Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Minggu 27 Desember 2020 ; Mazmur 148 : 1-14

Minggu Setelah Natal

(Warna Stola: Putih)

Invocatio     : “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36).

Bacaan        : Yesaya 61:10 - 62:3

Khotbah      : Mazmur 148:1-14 

Tema          : Langit dan bumi memuji Tuhan (Langit ras Doni Muji Tuhan)

I.      Pengantar

Proses penciptaan yang dilakukan oleh Allah memiliki maksud dan tujuan. Dalam proses penciptaan-Nya, Allah memberikan fungsi dan manfaat dari penciptaanNya.

1) Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ungkapan kemuliaan, kemegahan, dan kuasa-Nya. Daud mengatakan, "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya" (Mazm 19:2; bd. Mazm 8:2). Dengan memandang seluruh alam tercipta ini -- dari cakrawala mahaluas dari semesta tercipta hingga keindahan dan tatanan alam -- kita mau tidak mau kagum akan kebesaran Tuhan Allah, Pencipta kita.

2) Allah menciptakan langit dan bumi untuk menerima kembali kemuliaan dan hormat yang layak diterima-Nya. Semua unsur alam -- mis. matahari dan bulan, pohon-pohon di hutan, hujan dan salju, sungai dan anak sungai, bukit dan gunung, hewan dan burung -- menyerukan pujian kepada Allah yang menciptakan mereka (Mazm 98:7-8; 148:1-10Yes 55:12). Betapa Dia lebih menginginkan dan menantikan kemuliaan dan pujian manusia!

3) Allah menciptakan bumi supaya menyediakan sebuah tempat di mana maksud dan tujuan-Nya bagi umat manusia dapat digenapi.

(a) Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut rupa-Nya sendiri supaya manusia dapat mempunyai hubungan kasih pribadi secara abadi. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk tiga-unsur (tubuh, jiwa, roh), memiliki pikiran, perasaan dan kehendak agar dapat menanggapi-Nya dengan leluasa sebagai Tuhan dan menyembah serta melayani-Nya karena iman, kesetiaan, dan rasa syukur.

(b) Allah demikian menginginkan hubungan yang intim ini dengan umat manusia sehingga, ketika Iblis berhasil menggoda Adam dan Hawa untuk memberontak dan tidak menaati perintah-Nya, Allah berjanji akan mengutus seorang Juruselamat untuk menebus manusia dari dampak-dampak dosa. Dengan cara ini Allah bisa memiliki umat milik-Nya sendiri yang akan menikmati, memuliakan dan hidup di dalam kebenaran dan kekudusan dengan Dia (Yes 60:21; 61:1-3Ef 1:11-121Pet 2:9).

(c) Puncak dari maksud Allah dalam ciptaan tercatat di dalam kitab Wahyu di mana Yohanes melukiskan akhir sejarah dengan kata-kata ini, "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka" (Wahy 21:3).

II. Pendalaman Teks

Berbeda dengan Mazmur ini, Mazmur ini adalah sebuah pujian dan pengagungan terhadap Allah, Sang Pencipta. Bukan saja pujian pribadi namun juga sebuah ajakan kepada seluruh ciptaan baik yang bernafas maupun tidak, baik yang ada di surga, langit, bumi maupun yang di bawah bumi untuk memadukan puji-pujian bagi Allah. Pemazmur menyadari bahwa Tuhanlah Pencipta langit dan bumi, dan Dia layak menerima pujian dan penyembahan semua ciptaan. Tidak ada apapun dalam kolong langit yang tidak diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya hanya Allah sendirilah yang layak dipuji oleh seluruh ciptaanNya.

Sudahkah saudara menyembah dan memuji pribadi yang tepat untuk menerimaNya? Hari ini mungkin kita tidak menyembah gunung, kuburan, patung dan lain sebagainya, namun kadangkala manusia gagal melihat pemeliharaan Tuhan, sehingga bukan Tuhan yang dipuji tetapi para penyalur berkat Tuhan yang dipuji. Jika kita memuji dan mencoba menyenangkan mereka yang Tuhan pakai sebagai penyalur berkatNya, maka kita sedang menyembah dan memuji obyek yang salah. Hanya Allah sendiri yang layak mendapatkan puji-pujian umatNya.

Pemazmur sadar bahwa manusia tidak sendirian di semesta mahaluas ini. Ada banyak makhluk lain selain dirinya. Pemazmur juga sadar bahwa sebagai ciptaan, semua mempunyai kewajiban dasar untuk memuliakan Tuhan. Manusia tidak bisa sendirian memuji Tuhan. Hal itu harus dilakukan bersama oleh seluruh ciptaan. Sadar akan hal itu maka dalam mazmur 148 ini pemazmur mengajak seluruh alam, terwakili langit dan bumi, untuk memuliakan Tuhan. Itulah judul mazmur 148 ini: “Langit dan bumi, pujilah TUHAN.” Inilah mazmur Hallel ketiga. Mazmur ini terdiri atas 14 ayat. Untuk memahami dan menikmatinya, saya membagi Mazmur ini menjadi dua. Bagian I: ayat 1-7. Bagian II: ayat 8-14.

Pemazmur menyadari bahwa Tuhan bertahta di surga tinggi. Ia mengajak seluruh ciptaan untuk memuji Tuhan (ay 1). Pemazmur mengajak malaekat-Nya untuk memuji Tuhan. Disebutkan juga di sana bala tentara-Nya, yaitu benda-benda angkasa (matahari, bulan, bintang), semuanya diajak memuji Tuhan (ay 2). Benda langit itu diperjelas dalam ayat 3 sebab di sana secara khusus disebut benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang. Hal ini mengingatkan kita akan kidung Azarya dalam kitab Daniel. Juga mengingatkan kita akan puisi kosmis Fransiskus Asisi, Kidung Saudara Matahari. Dalam ayat 4, pemazmur mengajak langit yang mengatasi langit untuk memuji Allah. Saat penciptaan dulu, Allah memisahkan air yang di bawah dan air yang di atas. Nah, air yang di atas langit itu diajak pemazmur untuk turut dalam pujian alam semesta ini (ay 4). Pemazmur tidak sanggup menyebut satu persatu seluruh ciptaan. Karena itu ia mengajak semuanya untuk ikut dalam pujian kosmis ini (ay 5). Itu adalah kewajiban dasar seluruh makhluk sebab Tuhanlah yang menjadikan mereka, Tuhanlah yang menciptakan mereka sehingga mereka ada (ay 5). Mereka ada karena perintah-Nya, karena firman-Nya. Ayat 6 melukiskan bagaimana pada awal mula, dan itu juga menjadi alasan bagi pujian semesta ini, Allah membangun semuanya; hal itu berlaku untuk selamanya. Tuhan sudah menetapkan sebuah tata aturan bagi alam semesta ini yang tidak bisa dilanggar siapapun. Pelanggaran akan menimbulkan kekacauan ngeri (ay 6).

Setelah dalam bagian di atas tadi, pemazmur menengadahkan pandangan ke atas, ke angkasa raya, maka dalam bagian kedua (ay 7-14) mata pemazmur diarahkan ke bawah, ke bumi. Ciptaan di bumi ini harus ikut ambil bagian dalam pujian semesta. Secara khusus dalam ay 7 pemazmur mengajak ular naga dan segenap samudera raya. Karena di sini disebutkan samudera raya, maka ular naga yang dimaksudkan bukan ular naga biasa, melainkan ular naga penghuni dan penguasa palung laut kelam penuh misteri yang disebut Leviathan. Semua diajak ikut dalam kidung pujian kosmis ini. Pemazmur mengajak api, hujan es, salju, kabut, angin badai untuk ikut dalam pujian semesta ini. Yang menarik ialah bahwa pemazmur menyebut unsur-unsur ini sebagai pelaku firman Tuhan (ay 8).

Dalam ayat 9 pemazmur mengajak anasir alam seperti gunung, bukit, segala jenis pohon (buah-buahan dan pohon aras). Pemazmur juga mengajak binatang liar dan segala jenis hewan, binatang melata dan burung di udara (ay 10). Semuanya diajak memuji Tuhan. Dalam ayat 11-12 pemazmur mengajak manusia, baik penguasa dan pemerintah (raja, pembesar) maupun orang biasa dari segala umur (pemuda, pemudi, orang tua, orang muda). Semua diajak memuliakan Tuhan Allah, sebab hanya Nama Tuhan-lah yang mulia dan agung, yang sedemikian agung sehingga melampaui langit dan bumi (ay 13). Akhirnya dalam ayat 14 pemazmur khusus menyebut tindakan Tuhan bagi umat-Nya Israel. Tuhanlah yang menegakkan simbol-simbol kekuasaan dan kekuatan Israel (yaitu tanduk). Tindakan Tuhan seperti itu, menyebabkan umat kekasihNya memuliakan Dia. Tindakan itu mendatangkan sukacita dan selamat bagi Israel yang dikatakan dekat dengan Tuhan. Atas dasar semua itu, akhirnya mazmur ini, dipuncaki dengan pekik Halleluya juga. Pujilah Tuhan.

III.. Aplikasi

Melihat dari judul lagu yang dinyanyikan oleh Krisdayanti yaitu “Menghitung Hari” adalah hal yang tepat jika kita memposisikan diri kita di hari ini. Sepanjang tahun ini kita menghadapi situasi yang sulit untuk menghadapi Pandemi. Kekawatiran kesehatan, beban psikis, beban ekonomi menjadi tantangan kita. Bahkan kita kadang kala meragukan diri kita sendiri, apakah saya masih sehat? Dengan memuji Tuhan maka kita akan mengambil bagian dalam kemulian-Nya. Bernyanyi dapat memperbaiki pernafasan orang-orang yang mengalami gangguan paru dan membantu penderita demensia dalam mengatasi penyakitnya. Dalam dua dekade terakhir sejumlah peneliti telah berusaha menjabarkan mekanisme kejiwaan, fisik dan tingkah laku yang mengaitkan bernyanyi dengan kesehatan. Profesor Daisy Fancourt, dari University College London, mengatakan sejumlah perubahan terjadi di tubuh saat menyanyi, "Kegiatan ini di antaranya dapat mengurangi hormon stres seperti cortisol. Kami juga melihat perbedaan tingkat endorphin yang terkait dengan perasaan kita. Maka apa pun yang kita takutkan, kawatirkan maka kita harus bias memanajemen rasa tersebut dengan memuji Tuhan, salah satunya dengan bernyanyi.

Makalah tahun 2011 yang diterbitkan Canterbury Christ Church University, Inggris, menyebutkan bahwa "bernyanyi dapat membantu orang yang mengalami masalah jiwa dan fisik". Disaat kita masih diperhadapkan dengan masa New Normal di situasi pandemic ini, hal yang masih bias kita lakukan adalah memuji Tuhan. Ini menjadi kekuatan yang luar biasa bagi kita umat yang beriman. Tidak ada kekuatan yang melebihi dari kekuatan Tuhan, yang mampu memberkati umatNya (ay. 14).  Walaupun dimasa pandemic, kita masih bisa bersama-sama memuji Tuhan dengan kecanggihan teknologi.  Komposer dan konduktor pemenang Grammy Award, Eric Whitacre mengorganisir paduan suara maya seperti ini. Mereka bernyanyi dan mengunduh video mereka dari berbagai tempat. Kemudian hal ini disinkronkan dan disatukan ke dalam sebuah pertunjukan tunggal. Bahkan banyak hal yang mengikuti kegiatan ini, termasuk didalamnya Pendeta-pendeta GBKP.

Ketika kita memuji Tuhan dalam masa-masa sulit ini, percayalah bahwa hadirat Tuhan nyata ditengah-tengah kita. Mungkin perubahan tidak bisa kita lihat secara langsung atau segera, tapi percayalah bahwa hadirat Tuhan membuat perubahan dan mukjizat.

Pdt. Anton Keliat

GBKP Runggun Semarang

Khotbah Natal Umur Tgl 25 Desember 2020 ; Ibrani 1 : 1-4

Natal I: Perayaan Kelahiran Yesus

(Warna Stola: Putih)

Invocatio : Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah katanya: “Kemuliaan bagi  Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.” (Lukas 2:13-14)

Bacaan     : Mazmur 98:1-9 

Khotbah    : Ibrani 1:1-4       

Tema        : Anak Allah Pemilik Segala Sesuatu (Anak Dibata Simada Kerina Si Nasa Lit)

Pendahuluan

Setiap kali orang Kristen merayakan natal, akan selalu diperdengarkan Firman Tuhan tentang  damai sejahtera Allah, yang diberikanNya kepada dunia (manusia) dengan cuma-cuma. Damai sejahtera adalah rencana dan tujuan Allah yang tertinggi kepada manusia. Dengan natal yang di ingini Allah adalah umat yang berbahagia penuh suka cita dan damai sejahtera. Karena itulah berita sukacita itu disajpaikan para malaikat dan sejumlah bala tentara sorga kepada para gembala (gambaran orang yang terasing, miskin dan menderita) di padang yang sedang menjaga kawanan dombanya di malam hari. Berita damai sejahtera itu bukan mengubah status gembala menjadi lebih terhormat, ia tetap menjadi gembala tetapi ia memiliki suasana hati yang berbeda, yaitu merdeka dan bersuka cita. Jadi merayakan natal berarti memberi hati diperbaharui oleh damai sejahtera Allah untuk kedamaian dunia.

Pmbahasan Teks

Penulis kitab Ibrani menggambarkan untuk mewujudkan keselamatan manusia, Allah yang berinisiatif dan mengerjakannya terus menerus sampai tujuanNya tercapai.  Karya Allah sudah di mulai sejak jaman dahulu kala (jaman Perjanjian Lama); Allah berbicara kepada nenek moyang orang Israel  melalui perantaraan nabi-nabi, dilakukannya dengan berulang-ulang dan berbagai cara, namun belum membuahkan hasil yang  sesungguhnya. Para nabi telah memberitakan-menunjukkan jalan keselamatan, yaitu  Yesus Kristus, namun keberdosaan manusia menghalanginya memahami jalan itu. Manusia gagal mendapatkan keselamatannya.

Kemudian penulis kitab Ibrani menggabarkan tahapan ke dua kesungguhan Allah mengerjakan keselamata manusia; di zaman ahir (jaman Perjanjian Baru), Allah turun tangan, menggenapka apa yang di beritakan oleh para nabi. Yesus bukan pasif menanti tetapi Ia datang kepada dunia, kepada manusia. Peristiwa Yesus menghampiri manusia itu adalah peristiwa besar, agung dan mulia. Dari  teks kotbah Ibrani 1:1-4 ini  kami mencatat tujuh alasan  mengapa natal itu peristiwa besar, agung dan mulia:

1.     Yesus adalah pewaris, penguasa dan pemilik segala yang ada, Ia tidak pernah berkekurangan, dan sesungguhnya jika Ia tidak peduli kepada manusia tidak akan membuatNya menjadi miskin. Tetapi Ia adalah pemilik yang selalu menyayangi kepunyaanNya, karena itu Ia tidak mau ada yang hilang. (bd. Lukas 15:4 “Domba yang hilang”

2.    Yesus adalah pencipta alam semesta yang datang kepada ciptaanNya. Terlalu jauh perbedaan dan jarak kemuliaan antara pencipta dengan ciptaan, maka seharusnya ciptaanlah yang bekewajiban datang kepada penciptanya untuk memohonkan keselamatannya.

3.    Yesus adalah pantulan cahaya sinar kemuliaan Allah. Yesus adalah kehadiran kuasa Allah di tengah-tengah manusia yang menerobos kegelapan menjadi terang.

4.    Yesus adalah gambar wujud, karakter Allah. Kehadiran Yesus adalah kehadiran Allah, kehadiran yang tidak menakutkan tetapi menyenangkan, sebab Ia datang dalam kasih yang besar. (bd. Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah…”)

5.    Yesus datang dengan Firman yang berkuasa untuk menopang segala yang ada, sebab karena dosa segala yang ada meratap dan menderita. Kedatangan Yesus itu menjadi kebangkitan yang baru bagi semua ciptaan. (bd. Yesaya 42:3 “Buluh yang patah terkulai tidak akan di putuskannya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan di padamkannya) 

6.    Yesus datang kepada manusia ketika manusia itu tidak layak, kotor, penuh dosa dan disucikanNya. Pada saat manusia butuh pertolongan, tepat pada waktunya Yesus datang menyelamatkannya.

7.    Sesudah semuanya itu Yesus kembali kepada BapaNya dan duduk di kursi kemulianNya di sebelah kanan Yang Maha Besar. Yesus yang terbesar dari segala galanya, lebih tinggi dari para malaikat. Yesus menduduki kursi itu bukan sebagai hakim tetapi sebagai perantara bagi kita manusia untuk membela kita karena kasihNya.

Refleksi

Semua orang percaya di panggil bersorak sorai, bernyanyi menyanyikan nyanyian baru, nyanyian suka cita, bermazmur tentang keselamatan yang telah datang yang penuh keajiaban. Kegembiraan natal hendaknya mengajak dan mempengaruhi semua makhluk, alam dan segala ciptaan supaya ikut memuji Tuhan. (bd. Mazmur98:1-9-Bacaan)

Berbahagialah kita di hari natal ini, sebab Yesus telah mengerjakan keselamatan kita dan dunia. Ia adalah pencipta dan pemilik dunia yang tidak pernah meninggalkan ciptaanNya. Seperti kebahagianNya dimana Ia berada, Ia merindukan dan memperjuangkan supaya kita juga bersama-sama denganNya. Ia telah mengerjakannya dan menjadi jaminan keselamatan kita.

Kita berhari natal di tengah tengah situasi dunia yang diliputi penderitaan, berbagai ancaman dan hal-hal yang menakutkan. Namun tidak berarti keadaan itu dapat merampas kebahagiaan dan suka cita natal, sebab natal yang sesungguhnya sudah terjadi dulu pada saat Yesus datang menjadi juruselamat dunia. Kebahagiaan natal itu dapat kita rasakan apabila kita menyadari bahwa Yesus menyayangi kita dan meyakini bahwa kita telah diselamatkan untuk menerima kehidupan yang kekal.

Allah tidak menghendaki kita gagal untuk meraih damai sejahteraNya. Karena itu Ia tidak meyayangkan Yesus Kristus anakNya yang tunggal menjadi juruselamat manusia, supaya manusia dapat menikmati berkat berkatNya baik di dunia dan akan di genapi pada saat kedatangan Yesus yang ke dua kalinya.

Selamat Hari Natal!

                                                                   Pdt Ekwin Wesly Ginting

Ketua Klasis Bekasi-Denpasar

Khotbah Malam Natal Tgl 24 Desember 2020 ; Yesaya 9 : 1-6

 

Malam Natal

Invocatio    : “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1:21).

Bacaan         : Titus 2:11-15 

Khotbah        : Yesaya 9:1-6 

Thema          : Cahaya Yang Berkilau (Sinalsal Si Erkinar)

I.             Pendahuluan

Natal cuma sehari, paling lama seminggu. Pokoknya, tidak lebih dari sebulan. Tetapi roh Natal bertiup sepanjang tahun. Roh Natal itu berwujud kesukacitaan, kedamaian, dan kesahajaan. Ketika kidung malaikat selesai bergema, para gembala sudah kembali ke padang Efrata, orang majus sudah pulang ke negeri mereka, dan bintang Betlehem sudah sirna, ketika itulah roh Natal mulai berawal. Roh Natal itu menggerakkan kita untuk menyalakan cahaya, berbagi senyum bahagia, meneduhkan jiwa, menyembuhkan luka, melepaskan dahaga, membawa damai sejahtera, dan melagukan gita surga.

II.           Isi

Yesus adalah utusan tertinggi Allah dalam cerita Matius dan maksud silsilah yang merupakan awal cerita Matius adalah untuk mengembangkan pengakuan ini. Silsilah itu menegaskan pengawasan langsung Allah atas sejarah Israel dan melalui daftar nenek moyang Yesus, menyatakan awal sudut pandang evaluatif tentang jati diri Yesus. Dengan pemakaian ungkapan biblos geneseos (buku tentang asal-mula) dalam bagian pendahuluan silsilah (1:1), Matius memperdengarkan kembali bagian-bagian Alkitan, seperti Kejadian 2:4; 5:1. Bagian-bagian Alkitab ini merupakan pendahuluan terhadap daftar silsilah, dan silsilah-silsilah ini menyaksikan penguasaan Allah atas sejarah manusia (Kej. 2:4-4:26; 5:1-6:8). Selain pengamatan ini, petunjuk-petunjuk penafsiran ada dalam nats kunci 1:17. Dengan demikian, berita yang terkandung dalam silsilah ini menjadi jelas: seluruh sejarah Israel dibimbing Allah sedemikian rupa sehingga perjanjian-perjanjian dengan Abraham dan Raja Daud yang rupa-rupanya telah menjadi sia-sia dalam penawanan ke Babilonia, kini memperoleh penggenapannya dalam kedatangan keturunan Abraham dan Daud yaitu Mesias. Itulah sebabnya Yesus, seperti dikatakan Matius dalam 1:1, adalah “Kristus” (“Mesias”), “Anak Daud” dan “Anak Abraham”. Melalui rangkaian nama dan gelar yang ditempatkan di bagian kepala ceritanya, Matius menyuarakan tema mengenai “jati diri Yesus” dan menjadikan tiap-tiap gelar itu sebagai wahana untuk mengenalNya. Seperti ditunjukkan dalam 1:16, “Yesus” adalah nama pribadi pemeran utama dalam cerita Matius. Meskipun Yusuf adalah orang yang memberikan nama Yesus (1:25), namun ia lakukan itu atas perintah malaikat Tuhan (1:20). Karena itu, akhirnya Allah sendirilah sumber nama Yesus. Mengenai artinya, “Yesus” berarti “Allah (adalah) keselamatan”, dan malaikat menyinggung arti ini ketika ia memberitahu Yusuf bahwa Yesus “akan menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka” (1:21). Dengan demikian, kekuatan nama “Yesus” adalah bahwa dalam diri orang yang dinamakan demikian, Allah aktif menyelamatkan. Karena itu, dari semua watak yang dikenakan Matius kepada Yesus dalam ceritanya, yang paling mendasar adalah bahwa Ia “menyelamatkan”.

Hidup baru yang dianjurkan tidak dapat dicapai dengan kemampuan manusia sendiri, berdasarkan hukum-hukum, melainkan ini hanya dimungkinkan oleh kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata, kata sudah nyata dalam Bahasa aslinya dipakai suatu kata kerja yang menggambarkan menyingsingnya fajar. Sama seperti kegelapan malam tiba-tiba diterobos oleh fajar merekah, demikian juga keadaan manusia yang berabad-abad lamanya gelap tiba-tiba diterobos oleh terang kasih karunia Allah. Kasih karunia ini datang di dalam Yesus untuk menyelamatkan, tidak hanya semasa Yesus berada di dunia (Palestina), melainkan terus berlangsung sampai sekarang. Kasih karunia Allah yang menyelamatkan tidak berhenti di Golgota, melainkan terus bekerja sebagai suatu kekuatan yang membaharui hidup orang percaya. Kasih karunia itu dimaksudkan untuk semua orang. Tergantung sekarang pada manusia, apakah manusia mau menerima dengan iman kekuatan yang menyelamatkan itu. Kasih karunia Allah digambarkan sebagai pribadi. Memang kasih karunia Allah mula-mula bekerja di dalam Yesus, lalu melanjutkan pekerjaan itu melalui Roh Kudus di dalam hidup orang percaya. Kasih karunia itu tidak hanya memberikan pengampunan dosa, melainkan Ia mendidik kita, dalam arti mengajar kita mengenai kehendak Allah mempunyai dua segi, yang negatif dan positif. Segi yang negatif berwujud meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi. Kata meninggalkan menunjuk adanya pemutusan hubungan dengan hidup yang lama. Segi yang positif berwujud hidup bijaksana adil dan beribadah. Ketiga hal ini melukiskan sikap baru dari orang percaya terhadap diri sendiri (dapat menguasai diri), terhadap sesama manusia (adil) dan terhadap Allah (beribadah). Namun kasih karunia Allah tidak membiarkan dunia ini, melainkan berusaha memperbaiki keadaannya melalui kehadiran umat Allah. Pada lain pihak kata dunia sekarang ini menunjuk bahwa ada dunia lain juga. Yesus adalah penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat. Kata penyataan mempunyai arti yang sama dengan “sudah nyata” dari ayat 11. Kedua-duanya menunjuk kepada kedatangan Tuhan Yesus; di ayat 11 kepada kedatanganNya yang pertama, sedangkan di ayat 13 kedatanganNya yang kedua kalinya. Kemuliaan Yesus pada saat itu jauh lebih besar dari pada kemuliaanNya pada saat kedatanganNya yang pertama. Yesus Kristus dapat disebut Allah yang Mahabesar karena Ia memang satu dengan Allah Bapa. Keselamatan yang sudah diperoleh dialami orang percaya pada masa sekarang menumbuhkan pengharapan akan suatu keadaan di masa mendatang yang jauh lebih indah dan penuh bahagia. Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia tidak semata-mata untuk membawa pengampunan dosa, melainkan untuk mengerjakan pembaharuan hidup. Hanya saja hal itu dirumuskan dengan kata-kata lain dan menonjolkan peranan pengorbanan Kristus dalam hal ini.

Kita dapat mengetahui gambaran yang tepat dari suatu peristiwa ketika kita mampu memahami latar belakangnya. Demikian pula kita akan dapat memahami nubuat nabi dalam Yesaya 9 tatkala kita dapat memahami latar belakang umat Israel di Yehuda pada waktu itu. Dari pasal 8, kita dapat membaca bahwa Kerajaan Israel Selatan, yaitu Yehuda, saat itu sedang berada dalam situasi bahaya. Kerajaan Yehuda telah dikepung dan akan diserbu oleh Kerajaan Asyur. Semula, kerajaan Yehuda dan Asyur adalah sekutu. Kerajaan Asyur berbalik dan ingin merebut serta menguasai kerajaan Yehuda. Sebelumnya Allah menawarkan pertolongan dan perlindungan, namun Raja Ahaz menolak. Sebaliknya, ia lebih memilih berlindung kepada kerajaan Asyur. Ternyata kemudian, kerajaan Asyur berubah menjadi musuh mereka. Selain itu, umat Israel juga ikut berpaling meninggalkan Tuhan Allah. Mereka lebih percaya kepada petunjuk orang mati dan roh-roh peramal (Yes. 8:19). Itu sebabnya seluruh umat Israel di wilayah kerajaan Yehuda berada dalam kesuraman. Mereka terancam oleh serangan militer kerajaan Asyur. Secara politis, mereka berada dalam situasi krisis. Sedang dalam kehidupan religius dana moral, mereka telah kehilangan pegangan iman sehingga mereka lebih cenderung berjalan menurut kehendak mereka sendiri. Itu sebabnya kehidupan umat Israel di kerajaan Yehuda penuh ditandai dengan kekacauan, kegelisahan, dan situasi yang gelap. Mereka telah terpuruk tanpa harapan dan tidak lagi mempunyai penolong. Namun, sangatlah ajaib! Di tengah situasi yang kelam dan gelap itu, Allah berkenan menunjukkan anugerahNya. Kerajaan Yehuda menerima nubuat dari Allah yang memberi pengharapan yang baru. Kerajaan Yehuda yang sedang terhimpit oleh ancaman dan serbuan tentara kerajaan Asyur ternyata tidak ditinggalkan Allah. Mereka memang telah berpaling meninggalkan Allah dengan menyandarkan diri kepada kekuatan politik dan militer kerajaan Asyur. Umat Israel juga telah berpaling dengan mencari nasihat roh-roh peramal dan orang mati. Tetapi, kasih setia Allah melampaui segala dosa dan pemberontakan mereka. Allah bertindak menyelamatkan umatNya berdasarkan anugerah dan kemurahanNya sendiri.

Allah mau menyatakan keselamatanNya sehingga bangsa yang berjalan di dalam kegelapan melihat terang yang besar dan mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar (Yes. 9:1). Umat Israel yang semula berada dalam kekelaman dan kegelapan memperoleh anugerah Allah sehingga mereka dapat melihat cahaya baru yang memampukan mereka memiliki pengharapan. Terang dari Allah tersebut kelak akan mengubah kesedihan dan penderitaan mereka menjadi sukacita yang besar (Yes. 9:2). Tentunya, nubuat nabi Yesaya ini memberikan gairah pengharapan yang sama sekali berbeda kepada umat Israel yang semula terpuruk dan menderita. Mereka diajak untuk melihat ke depan, yaitu kepada janji Allah yang akan mengaruniakan kepada mereka suatu “sukacita besar”. Zaman eskatologis dengan datangnya Sang Mesias akan ditandai oleh lenyapnya kekerasan dan kekuatan militer. Apabila semula, kondisi perdamaian sering dipertahankan dengan penggunaan kekerasan dan militer, saat datangnya Sang Mesias, perdamaian tidak lagi dipertahankan atau diperoleh dengan kekerasan dan kekuatan militer. Perdamaian yang kekal akan dikaruniakan oleh Allah melalui kelahiran Sang Mesias. Dialah yang akan memutuskan mata rantai kekerasan, kekejaman dan kejahatan yang selama ini telah membelenggu kehidupan umat manusia.

Pola kehidupan umat Allah pada masa kini sering tidak mau belajar dari pengalaman umat Israel masa lalu. Sebagai negeri yang sangat kecil di tengah kerajaan yang kuat seperti kerajaan Babel, Media Persia, dan Asyur, serta Mesir, umat Israel pada waktu itu sering terjebak dalam permainan politik dengan cara menjadikan salah satu dari kerajaan yang kuat sebagai sekutunya. Memang semula, kehidupan umat Israel mampu bertahan dan terlindungi sebab negara sekutu tersebut memberikan perlindungan dan keamanan untuk sementara waktu. Ternyata kemudian, negara sekutu itu justru ingin menguasai dan menjajah mereka. Seandainya kelak umat Israel mampu menyusun kekuatan, mereka akan membalas dengan melakukan penyerbuan dan penyerangan kepada Asyur, dan seterusnya. Dalam konteks ini makna perdamaian tidak pernah bersifat tetap, tetapi hanyalah bersifat semu sebab masing-masing berjaga dan siap dengan kekuatan senjata dan militer. Perdamaian yang kekal tidak dapat dicapai dengan mengandalkan strategi politik, kekerasan, militer dan kekuatan bersenjata.

Di tengah kesuraman hidup dan rasa terluka karena mereka dikhianati oleh kerajaan Asyur, umat Israel memperoleh penghiburan dan pengharapan dari Allah. Allah menjanjikan datangnya seorang Mesias yang akan lahir dari tengah mereka (Yes. 9:5). Sang Mesias yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya tersebut sangat jelas bukan sekadar seorang tokoh sejarah dan raja duniawi. Dia yang dinubuatkan itu memiliki sifat-sifat ilahi dan wibawa Allah yang menaungiNya sehingga Dia dapat menjalankan pemerintahan Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia. Selain itu nubuat tersebut mengungkapkan identitas nama dari Sang Mesias, yaitu:

·         Penasihat ajaib: Sang Mesias memiliki Roh hikmat Allah yang melampaui segala pengertian dan kebijaksanaan manusia sepanjang zaman. Dia memiliki hikmat yang tiada taranya sehingga seluruh dunia akan dipengaruhi oleh hidupNya. Jadi, seluruh hidup Sang Mesias dipenuhi oleh pengertian dan kehendak Allah sehingga Dia mampu memerankan diri sebagai Sang Hikmat yang hadir dalam realitas sejarah.

·         Allah yang Perkasa: ungkapan gelar ini berlatar belakang dari para pahlawan pada zaman dahulu yang mampu memimpin perang dan memenangkan peperangan secara gemilang sehingga pahlawan itu disebut pahlawan perkasa. Demikian pula sebagai Mesias, Dia akan menjadi pahlawan Allah yang mampu memenangkan “peperangan” dengan musuh utama manusia, yaitu kuasa dosa. Seluruh hidupNya dikuasai oleh wibawa Allah yang luar biasa, baik perkataan maupun tindakanNya sehingga kuasa dosa dan kegelapan akan takluk di hadapanNya. Hanya Dia yang mampu mengalahkan kuasa kegelapan dan dosa yang menguasai dan membelenggu hidup manusia.

·         Bapa yang Kekal: dengan karakterNya yang khas, Sang Mesias akan menampilkan pemerintahan Allah sebagai Bapa. Ciri utama dari pemerintahanNya adalah kasih seorang Bapa. Umat manusia bukan dijadikan “hamba” atau “budak”, melainkan sebagai “anak-anak Allah”. Pemerintahan kasihNya tidak pernah berkesudahan. Ini sangat berbeda dengan pola pemerintahan dunia yang cenderung didasarkan pada kekerasan dan kekejaman sehingga umumnya terbukti tidak pernah bertahan lama.

·         Raja Damai: kehadiran Sang Mesias sebagai Raja akan menciptakan damai sejahtera dan keselamatan yang utuh bagi seluruh umat manusia. Dalam pemerintahanNya, seluruh umat manusia mampu berdamai dengan Allah, sesama dan alam, serta diri mereka sendiri.

III.         Refleksi

Sang Mesias yang dinubuatkan Nabi Yesaya telah hadir dalam realitas sejarah. Menjelang kelahiranNya, Dia diberi nama “Imanuel” yang artinya “Allah menyertai kita”, sesuai dengan nubuat Nabi Yesaya (Yes. 7:14). Menjelang kelahiran Sang Mesias umat Israel juga sedang berada dalam penjajahan bangsa Romawi. Mereka juga sedang tertindas dan hidup dalam kegelapan. Namun, Allah tidak memberikan pertolongan kepada umatNya melalui balatentara militer untuk melawan bangsa Romawi. Pada saat umat Israel berada dalam kegelapan dan penderitaan, Allah mengaruniakan Sang Mesias, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sang Mesias dilahirkan juga tidak dalam lingkungan kerajaan yang gemerlap, tetapi dengan cara yang paling sederhana. Mesias yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya itu ternyata lahir dalam palungan, tempat makanan ternak. Walaupun di atas bahu Kristus terletak lambang pemerintahan Allah, Dia yang memiliki hikmat yang tiada taranya sebagai Penasihat Ajaib, Allah perkasa, Bapa yang kekal, dan Raja Damai, ternyata secara lahiriah lahir dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Dari sudut pandang dunia, kelahiran dan kedatangan Kristus pada waktu itu sungguh tidak termasuk dalam hitungan manusia. Nubuat Nabi Yesaya yang menyatakan bahwa umat Israel kelak akan menyaksikan suatu terang yang besar sehingga mereka akan mengalami kesukaan besar itu digenapi dan disampaikan para malaikat Tuhan kepada para gembala. Mereka diharapkan menjadi saksi untuk memberitakan kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Para gembala kemudian diutus oleh malaikat Tuhan menyaksikan berita besar tersebut agar seluruh bangsa dan umat manusia dapat mengalami kesukaan besar.

Penyataan Allah (theopani) merupakan suatu pengalaman iman yang sangat khusus dan personal. Rudolf Otto dalam karyanya yang berjudul Das Heilige (The Idea of the Holy) pada 1917 menguraikan secara mendalam makna itu. Hakikat Allah adalah suatu misteri yang menakutkan sekaligus mempesona (mysterium tremendum et fascinans). Melalui theopani tersebut, Allah yang transenden berkenan menghadirkan diri dalam realitas manusiawi. Dia yang Mahakuasa dan Pencipta seluruh alam berkenan datang melalui proses kelahiran seorang anak manusia. Penyataan Allah dalam Kristus adalah penyataan ilahi yang paradoksal, yaitu yang transenden berkanan imanen dalam kehidupan manusia. Berita dahsyat itu disampaikan Allah kepada “orang yang berkenan kepadaNya”. Berita natal yang otentik adalah manifestasi kasih Allah yang rela berkurban dengan merendahkan diri agar keselamatan dan damai sejahteraNya memerintah dalam kehidupan umat manusia. Berita natal hanya ditujukan kepada orang percaya yang memiliki komitmen untuk berkurban dan merendahkan diri sebagaimana yang telah dinyatakan Kristus.

Sering sekali dampak natal hanya berlangsung dua atau tiga hari saja. Suasana natal memang seolah-olah menyulap perasaan kita. Begitu kita mendengar lagu-lagu natal yang khidmat dana gung, hati pun terasa teduh. Kita jadi lebih bermurah hati kepada orang lain. Kita jadi lebih ramah. Wajah orang pun tampak lebih cerah dan ceria. Ketegangan dan keberingasan hidup sehari-hari seolah-olah berhenti dan diganti dengan kedamaian dan keramahan. Hidup terasa menjadi lebih indah. Tetapi ketika suasana natal itu sudah berakhir, berakhir pulalah segala kedamaian dan kemurahan hati itu. Hidup kembali menjadi kejam dank eras, serakah dan selingkuh, benci dan dengki. Sesingkat itukah nyala api kasih Kristus yang bernyala dalam hati kita? Sesingkat itukah cahaya yang berkilau itu? Cahaya pelita memang tidak gemerlapan dan tidak mencolok secara istimewa, namun ia menyala secara langgeng tiap malam sepanjang tahun. Pelita berbeda dari lampu hiasan natal yang berkedap-kedip secara mencolok, namun hanya menyala beberapa hari saja setahun. Sepertinya dalam mengikuti Tuhan Yesus kita perlu belajar menjadi pelita yang walaupun menyala secara bersahaja, namun menyala langgeng sepanjang tahun, ketimbang lampu hiasan natal yang gemerlapan, namun menyala hanya selama beberapa hari saja. Dalam Surat Dari Taize, Bruder Roger menulis, “Mengikuti Kristus bukanlah seperti menyalakan kembang api atau petasan yang menyala secara memukau dan silau dalam waktu sekejap, namun sesudah itu langsung lenyap”. Roh Natal adalah Roh Yesus, yaitu kegembiraan, keteduhan, kesahajaan dan kemurahan hati. Dunia langsung berubah menjadi indah ketika roh itu mulai menyala di dalam hati kita. Alangkah indahnya dunia ini kalau roh itu menyala bukan hanya pada hari-hari natal saja, melainkan langgeng sepanjang tahun.

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th

GBKP Rg. Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate