Keluarga Yang Sehat (Fokus kesehatan keluarga : Mental dan fisik)
Invocatio : “Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja”. (3 Yohanes. 1:2)
Ogen : 1 Timotius 5 :23
Kotbah : Masmur 38 : 8-18
Tema : Keluarga Yang Sehat (Jabu Si Mejuah-Juah)
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan…
Pandemi Virus Corona yang sedang mewabah sekarang ini, menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan. Protokol kesehatan yang dianjurkan untuk kita lakukan adalah harus memakai masker dan harus sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer agar tetap sehat dan tidak terpapar Virus Corona. Selain itu, kita juga harus mengatur jarak dengan orang lain dan juga menghindari kerumunan orang banyak. Hal ini dilakukan supaya kita tetap sehat dan terhindar dari Virus Corona. Karena jikalau seorang anggota keluarga terpapar Virus Corona, maka kemungkinan seluruh anggota keluarga juga dapat terpapar.
Secara umum, memiliki tubuh yang sehat tentu merupakan dambaan setiap orang. Tentu saja kenyataan ini mendorong kita untuk tetap menjaga kesehatan fisik dan mental baik secara pribadi maupun bersama-sama dengan keluarga. Namun, keinginan tersebut terkadang tak diiringi dengan gaya hidup sehat. Banyak orang yang ingin hidup sehat, tetapi mengabaikan gaya hidup sehat dengan makan makanan yang tidak sehat dan tidak pernah berolahraga. Tak hanya kesehatan secara fisik saja, namun kesehatan mental juga perlu dijaga. Betapa pentingnya menjaga kesehatan karena kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Seperti yang diungkapkan oleh Mahatma Gandi bahwa harta sejati adalah kesehatan, bukan emas dan perak. Ini memperlihatkan bahwa kesehatan jauh lebih penting dari pada materi.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan….
Firman Tuhan yang disampaikan pada Kebaktian Pekan Keluarga malam hari ini juga mengingatkan kepada kita tentang pentingnya kesehatan baik secara pribadi maupun di tengah-tengah keluarga. Masmur 38:8-18 yang menjadi nats kotbah dalam Pekan Kebaktian Keluarga hari ke tiga ini, menceritakan kepada kita tentang Pemasmur Daud yang menyampaikan ratapannya kepada Tuhan tentang penyakitnya serta mengungkapkan perasaannya kepada Tuhan. Untuk memahami tentang penderitaan yang sedang dialami oleh Pemasmur Daud ini, kita akan menelisiknya dari Mas. 38:1-23.
Pemasmur menceritakan tentang sakit penyakit yang sedang di deritanya. Sakit penyakit merupakan suatu kenyataan yang akan dihadapi oleh semua manusia. Kelelahan, dukacita, masalah, tekanan, atau kemarahan dapat membuat orang sakit secara fisik. Kuman, virus, dan bakteri juga menjadi penyebab seseorang sakit. Di tengah kelemahan seperti itu, orang bisa dengan mudah merasa lelah menjalani kehidupan dan menyalahkan Tuhan. Namun, bagaimana pemazmur mengatasi kelemahan dan penyakitnya?
Dari dalam penderitaan yang sedang dirasakan oleh pemasmur, Dia datang kepada Tuhan. Berseru kepadaNya serta mencurahkan segala isi hatinnya. Penderitaan yang dialami oleh pemasmur ini sangatlah berat, yaitu suatu penyakit dengan luka-lukanya berbau busuk, bernanah, oleh karena kebodohannya (ayat 6). Ia menganggap penyakitnya sebagai hukuman atas dosanya. Kesakitan yang sangat luar biasa dirasakan oleh pemasmur sehingga ia merasakan bahwa tidak ada lagi yang sehat dalam dirinya. Ia kehabisan tenaga dan remuk redam, ia merintih dengan degup jantung yang terus berdebar-debar, kekuatannya hilang, cahaya matanya pun lenyap (ayat 4-11).
Selain fisiknya yang mengalami penderitaan yang luar biasa sakitnya, pemasmur juga mengalami rasa sakit secara mental karena sahabat-sahabatnya dan teman-temannya bahkan sanak saudaranya pun menjauhinya (ayat 12). Sungguh suatu keadaan yang sangat menyedihkan dialami oleh pemasmur. Dia tidak punya lagi orang-orang yang dekat dengannya untuk menghiburkannya serta menolongnya untuk tetap sanggup menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Mengapa pemasmur Daud ditinggalkan sendiri ? Kemungkinan karena penyakit yang dideritanya itu membuat ia menjadi seorang yang dipandang menjijikkan, sehingga tidak ada satu orangpun yang mau dekat dengannya, malahan pergi menjauhinya.
Terhadap para musuhnya yaitu orang-orang yang ingin mencabut nyawanya dengan memasang jerat, orang-orang yang mengikhtiarkan celakanya, memikirkan kehancuran dan merancangkan tipu daya sepanjang hari, pemasmur Daud tidak mau mendengarkan mereka serta menutup mulutnya (ayat 13-15). Daud mengeluh mengenai kuasa dan kejahatan para musuhnya, yang kelihatannya bukan saja memanfaatkan kesempatan dari kelemahan tubuhnya dan kegelisahan pikirannya untuk menghina dia, tetapi juga mengambil kesempatan dari keadaan itu untuk melakukan kejahatan terhadapnya. Ada banyak sekali hal yang dia ungkapkan untuk menentang mereka, dan semuanya itu dia kemukakan sebagai alasan mengapa Allah harus bangkit membelanya (ayat 16-20)
Dalam kesakitannya itu, pemasmur Daud datang kepada Tuhan serta merendahkan diri dihadapan Allah. Ia mengatakan kepada Tuhan :“Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhku pun tidak tersembunyi bagiMu”(ayat 10). Pemasmur sungguh terbuka dihadapan Allah tentang keinginannya untuk disembuhkan dari penyakit yang sedang di deritanya. Ia meletakkan pengharapannya hanya kepada Tuhan. Ia tidak putus asa. Dia tahu bahwa ada Tuhan, Sang Penolong, yang menjadi tumpuan harapannya.Pengharapan yang teguh kepada Tuhan di kala sakit, sungguh menguatkan serta memberikan semangat hidup yang tinggi bagi pemasmur (ayat 16). Pemasmur memohon supaya Tuhan menolongnya, menyembuhkannya (ayat 23).
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan.
Penyakit dapat membuat kita jauh dan terpisah dari keluarga dan komunitas karena tidak lagi dapat beraktivitas bersama keluarga serta rekan-rekan dalam komunitas itu. Sakit juga bisa memisahkan kita dari segala hal yang kita sukai. Bukan berarti kita boleh menyerah pada kehidupan, apalagi mencari jalan keluar yang justru menjauhkan kita dari Tuhan. Belajar dari pemazmur, kita bisa mencari tahu "kebodohan" apa yang telah kita lakukan sehingga membuat kita jatuh sakit. Namun pada saat yang sama, kita diajak untuk merendahkan diri dan mengakui bahwa pertolongan hanya dalam Tuhan. Dengan demikian, kita bisa menjalani hari-hari bersama penyakit kita dengan keteguhan dan keberanian.
“Keluarga Yang Sehat”, inilah yang menjadi tema kita dalam Pekan Kebaktian Keluarga hari ke tiga ini. Perilaku hidup sehat harus dimulai dari diri sendiri kemudian di tengah keluarga dan juga masyarakat. Kesehatan mental dan fisik di tengah keluarga sangat penting untuk diperhatikan dan dijaga dengan baik.
Pertama, kesehatan mental.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika hati kita ada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dengan baik. Seorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan dan potensi dirinya dengan maksimal dalam menghadapi tantang hidup, serta menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya mengarah kepada perilaku buruk. Masalah kesehatan mental yang paling umum terjadi yaitu stres, gangguan kecemasan dan depresi.
Bagaimana kita dapat menjaga kesehatan mental yang baik ditengah penderitaan karena penyakit yang dialami ? Seperti yang dilakukan oleh pemasmur Daud yaitu datanglah kepada Tuhan melalui doa, menyampaikan kepadaNya akan apa yang sedang dihadapi, tetap setia berpengharapan kepadaNya serta mengimani bahwa Tuhan menolong serta memulihkan keadaan kita. Kita harus menjaga kesehatan mental agar pikiran tetap tenang, nyaman dan bahagia dengan menghindari berbagai informasi negatif dan mengisi waktu dengan berbagai kegiatan yang positif seperti saling menolong, selalu berpikiran positif dan merasakan perasaan yang positif. Dengan selalu berpikiran positif dan berperasaan positif maka akan meningkatkan kerja dari sistem imun tubuh dalam melawan berbagai macam virus penyakit, khususnya Covid-19 sekarang ini. “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8).
Dengan demikian, iman kita tetap kuat di dalam Tuhan serta imunitas tubuh juga tetap terjaga dengan baik.
Kedua, kesehatan fisik.
Kesehatan fisik yaitu kesehatan yang ditandai dengan kondisi tubuh yang sehat dan berfungsi secara normal sehingga mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan sehat secara fisik, kita bisa tetap beraktivitas. Dengan fisik yang sehat maka kita dapat berkarya serta menyelesaikan tanggungjawab dengan baik. Keadaan fisik yang lemah akan berpengaruh terhadap produktivitas kita sehari-hari. Menjaga kesehatan fisik bisa dilakukan dengan cara berolahraga, makan makanan sehat dan bernutrisi, cukup tidur dan istirahat, menghindari minum minuman beralkohol dan merokok sehingga kesehatan fisik dapat terjada dengan baik.
Kesehatan fisik dan kesehatan mental merupakan dua aspek yang penting dalam bidang kesehatan yang saling berhubungan. Kesehatan fisik seseorang dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya. Misalnya, ketika sedang sakit, kerap kali membuat kita menjadi seorang yang lebih sensitif, sehingga dapat membuat cepat marah, stres, gangguan kecemasan dan juga depresi, terlebih ketika penyakit yang di derita adalah penyakit menahun yang tak kunjung sembuh, atau penyakit seperti yang sedang terjadi pada masa sekarang ini yang disebabkan oleh Corona Virus.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan..
Untuk membangun “Keluarga Yang Sehat” yaitu dalam hal kesehatan fisik dan mental, mari terus membangun hubungan sosial yang baik didalam keluarga. “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” seperti yang disampaikan dalam teks invocatio kita hari ini dari 3 Yohanes 1:2 “Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja” Hal ini dapat dilakukan melalui ibadah bersama dalam keluarga, saling mendukung dalam menjaga kesehatan fisik dan kesehatan mental di tengah-tengah keluarga dan juga dengan masyarakat.
Jika salah satu anggota keluarga mengalami penyakit, janganlah meninggalkannya sendirian, menjauhinya karena stigma negatif atas penyakit yang dialaminya, melainkan marilah saling menguatkan, saling mendoakan, saling memberikan motivasi sehingga menumbuhkan semangatnya untuk sembuh dari penyakitnya. Menuntunnya untuk datang kepada Tuhan, memohon kesembuhan yang datangnya dari Tuhan, tetap setia berpengharapan kepadaNya, serta mengimani bahwa Tuhan sanggup memulihkan kesehatannya. Mendorongnya juga untuk menjalani pengobatan medis yang sesuai dengan penyakit yang dialaminya agar dia juga beroleh kesembuhan (bd. Teks bacaan kita : 1 Timotius 5:23)
Ditengah kondisi pandemi Corona Virus saat ini marilah tetap setia melakukan protokol kesehatan yang telah disampaikan oleh pemerintah, dengan 3 M :
1. Menggunakan Masker
2. Mencuci Tangan
3. Menjaga Jarak
Marilah terus berjuang membangun “Keluarga Yang Sehat”. Iman yang Sehat. Imunitas tubuh meningkat. Tuhan memberkati kita semua sehingga menjadi “Keluarga Yang Sehat”. Amin.
Pdt. Crismori Veronika Br Ginting Manik
GBKP Sitelusada