Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Minggu 03 Janauri 2021 ; Efesus 1 : 3-14

Invocatio     : “Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN” (1 Tawarikh 16:10).

Bacaan         : Yeremia 31:7-14

Khotbah       : Efesus 1:3-14

Thema          : Berbagai Berkat Rohani

I.             Pendahuluan

Menjadi orang Kristen itu bisa dikatakan berat bisa juga dikatakan ringan. Berat karena tuntutannya tinggi sekali. Tetapi juga ringan. Karena apa? Karena Allah tidak cuma menuntut, tetapi juga memampukan. Jadi sebenarnya, kalau saja kita mau, kita pasti mampu. Mampu, karena dimampukan. Kita sering gagal dan tidak mampu memenuhi tuntutan karena dua sebab. Yang pertama, karena kita tidak sadar bahwa kita mampu. Dulu kita perokok. Kita merasa, kita tidak bisa bekerja kalau tidak merokok. Oleh karena itu, kita tidak bisa membayangkan bahwa kita akan bisa berhenti merokok. Ternyata apa? Ternyata bisa. Kemampuan itu sebenarnya ada. Cuma tidak kita sadari. Mengasihi. Mengampuni. Belum apa-apa, belum mencoba, belum berusaha sedikit pun sudah berkata, “Wah sulit! Tidak mungkin! Saya pasti tidak bisa!” Begitu, bukan? Padahal: bisa! Yang kedua, penyebab kegagalan yang kedua: kita tidak cukup berusaha. “Ya bisa sih bisa, tetapi malas! Terlalu susah!” Seperti ketika orang mulai belajar membaca buku bahasa asing. Banyak yang gagal karena malas! “Malas, setiap kali mesti buka-buka kamus! Baca majalah Bobo aja yang gampang!” Sayang sekali jika kita lalu tidak mau berusaha lagi. Sebab, kalau kita cukup ulet, mau bersusah-susah pada awalnya, lambat laun prosesnya akan lebih mudah dan lebih lancar. Disiplin itu susah. Mempertahankan hidup yang bersih, apa lagi. Tetapi kalau dibiasakan, diusahakan terus-menerus, sulit pada awalnya, tetapi lalu akan semakin mudah. Itu yang harus kita lakukan untuk memenuhi tuntutan Tuhan yang tinggi itu.

II.           Isi

Bahan invocatio kita 1 Tawarikh 16:10 bagian ini adalah nyanyian yang pertama kali dinyanyikan orang Lewi ketika tabut Allah telah sampai ke Yerusalem. Kalau dibaca lebih lanjut, sebenarnya nyanyian ini tidak memiliki hubungan dengan pemindahan tabut yang telah selesai. Sebenarnya nyanyian ini merupakan penggabungan dari tiga mazmur, yaitu Mazmur 105:1-15 (untuk ay. 8-22), Mazmur 96:2-13 (untuk ay. 23-33), dan Mazmur 106:1, 47, 48 (untuk ay. 34-36). Ketiga Mazmur tersebut digabungkan oleh penulis Tawarikh bagi tujuan ucapan syukur, bahwa TUHAN telah menyertai perjalanan tabut tersebut sehingga sampai di Yerusalem, dan untuk itu, TUHAN menjadi Raja bagi umat Israel. Maka dari pada itu bahan invocatio ini merupakan pujian yang mengingat akan sejarah kehidupan Israel ini dimulai dengan sebuah ucapan syukur kepada TUHAN yang berkarya dalam sejarah Israel. Pemazmur mengajak semua umat yang saat itu berkumpul di sekitar tabut perjanjian yang telah sampai di Yerusalem untuk mengucap syukur kepada TUHAN. Ajakan tersebut diungkapkan dengan tujun rangkaian kalimat imperatif (kalimat perintah), yaitu:

1.    Bersyukurlah kepada TUHAN

2.    Panggillah namaNya

3.    Perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa

4.    Bernyanyilah bagiNya

5.    Bermazmurlah bagiNya

6.    Percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib

7.    Bermegahlah di dalam namaNya yang kudus.

Tujuh rangkaian kalimat imperatif ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: pertama, bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya semuanya dilakukan di antara bangsa-bangsa. Segala ucapan syukur tersebut (kata bersyukurlah, panggillah, dan perkenalkanlah di sini merupakan sinonim) diungkapkan atau diperdengarkan di antara bangsa-bangsa. Kata di antara bangsa-bangsa memiliki makna, bahwa seluruh bangsa di bumi. Saat itu seluruh umat telah berkumpul di sekitar tabut, dan para penyanyi dari Asaf mengajak mereka untuk mengungkapkan syukur bersama-sama. Kedua, bernyanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib. Segala bentuk ucapan syukur tersebut pada kelompok yang pertama di atas diungkapkan dalam bentuk nyanyian, mazmur, dan ungkapan (ucapan) yang berisi segala perbuatan yang telah dilakukan TUHAN yang penuh kasih bagi umat Israel dalam sejarah. Dalam hal ini mereka mengenang perbuatan TUHAN di padang gurun dalam perjalanan keluar dari Mesir ke tanah Kanaan. Untuk itu, ini merupakan sebuah bentuk perenungan terhadap kisah Taurat di sekitar kenisah, sebagaimana yang biasa umat Israel lakukan. Ketiga, bermegahlah di dalam namaNya yang kudus. Segala ucapan syukur dan nyanyian yang berisi kisah tentang perbuatan Allah tersebut dipujikan (dari kata dasar halal, dan dari kata dasar ini muncul ungkapan pujian haleluya) dalam nama Allah yang kudus, yaitu TUHAN/YAHWE. Jadi, semuanya ditujukan kepada Yahwe, Allah yang kudus.

Tujuh rangkaian kalimat imperatif dalam bahan invocatio ini yang dikaitkan dari ayat 8-10 ditutup dengan sebuah kalimat harapan, agar setiap umat yang hadir (mencari TUHAN) dan bersama-sama memuji TUHAN itu melakukannya dengan hati yang bergembira, oleh karena ini merupakan sebuah upacara kemenangan bahwa TUHAN telah menyertai perjalanan tabut sampai ke Yerusalem.

Nabi Yeremia bertugas untuk bernubuat kepada bangsa Yehuda. Yeremia putra seorang imam, lahir dan dibesarkan di Anatot, desa para imam (6 km di timur laut dari Yerusalem) selama pemerintahan Raja Manasye yang jahat. Nubuat Yeremia yang memperingatkan Yehuda tentang hukuman Allah. Tentunya ini adalah tugas yang sulit untuk memberitakan pesan yang tidak menggembirakan ini kepada bangsanya sendiri. Walaupun ditolak seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi yang paling tegas dan berani. Yeremia menyatakan bahwa hukuman Allah yang pasti jadi dan tidak terelakkan ketika umatNya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firmanNya. Salah satu kata kunci dalam kitab Yeremia ialah “murtad” (dipergunakan 8 kali) dan “tidak setia” (dipakai 9 kali), dan tema yang muncul terus ialah hukuman Allah yang tidak terelakkan lagi atas pemberontakan dan kemurtadan. Kalau kita lihat bagian awal Yeremia, maka pasal 2-29 berisi mengenai nubuat kehancuran Yehuda. Hanya di pasal 30 Yeremia mulai memberikan cerita lain dari rencana Tuhan, yaitu bahwa rencana keselamatan dan pemulihan. Satu-satunya pernyataan teologis yang terbesar di kitab ini ialah konsep “perjanjian baru” yang akan ditetapkan Allah dengan umatNya yang setia pada saat pemulihan kelak (Yer. 31:31-34).

Kenapa Yehuda akan dihukum? Karena raja-raja Yehuda adalah orang-orang yang tidak setia kepada Allah, bahkan memimpin bangsa untuk menyembah allah palsu, seorang raja bahkan menggunakan tulisan Yeremia mengenai nubuat Allah sebagai pemanas ruangannya (oleh raja Yoyakim Yer. 36: 22-23). Ketidakpatuhan Israel terhadap perjanjian mereka dengan Allah akan membawa sangsi yang berat yaitu kematian atau pembuangan. Kehancuran Yerusalem dihubungkan dengan ketidakpatuhan. Ini adalah sebuah pesan yang kita tangkap dari Yeremia.

Tetap secara khusus, Yeremia 31, terutama dalam ayat 31-34, berisi mengenai perjanjian baru, dan sebuah harapan baru. Yeremia berharap bahwa pada waktunya nanti semua orang akan mengingat perjanjian antara Allah dan Israel. kalau Israel mengalami pertobatan, maka Allah akan mengampuni mereka dan mengembalikan mereka ke tanah perjanjian. Ayat 34 dari pasal ini adalah ayat yang sering digunakan sebagai ayat pengampunan dosa. Dalam kitab nabi Yeremia kita bisa melihat bahwa sesudah nubuat kehancuran, ada juga nubuat keselamatan.

Ada satu hal yang mau ditekankan dalam bahan bacaan ini, bahwa di bagian kedua dari nubuatnya, Yeremia bicara mengenai perjanjian baru dan pemulihan Yehuda dari kejatuhannya. Umat Tuhan yang terserak akan dikumpulkan kembali, bahkan mereka yang selama ini terpinggirkan seperti yang buta, lumpuh, dan perempuan mengandung. Jika biasanya dalam kelompok besar yang berjalan bersama, golongan inilah yang terpinggirkan dan terlupakan, maka janji pemulihan Tuhan akan mengikutkan mereka juga. Orang-orang akan datang dan menangis, bukan karena sedih, melainkan karena bahagia akan pimpinan Allah ke tanah perjanjian, di mana hubungan mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan.

Bahan khotbah kita Efesus 1:3-14. Dalam bagian ayat 3-6 di situ dikataken puji-pujian kepada Allah karena berkatNya. Yang Paulus puji dalam pujian ini ialah “Allah dan Bapa”, yang dalam Tuhan kita Yesus Kristus telah melakukan perkara-perkara yang besar bagi kita. Perbuatan besar pertama, yang Paulus sebut dalam bagian ini, ialah: dalam Kristus Ia telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. Berkat itu Tuhan Allah karuniakan bukan saja di dalam surga, tetapi juga “di dalam Kristus”. Semua berkat itu Tuhan Allah karuniakan dengan dan di dalam Kristus. Malahan Kristus sendiri adalah berkat Allah bagi manusia. Oleh karya penyelamatanNya Ia telah memperoleh segala berkat. Dalam Dia berkat-berkat itu Allah karuniakan kepada orang-orang percaya. Dan karena Dia sekarang berada di dalam surga, maka “segala berkat rohani” itu juga berada di sana, di dalam Dia. Karunia berkat Allah yang berlimpah-limpah itu, menurut Paulus, mempunyai dasar. Dasar itu ialah pilihan Allah, yang berlangsung sebelum dunia diciptakan. Tuhan Allah tidak memilih hanya karena Ia mau memilih saja. Ia memilih karena Ia mempunyai maksud dengan pilihanNya itu, yaitu: supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapanNya. Ini penting bagi kita! Pilihan Allah, yaitu pilihan untuk keselamatan. Pilihan Allah ialah suatu rahasia yang dalam. Ia tidak dapat dijelaskan dengan satu atau dua kalimat saja. Tuhan Allah mau membahagiakan hidup kita dengan kasih karunia yang Ia karuniakan kepada kita dalam kasihNya.

Yesus telah mencurahkan darahNya untuk dan karena milikNya dengan jalan menyerahkan hidupNya ke dalam maut. Oleh perbuatanNya itu kita ditebus dan dibebaskanNya dari hukuman, kutuk, iblis dan dosa. Maksud Paulus dengan penjelasan ini ialah hendak mengatakan bahwa penebusan yang telah berlangsung dalam Kristus, oleh darahNya itu nyata dalam pengampunan kesalahan kita, bukan baru nanti, kalau Kristus datang kembali, tetapi sudah terjadi pada waktu ini. Pengampunan kesalahan kita terpancar dari kekayaan kasih karunia Allah ini. Kelimpahan pemberianNya itu nyata dengan jelas dalam lanjutan kalimat ini: dalam segala hikmat dan pengertian. Rahasia-rahasia kehendak Allah telah dinyatakanNya kepada kita, anggota-anggota jemaat. Maksudnya rencana penyelamatanNya mengenai dunia telah Allah nyatakan kepada kita. Hal itu, menurut dia, sesuai dengan rencana Allah, yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus. Tujuan rahasia kehendak Allah ialah: mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus sebagai kepala.

Berkat Allah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Di dalam Kristus, yang disebut dalam ayat yang lalu dan yang tiap-tiap kali diulangi lagi dalam bagian ini sebagai sumber keselamatan kita mendapat warisan. Warisan itu ialah terpilihnya orang-orang Kristen menjadi milik Allah dan warga Kerajaan Surga. Yang memberikan warisan ini ialah Allah. Ia buat itu sesuai dengan maksudNya, yang segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya. Warisan itu Ia berikan dengan maksud untuk menjadi kemuliaan bagiNya. Orang yang mendapatkan warisan itu Paulus katakan berada di dalam Kristus sebagai orang-orang yang telah mendengar firman kebenaran. Maksudnya firman yang adalah kebenaran, yaitu kebenaran yang Allah telah nyatakan di dalam Kristus untuk keselamatan manusia. Keselamatan itu diterima dengan percaya, yaitu percaya kepada Dia, yang diberitakan rasul sebagai kebenaran. Roh Kudus ini bukan saja dijanjikan tetapi ia juga diberikan Allah dahulu sebagai jaminan atas warisan kita sampai kita memperoleh penebusan untuk puji-pujian bagi kemuliaanNya. Yang Paulus katakan di sini pertama-tama ialah, bahwa Roh Kudus adalah jaminan warisan kita. Dalam pemberian yang berupa Roh Kudus itu kita mendapat suatu garansi, suatu milik permulaan yang menjamin warisan penuh bagi kita.

III.         Refleksi

Ada dua pertanyaan yang muncul: yang pertama apa yang dituntut Tuhan dari kita? dan yang kedua apa yang diberikan Tuhan kepada kita untuk memenuhi tuntutan itu? Apa yang dituntut Tuhan dari kita? Dari setiap orang percaya? Perhatikan baik-baik Allah telah memilih kita karena kita kudus tetapi supaya kita kudus. Maksudnya sebenarnya kita tidak kudus, penuh dengan cacat, pantas diapkir, namun demikian Allah dalam kebebasan, kedaulatan dan dalam kasih setiaNya berkenan memilih kita. Memilih kita semua. Kita ini barang apkiran tetapi dilayakkan kembali. Budak yang dijadikan anak. Terdakwa yang mestinya dihukum mati, tetapi malah dibebaskan. Itulah kita. Dipilih supaya apa? Supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Ini, sekali lagi adalah sesuatu yang sama sekali di luar daya jangkau kemampuan kita. Bukan cuma kudus dan tak bercacat, tetapi tak bercacat di hadapanNya. Kalau cuma tak bercacat di hadapan manusia, itu mudah. Asal saja kita bisa sedikit beracting, bisa main sandiwara, bisa pura-pura, orang yang sejahat serigala bisa saja kelihatan seperti anak domba. Tetapi di hadapan Allah? Tuhan menuntut dari kita sesuatu yang tidak mungkin kita penuhi. Betul sekali. Mengasihi/ mengampuni/jujur dan setia/rendah hati itu sesuatu yang tak mungkin kita penuhi. Betul sekali. Hal itu betul, kalau Tuhan cuma menuntut saja. Tetapi apakah Tuhan kita seperti itu? Menuai di tempat Ia tidak menanam? Tidak. Ia menuntut, tetapi juga memampukan. Allah tidak cuma menuntut, tetapi juga memampukan.

Apa yang telah dikaruniakan Allah Bapa kepada kita? Perlu dipertegas telah dikaruniakan, bukan masih dijanjikan. Sudah diberikan. Sudah ada pada kita. Tentu ini sangat luar biasa. “Segala berkat rohani di dalam sorga”. Segala: artinya semuanya, tidak ada yang tidak. Semua berkat rohani itu telah dikaruniakan kepada kita. Semua berkat rohani di dalam sorga, artinya: berkat-berkat rohani, yang adanya cuma di sorga. Tidak bisa dicari di tempat-tempat lain. Tidak bisa ditemukan di tempat-tempat lain. Eksklusif.

Yang dijamin kita miliki selalu adalah berkat-berkat rohani. Apa saja itu? Misalnya: kasih, kebahagiaan, kesukacitaan, kepuasan, kesabaran, pengampunan, kesetiaan. Semua yang membuat hidup kita bahagia dan bermakna. Itu yang Allah Bapa sediakan bagi kita. Mungkin kita akan berkata: “tetapi mengapa kita tidak selalu bahagia; hidup kita tidak selalu bermakna?” Berkat-berkat itu barangkali dapat dianalogikan dengan tenaga dalam. Setiap orang punya tenaga dalam. Kita punya. Tetapi tidak semua orang menyadarinya. Lebih-lebih, tidak semua orang mampu memanfaatkannya. Berkat-berkat rohani yang dari Bapa itu, walaupun telah disediakan bagi kita, tidak bisa kita rasakan, bila hidup kita pengap, akal budi kita dan hati kita gelap, dikuasai dosa.

Seperti minyak tidak bisa bercampur dengan air, yang dari Allah tidak bisa bercampur dengan yang dari dosa. Ingat baik-baik. Sebab, orang Kristen sering cenderung mau yang ini dan mau yang itu. Ikut Tuhan ya, ikut dosa ya. Mengampuni ya, tetapi membenci dan dendam juga jalan terus. Ini tidak bisa. Keduanya tidak bisa dicampur. Dan biasanya kalau yang kotor itu dicampur dengan yang bersih, mana yang menang? Yang kotor jadi bersih atau yang bersih jadi kotor? Allah Bapa tidak hanya menyediakan segala berkat rohani, tetapi juga menyediakan tempat yang tepat, tempat yang bersih. Melalui Allah Anak, di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa. Ternyata itu juga belum beres. Sudah diberi karunia yang indah-indah dan tak ternilai harganya oleh Allah Bapa, sudah diberi hati yang telah dicuci oleh darah Yesus dan hidup yang dibarui oleh kematianNya, sebenarnya ya cukup, lebih dari cukup. Tetapi itulah manusia: tetapi saja pikiran, keinginan, dan orientasinya itu masih sering menyeleweng ke mana-mana.

Allah sebenarnya pantas kesal, marah dan putus asa menolong orang-orang yang tak kenal budi seperti kita ini. Tetapi tidak. Allah punya maksud: menjadikan kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya, menjadikan kita ini contoh atau sampel di hadapan dunia ini. Untuk itu, Ia menyediakan segala berkat rohani yang kita perlukan. Untuk itu, Ia menebus dan menyucikan kita dari segala dosa. Ketika ini ternyata belum cukup juga, Ia mengaruniakan Roh KudusNya. Untuk apa? Untuk menjadi cap dan jaminan: kita milik Tuhan. Kita sering lari-lari tidak setia, tetapi Roh Kudus memberi jaminan. Allah tetap setia. Kita bisa terus-menerus dan berulang-ulang mengecewakan Allah dan melukai hatiNya dengan tingkah laku kita, namun Roh Kudus memberi jaminan: masih ada kesempatan untuk mengoreksi hidup kita. Walaupun tentu saja tidak untuk selama-lamanya.

Ada dua hal yang perlu kita ingat: yang pertama Allah punya tuntutan dan menetapkan standar yang tinggi untuk setiap kita: menjadi kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Jangan terus berkubang dalam kehidupan dosa. Yang kedua, untuk tujuan itu, Allah menyediakan semua yang kita perlukan untuk memampukan kita. Allah Bapa menyediakan segala berkat rohani di sorga. Allah Anak menyucikan kita dari segala dosa dan mengaruniakan kepada kita hidup yang baru. Allah Roh Kudus memberi garansi, jaminan, bahwa Allah tak akan melepaskan kita. Karena itu, jangan katakan tidak bisa. Kita bisa, kalau kita mau.

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th

GBKP Rg. Cibinong

Khotbah Kebatian Buka Tahun Tgl 01 Janauri 2021 ; Bilangan 6 : 22-27

Invocatio     : “Kiranya Tuhan yang menjadikan langit dan bumi memberkati engkau dari Sion” (Masmur 134:3)

Ogen           : Galatia 4:1-7

Khotbah      : Bilangan 6:22-27

Tema           : Tuhan Sumber Berkat (Tuhan Ulu Pasu-pasu)

Pengantar

Selamat Tahun Baru….

Berkat adalah sesuatu yang sangat diinginkan, dinantikan dan diharapkan oleh semua orang tanpa terkecuali. Siapakah diantara kita yang menolak berkat? Tak seorang pun!Doa-doa  kita pun dipenuhi dengan segala keinginan dan permohonan kepada Tuhan. Dalam KBBI, berkat adalah  karunia Tuhan yang membawa kebaikan. Jadi dari definisi itu, sangat jelas mengapa manusia sangat menginginkan dan menantikan berkat dalam hidupnya, karena berkat berkaitan dengan kebaikan, kebahagiaan dan sesuatu yang baik. Dan tentunya moment tahun baru ini,  menjadi pengharapan akan berkat yang baru.

Teks

·         Bilangan 6:22-27.

Bahan renungan kita yang terambil dari kitab Bilangan yang menggambarkan tuntutan Allah akan iman dari umatNya. Tujuan utama dari kitab Bilangan adalah agar bangsa Israel terus maju dengan mempercayai Dia dan janji-janjiNya dan menaati sabdaNya. Kitab bilangan juga sering disebut dengan nama “Di Padang Gurun”, karena sebagian besar isinya berisi tentang pengalaman Israel selama mengembara di padang gurun. Perjalanan 39 tahun, menjadi penderitaan dan hukuman karena ketidak percayaan mereka mereka. Umat mulai bersungut-sungut, dan tidak berterima kasih atas mukjizat dan pemeliharaan Allah. Miryam dan Harun mulai menentang Musa, korah dan orang Lewi mulai membangkang kepada Musa. Masang dipadang gurun merupakan pelajaran terus menerus tentang kehadiran Tuhan dan juga pemeliharaanNya yang tak putus-putus terhadap umatNya. Manna, burung puyuh merupakan bukti pemeliharaan Tuhan. Bahkan lebih jauh pemeliharaan Allah selain pemberian makanan (ul.8:3-4): pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah bengkak selama empat puluh tahun ini. Demikianlah berkat yang Tuhan nyatakan kepada bangsa Israel dalam bentuk makanan, kesehatan, keselamatan, dan juga kesehatan.

Bilangan 6:22-27, merupakan tugas yang harus dilakukan oleh Harun dan anak-anaknya sebagai seorang imam untuk menyampaikan berkat dari Allah. Allah berkehendak memberkati umatNya melalui perantaraan imam, jadi jelas bahwa berkat itu mengalir dari Allah. Berkat ini terdiri dari 3 bagian

·         ay.24: Menggambarkan pemeliharaan secara penuh (tidak tanggung-tanggung) dan perlindungan dari segala yang jahat.

·         Ay.25: Ini memperlihatkan bahwa Allah berkenan kepada manusia, yang menguatkan dan meyakinkan kita bahwa Allah mendengar setiap seruan dan doa kita dan memberikan kita pengampunan, kasih dan kuasa penyelamatanNya.

·         Ay.26:  Janji atas pemeliharaan manusia dan akan menghasilkan damai sejahtera, tidak kekurangan apa-apa dan menerima segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadikan hidup ini sungguh-sungguh hidup termasuk harapan untuk masa depan.

Dengan pemberian berkat ini, imam mengumumkan bahwa mereka menjadi milik Allah dan mereka memiliki Allah, yang menjadi  kepastian atas berkat-berkat Allah.

Dengan segala berkat yang sudah Tuhan berikan (dulu dan saat ini) dan juga berkat yang Tuhan siapkan (masa yang akan datang), sudah selayaknya lah kita  semakin mampu menjalani hidup dengan keyakinan kepada Tuhan. Karena didalam Tuhan ada kepastian di tengah-tengah hidup yang penuh dengan ketidak pastian. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam KItab Galatia 4:1-7, bahwa kita ini adalah anak-anak Allah yang harus hidup dekat, intim dan penuh kesungguhan kepada Allah. Kita adalah ahli-ahli waris yang diangkatkan dari hamba menjadi anak. Jadi bagaimana kah kasih seorang bapa kepada anaknya, tentu kasih Tuhan lebih besar dari kepada kita. Seorang bapa akan selalu memberikan yang terbaik buat anaknya,  berjuang dan tahu yang terbaik. Demikian juga Allah kita, sudah memberkati kita selama ini, dan pada waktu yang akan datang pun Dia pasti memberikan yang terbaik karena dia tahu apa yang terbaik buat kita.

Perjalanan hidup ditahun 2020, menjadi gambaran bagi kita. Diawal tahun 2020 banjir hamper melanda semua  wilayah di ibukota. Di akhir maret, virus Corona masuk ke Negara kita, menguncang seluruh tatanan hidup kita baik itu ekonomi, social, budaya dsb nya. ini menjadi situasi yang penuh dengan ketidak pastian, tapi hari ini Tuhan sudah antarkan kita lewati tahun yang cukup sulit. Mungkin ini adalah bagian dari perjalanan “padang gurun” yang harus kita lalui. Apakah tahun 2021, akan lebih baik?? tidak ada yang bisa memastikan itu. Tetapi satu yang harus tetap kita yakini, ditengah-tengah ketidakpastian, Allah PASTI akan selalu memberkati kita dengan banyak hal yang baik. Seperti nyanyian para peziarah dalam masmur 134, Allah tidak akan dengan serta merta menghilangkan kesulitan-kesulitan kita, tetapi kita harus bersiap untuk terus maju dan menyelesaikan perjalanan. Dalam keadaan apapun Allah memiliki kuasa untuk mencurahkan rahmatNya kepada kita.  Oleh sebab jalani hidup dengan syukur bukan dengan keluh kesah. 

Aplikasi/Pointer

1. Allah adalah pemilik dan sumber berkat yang selalu mencurahkan berkatNya bagi semua anak-anakNya

2. Hidup dengan keyakinan atas berkat Tuhan akan semakin memampukan kita menyadari dan melihat pemeliharaan Tuhan yang tidak pernah berhenti

3. Kehidupan yang kita jalani mungkin seperti “berjalan di padang gurun”, tetapi bersama Tuhan kita tidak akan berkekurangan, karena Tuhan tahu apa yang kita butuhkan.

Pdt. Sripinta Br Ginting, S.Th

GBKP Runggun Cileungsi

Khotbah Kebatian Tutup Tahun Tgl 31 Desember 2020 ; I Petus 1 : 22-25

(TUTUP TAHUN)

Invocatio  : “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13)

Bacaan     : Mazmur 119:89-96

Khotbah   : 1 Petrus 1:22-25

Tema        : “Hidup dan Yang Kekal” (Nggeluh Dingen Tetap Rasa Lalap)”

I.  PENDAHULUAN

Tanpa terasa waktu sudah menghentar kita pada penghujung hari di tahun 2020. Banyak suka dan duka sudah dilalui, senang dan susah, gembira dan sedih, solusi dan masalah, keyakinan dan kehawatiran datang silih berganti bak gelombang laut tiada berpenghujung. Terkhusus di tahun ini, kita diperhadapkan dengan situasi dan keadaan yang sangat menghawatirkan oleh karena adanya wabah virus corona yang penyebarannya begitu cepat dan mudah antara satu orang ke orang yang lain, sehingga menjadi pandemi yang menghebohkan dunia ini. Dampak dari pandemi covid-19 ini begitu besar bagi dunia dan bagi keluarga-keluarga kita semua, terjadinya resesi ekonomi, pemutusan hubungan kerja (PHK), anak-anak yang harus sekolah dari rumah, biaya hidup yang semakin besar dan sulit untuk memenuhinya, ditambah ancaman tertular dan menularkan virus corona yang bisa membuat kita sakit bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia, sehingga kita banyak melakukan kegiatan di rumah dan membatasi pertemuan dengan orang lain. Bahkan gedung gereja juga harus ditutup dan kita beribadah di rumah masing-masing bersama dengan keluarga.

Dalam hitungan menit kita akan meninggalkan tahun 2020 dan memasuki tahun yang baru 2021. Ibarat melakukan suatu perjalanan maka saat ini kita telah tiba pada akhir dari suatu perjalanan panjang selama satu tahun di tahun 2020 ini (12 bulan, 52 minggu, 365 hari, 8.760 jam, 525.600 menit, 31.536.000 detik). Kita meyakini bahwa semua yang telah dijalani itu bukan karena kemampuan dan kuat gagah serta kehebatan kita sendiri, tapi kita mengimani dan mengakui bahwa kita ada sampai saat ini, di sini dan di tempat ini hanya oleh kasih setia Tuhan. Dia-lah yang telah menopang dan menyertai kita di sepanjang perjalanan hidup ini. Penggalan syair lagu, “tiap langkahku di atur oleh Tuhan dan tangan kasih-Nya membimbingku” adalah pengakuan yang sungguh atas semua penyertaan Tuhan dalam hidup kita. 

II.                 PENDALAMAN NAS

Konteks Jemaat ketika surat ini dituliskan, yakni Penindasan dan Penganiayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Romawi yang menyebabkan Umat Tuhan sangat menderita. Umat Tuhan difitnah sebagai orang-orang durjana dan kepada mereka dituduhkan segala yang jahat. Karena itu, tidak sedikit anak-anak Tuhan yang harus terpisah dengan keluarganya karena mereka ditangkap dan dipenjarakan cuma karena mereka adalah orang Kristen. Bahkan sebagian dari pada mereka harus menjalani hukuman mati karena kegigihan mereka mempertahankan iman kepada Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Namun tak dapat dipungkiri bahwa karena tekanan yang begitu berat maka tidak sedikit juga anak-anak Tuhan yang goncang imannya. Kasih persaudaraan yang terbina selama ini menjadi pupus, karena perasaan takut dan kuatir diketahui sebagai orang-orang Kristen. Dalam menghadapi kesusahan dan kesulitan yang luar biasa itu, sudah barang tentu membawa dampak yang kurang baik bagi pertumbuhan iman anak-anak Tuhan, maka Petrus dalam suratnya ini meneguhkan kepercayaan para pembacanya agar mereka tetap teguh dan tidak mudah tergoncang. Petrus mengajak anak-anak Tuhan agar tetap tabah menghadapi segala jenis penghambatan dan mengingatkan mereka agar tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Justru dalam situasi seperti itu, anak anak Tuhan mendapat kesempatan untuk semakin tekun melakukan berbagai kebajikan. Petrus minta agar anak-anak Tuhan memilkiki cara hidup yang baik, saleh, dan penuh dengan kelemah-lembutan, sehingga ketika mereka "difitnah sebagai orang durjana, maka semua orang dapat melihat perbuatan-perbuatan yang baik itu dan memuliakan Allah pada hari IA melawat mereka (1 Ptr. 2:12)".

Demikian juga dengan hubungan di antara mereka sebagai umat Tuhan. Mereka harus saling memperhatikan, meneguhkan, menghiburkan dan saling mengasihi dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Justru di tengah-tengah situasi yang kurang bersahabat itu diperlukan pembuktian tentang ajaran kasih yang sesungguhnya yang telah mereka warisi dari keteladanan kasih Tuhan Yesus. Terlebih lagi Petrus menyebut mereka sebagai "orang-orang pendatang yang tersebar di wilayah Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (1 Ptr. 1:1)", siapa lagi yang akan memperhatikan mereka serta mempedulikan mereka dalam menghadapi tekanan yang berat itu selain di antara mereka sendiri. Petrus berharap agar kasih persaudaraan di antara anak-anak Tuhan tidak luntur di tengah-tengah situasi yang sedang mereka hadapi. Penderitaan akibat tekanan yang begitu hebat, menantang anak-anak Tuhan untuk semakin mengobarkan kasih persaudaraan dan hal ini akan menjadi kesaksian bagi dunia bahwa seberat dan sebesar apapun pencobaan hidup, anak-anak Tuhan tidak akan pernah saling menggigit dan saling membinasakan satu dengan yang lainnya.

Ada dua alasan untuk mengasihi dalam 1 Petrus 1:22-25. Alasan pertama diletakkan sebelum perintah itu sendiri dan alasan kedua diletakkan setelah perintah itu. Ayat 22a berbunyi, “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran...HENDAKLAH (ayat 22b) kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu”. Setelah itu Petrus memberikan alasan yang kedua, “Karena (ayat 23) kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal”. Jadi perintah untuk sungguh-sungguh mengasihi berdiri di atas dua dasar. Dasar pertama adalah ketaatan kepada kebenaran yang menyucikan (ayat 22a). Dasar kedua adalah kelahiran baru oleh firman Allah (ayat 23). Kita pasti bertanya saat ini, apa hubungannya dengan pengharapan yang tadi dikatakan memberikan kekuatan kepada kasih? Darimana kita melihat hubungan pengharapan ini dengan kedua dasar untuk mengasihi itu?

Mari kita perhatikan ayat 22a, tujuan dari ketaatan yang menyucikan itu adalah kasih, “sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas”. Dengan kata lain, ketaatan di sini bukanlah ketaatan mengasihi. Ketaatan di sini memimpin pada mengasihi. Ketaatan macam apa kalau begitu? Ketaatan kepada kebenaran. Apakah kebenaran itu? Dalam konteks ini dan sesuai dengan kitab-kitab Injil, kebenaran di sini adalah Firman Allah (ayat 23). Dan Firman Allah yang demikian disebut di dalam ayat 25b sebagai Injil itu sendiri. Jadi, ketaatan kepada kebenaran artinya di sini adalah menaati Injil.

Dasar pertama bagi kita untuk mengasihi menurut ayat 22a adalah ketaatan kepada kebenaran atau pengharapan kita kepada firman yang hidup dan kekal itu. Pengharapan macam yang menyucikan diri kita itu sehingga kita dimampukan untuk mengasihi? Jawabannya adalah pengharapan kepada firman yang kekal dan hidup itu menyucikan diri kita dari pengharapan kepada sesuatu yang fana dan tidak abadi seperti rumput dan bunga duniawi. Berharap kepada Allah menyucikan kita dari berharap kepada sesuatu duniawi yang sia-sia. Pengharapan kepada Allah menolong kita untuk melihat bahwa jika kita hidup demi indahnya bunga dan segarnya rumput dunia seperti uang, kenyamanan, ketenaran, kesenangan duniawi dan seks, maka kita akan layu, kering dan akhirnya gugur. Dan ketika pengharapan yang baru ini, pengharapan akan firman Allah yang hidup dan kekal itu, menyucikan kita dari segala pengharapan yang sia-sia dan fana itu, kita dimampukan untuk mengasihi satu sama lain dengan sungguh-sungguh.

Dasar kedua kita mengasihi adalah kita dilahirkan kembali oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. Kalau kita perhatikan apa yang Petrus tekankan dalam ayat 23-25 maka kita menemukan bahwa ia tidak hanya menekankan kelahiran baru oleh firman Allah. Ia menekankan sesuatu yang spesifik tentang firman itu, bahkan ia sampai mengutip dari Perjanjian Lama, Yesaya 40:6-8. Apa yang ia tekankan dari firman Allah itu?

Kita sudah melihat bahwa dalam pasal 1 ini Petrus sangat menekankan sesuatu yang bersifat kekal: bagian atau warisan kita tidak dapat binasa (ayat 4), iman kita yang bernilai tidak fana (ayat 7), tebusan kita yang mahal bahkan tidak tidak fana (ayat 18-19) dan firman Allah yang hidup dan yang kekal (ayat 23). Apa maksudnya? Tidak lain dan tidak bukan adalah bahwa apa yang Tuhan berikan kepada kita itu tidak akan habis. Apa yang Tuhan janjikan kepada kita itu tidak akan pernah keliru. Segala yang Tuhan sediakan bagi kita adalah tetap dan akan selalu ada seperti Allah yang tidak akan pernah tidak ada. Dan orang-orang percaya yang berdiri di atas hal demikian tidak akan pernah binasa, selamanya. Dengan kata lain, penekanannya adalah pada pengharapan.

Ayat 24-25 semakin menegaskan betapa firman Allah itu tetap dan tidak akan pernah lenyap. Mengapa Petrus demikian menekankan sifat permanen atau sampai selama-lamanya firman Allah ini? Karena seperti peribahasa “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”, kita akan menghasilkan buah sesuai dengan pohon dimana kita berada. Petrus ingin kita melihat bahwa benih yang menciptakan pohon kita itu, yang menyebabkan kita lahir kembali, adalah firman Allah yang tidak dapat binasa, yang hidup, yang kekal dan selama-lamanya. Kalau pohonnya seperti itu, demikianlah buahnya kita. Kita akan tidak dapat binasa, memiliki hidup kekal dan selama-lamanya. Inilah pengharapan kita.

Jadi dasar kedua untuk mengasihi adalah hati yang sudah dilahirkan kembali oleh firman Allah untuk berharap. Sebuah pengharapan yang dibebaskan dari segala bunga dan rumput duniawi. Satu hal yang membuat kita tidak dapat mengasihi adalah ketakutan bahwa jika kita membayar harga kasih itu, maka kita akan kehilangan hal-hal indah yang dunia ini akan berikan kepada kita: “segala kemuliaannya seperti bunga rumput” (ayat 24): jika kita lebih menggunakan waktu dan energi kita untuk memenuhi kebutuhan orang lain daripada diri kita sendiri, jika kita menerima kritik tanpa membela diri, jika kita mengampuni, jika kita bersukacita ketika orang lain diberkati sedangkan kita tidak, jika kita memberkati mereka yang mengutuk kita dan berbuat baik kepada mereka yang menindas kita.

Jika kita bersungguh-sungguh mengasihi dengan segenap hati, maka harga yang harus kita bayar adalah kita akan kehilangan kemuliaan bunga rumput yang orang-orang dunia ini kejar-kejar dan dambakan. Kuasa untuk mengalahkan ketakutan ini adalah kuasa pengharapan yang telah disucikan oleh TUHAN– bahwa kemuliaan dunia ini akan berlalu dan yang dilahirkan kembali oleh firman Allah dan yang berharap pada Allah itu, akan tetap hidup dan kekal selama-lamanya.

Kasih Persaudaraan adalah BATU UJI bagi pengudusan setiap pribadi Kristen. Jika hidup kita tidak menampakkan KASIH maka kita tidak lebih dari pada gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Karena itu, bagi Petrus, kasih yang tulus selalu berpedoman pada kasih Kristus yang rela berkorban demi keselamatan umatNya. Kita yang sudah mengalami kasih itu, dituntut untuk melakukan hal yang sama. Dan hal ini hanya mungkin dilakukan jika kita dilahirkan kembali. Artinya, hidup kita harus dikuasai oleh Roh dan "buah dari Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri (Gal. 5:22).

 

Melalui invocatio 1 Korintus 13:13 juga ditekankan tentang kasih, di mana iman dan pengharapan bisa hanya diucapkan dan dalam bentuk pengakuan serta ajaran, sedangkan kasih harus dalam bentuk nyata melalui perbuatan. “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13).

III.   APLIKASI

Dalam menjalani kehidupan ini, baik dalam menjalani tahun yang sebentar lagi akan kita tinggalkan maupun tahun yang akan kita jalani dan masuki tahun 2021, tidak pernah kita dijanjikan akan hidup bebas dari masalah. Tapi kita percaya ada kasih Tuhan yang selalu beserta dengan kita, yang tidak pernah meninggalkan kita sehingga kita kuat dan mampu menjalaninya. Gelombang dan badai kehidupan pasti menerjang dan mau menghempaskan kita, virus corona mungkin masih akan merajalela menularkan dari satu orang ke orang lainnya, tapi dengan kasih setia Tuhan kita akan tetap berdiri dan terus berjalan.

Ingatlah, masalah dan pergumulan itu tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus. Kita harus menyadari bahwa kasih karunia Tuhan tidak pernah berhenti dari hidup kita. Apapun permasalahan yang kita hadapi, kita tahu kasih setia Tuhan selalu ada menyertai kita. Tuhan punya cara untuk menolong kita. Allah tidak mau memisahkan diriNya dengan kita. Dia Allah yang peduli, mengerti, menolong setiap kita.

Tema kita menyatakan “Hidup dan Yang Kekal”. Dasar kita hidup adalah melakukan kasih di sepanjang umur hidup kita. Kita bisa melewati masa-masa sulit dan kelam tahun ini, khususnya karena pandemi covid-19 itu semua oleh karena “Kasih”, kasih Allah kepada kita dan kasih sesama kita yang menguatkan dan kita juga menguatkan satu dengan lainnya. Di samping itu, hidup kita di dunia ini adalah fana dan sementara tapi ada yang kekal selamanya yaitu firman Allah. Maka mari jalani hari-hari kita selanjutnya, sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 2020 dan memasuki tahun yang baru 2021, hidup masih berlanjut maka jalani dengan penuh kasih terhadap sesama dan hudup berdasarkan firman Tuhan yang kekal.

Mari jalani hidup, masalah tentu masih banyak di depan, karena selama kehidupan ada maka pergumulan itu tiada ujungnya. Walaupun demikian kasih setia Tuhan itu baik adanya bagi tiap kita yang percaya dan firmanNya selalu kekal dan menguatkan kita.

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku”. (Habakuk 3:17-19)

“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23).

Pdt. Irwanta Brahmana, S.Th

GBKP Runggun Surabaya

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate