tetapi fenomena tersebut juga bisa dilihat sebagai cara Allah menyatakan diri. Menyatakan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Sekalipun bagi sebagian orang gemuruh topan badai merupakan fenomena alam semata namun bagi Daud gemuruh itu adalah suara TUHAN. Suara Tuhan itu ada di atas air yang besar, penuh semarak, mematahkan pohon aras libanon, membuat gunung gemetar, gunung menyemburkan api, padang gurun gemetar dan berbagai fenomena alam lainnya (ayat 3-10). Itulah sebabnya ia mengajak semua penghuni sorgawi dan tentu pula penghuni dunia ini menghormati Dia. Memberi kemuliaan dan sujud menyembah kepada-Nya saja (ayat 1-2). Bukan malah menjadikan ciptaan-ciptaan Tuhan yang ada menjadi ilah-ilah.

8.   Ay. 11 memang benar bahwa Tuhan dapat mengatur alam dengan kekuatan-Nya dan mungkin mengakibatkan ketakutan, tetapi umat-Nya yakin dan percaya bahwa Ia akan menggunakan kuasa-Nya itu untuk memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera (Syalom). Atas dasar keyakinan dan pandangan seperti itu, pemazmur menyatakan sebuah harapan dan iman akan Allah. Maka ia berdoa agar Tuhan kiranya memberi daya kekuatan kepada umatNya. Tidak hanya itu, ia juga meminta agar Tuhan memberkati umatNya dengan damai sejahtera.

9.   Bahasa yang dipakai oleh Pemazmur ini banyak menggunakan metafor seperti seorang seniman menggambar sesuatu objek. Namun satu hal harus juga dikemukakan bahwa Tuhan itu menguasai semuanya. Tuhan yang mengatur semuanya sehingga tampak seperti itu, biarpun terasa aneh dan ajaib. Menegaskan bahwa kuasa Allah yang meraja di atas segala-galanya. Dengan demikian, alam semesta mungkin tampak ganas dan mengerikan, tetapi tidak bisa sewenang-wenang juga karena ia hanya menjadi sedemikian dahsyatnya karena Tuhan. Dengan kata lain, mazmur ini dengan satu dan lain cara menggaungkan pujian kepada Tuhan sebagai penguasa dan raja alam semesta.

10.       Kekuasaan Allah yang kekal terlihat dari karya-Nya, sejak dunia diciptakan. Semua bangsa menyadari itu, itulah sebabnya umat Allah mengambil alih dari bangsa-bangsa sekitarnya puji-pujian kepada Allah yang menyatakan diri dengan dahsyat dalam alam semesta yang hanya dapat disambut dengan penuh hormat, kagum, dan ketakutan. Allah yang digambarkan sebagai sosok luar biasa, apapun yang ada di dunia untuk menggambarkan Allah tidak ada yang dapat menyamai-Nya.

11.       Memuliakan Tuhan dengan rela dan sukacita. Pembukaan ay. Kedua ada kata habu yang berasal dari kata yahab yang artinya “berikanlah/ letakkanlah”, menunjukkan sebuah kemungkinan bahwa ada juga penghuni surga yang tidak rela memuliakan Tuhan. Hal ini juga mungkin terjadi dalam hidup kita, ketika kita tidak rela kemuliaan hanya milik Tuhan, tetapi kemuliaan juga menjadi bagian kita manusia ini. Sering sekali, dalam pekerjaan atau dalam pelayanan bukan nama Tuhan dipermuliakan tetapi nama seseorang.

12.       Hanya Tuhan alamat pujian sejati, tidak ada yang lain. Mazmur ini dimulai dengan sebuah penegasan pengakuan bahwa hanya Allah saja yang berhak atas puji-pujian dan hormat dan kuasa. Hal itu tidak hanya diserukan kepada para penghuni bumi saja, melainkan juga kepada para penghuni surga. Mereka semua diajak oleh pemazmur agar mempersembahkan segala pujian dan hormat dan penyembahan kepada Allah. Ia meminta seluruh isi surga dan bumi agar bersujud kepada Tuhan dengan sikap yang kudus. Sehingga, seharusnya pengenalan kita akan Allah sejalan dengan hormat dan pujian kita kepada-Nya. Tidak ada ilah lain yang kita puji dan sembah selain dari Allah yang benar tersebut.

13.       Tuhan adalah Raja atas semesta ini, tetapi apakah Dia sudah menjadi Raja dalam hidup kita? Dalam mazmur 29 ini, pemazmur benar-benar mengungkapkan kuasa dan keagungan Tuhan. Ia menyaksikan bahwa Tuhan berkuasa atas air bah yang pada dasarnya ditakuti oleh manusia. Bahkan, ia juga mengatakan bahwa Tuhan adalah Raja untuk selama-lamanya (kekal). Tetapi, apakah Tuhan sudah menjadi Raja dalam seluruh kehidupan kita; Ia berkuasa dan mengatur segala sesuatu dalam hidup kita? Atau, temporal? Kita menjadikan Tuhan sebagai Raja hanya saat kita beribadah, namun tidak dalam hidup sehari-hari.

Memuliakan Allah tidak sekedar kagum. Karena puji-pujian lewat aksi ataupun tindakan jauh lebih efektif dan bermakna dibanding dengan sekedar kata-kata belaka.

"Baik manusia maupun malaikat tidak dapat menganugerahkan sesuatu apa pun kepada TUHAN, selain mereka harus mengakui kemuliaan dan kekuatan-Nya, dan menggambarkannya dalam nyanyian, hati dan sikap mereka." (C. Spurgeon)

Pdt. Dasma Turnip, S.Th

GBKP Palangkaraya

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate