Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Khotbah Minggu Tgl 05 September 2021 ; 2 Korinti 13 ; 10-13

m

Invocatio      : Matius 5:9 ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Ogen            : 2 Raja-raja 20:12-19     

Kotbah         : 2 Korinti 13:10-13    

Tema            : Bersepakat dan Berdamailah (Ersada arih ras erdamelah)

Perlebe

Damai merupakan kata positif dimana tidak akan ada orang yang menentangnya bahkan setiap kita pasti menginginkan kedamaina terjadi dalam kehidupan. Damai adalah tanda keharmonisan dengan hadirnya situasi tanpa kekerasan dan pertikaian juga rasa bebas dari rasa takut akan kekerasan. Secara umum dipahami sebagai tidak adanya permusuhan; perdamaian juga menunjukkan adanya hubungan antarpribadi atau internasional yang sehat; yang baru sembuh, kemakmuran dalam hal kesejahteraan sosial atau ekonomi; pembentukan kesetaraan, dan tatanan politik yang berfungsi yang melayani kepentingan sejati semua orang. Sehingga besepakat dan berdamai merupakan hal dicari dan diusahakan untuk terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendalaman Teks

Surat yang kedua kepada jemaat Korintus dikirim Rasul Paulus melalui Titus dengan harapan agar suratnya disambut baik oleh jemaat semua. Melalui suratnya Paulus menerangkan tentang perubahan rencana perjalanannya ke Korintus. Pujian juga disampaikan karena jemaat sudah menaati pesannya di surat yang pertama.  Surat ini juga berusaha menjawab persoalan di Korintus yaitu ketika ada rasul-rasul palsu yang memfitnah Rasul Paulus sebagai rasul palsu dan sebelum hal tersebut di klarifikasi Rasul Paulus meninggalkan jemaat dan hal ini memberi kesan bahwa fitnah tersebut benar sehingga melalui suratnya Rasul Paulus meluruskan pemahaman tersebut dan menyelesaikan perselisihan pendapat yang sempat terjadi diantara jemaat Korintus.

Di ayat 10, “Itulah sebabnya sekali ini aku menulis kepadamu…” ada kesan bahwa didalam hati Paulus merasakan kemarahan namun di saat yang bersamaan kasihnya menang; seperti setengah menjalelaskan dan setengah meminta maaf, untuk isi suratnya yang cukup tajam (salah satunya 2 Korintus 10:2). Lebih baik berbicara keras daripada bertindak, namun jika seandainya tindakan keras dibutuhkan maka hal tersebut pun dapat dilakukan Paulus karena Kuasa Kerasulan yang telah diterimanya (2 Korintus 10:8). Dan kuasa tersebut ingin Paulus pakaikan untuk membangun jemaat bukan meruntuhkannya.

Paulus menutup suratnya menurut bentuk biasa dari kesimpulan surat yaitu berharap semua kebahagiaan bagi mereka si penerima surat, namun dia menambahkan sesuatu yang memperlihatkan bahwa dai adalah pelayan injil,

Ø  Supaya sempurna: katartizes, yang berarti kompak atau bersatu sebagai anggota tubuh yang sama. Kesempurnaan suatu masyarakat terletak pada kesatuannya karena itu jemaat Korintus yang sempat bertikai dan ada anggota yang terlepas dari sendi tubuh Kristus, kembalilah menjadi sempurna bersatu dalam persekutuan tubuh Kristus. (2 Korintus 13:9, Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna)

Ø  Terimalah segala nasehatku!, desakkan Rasul Pulus untuk jemaat tunduk pada ajaran dan nasehatnya. Nasehat yang menguatkan, menghiburkan dan mengarahkan kepada jalan kebenaran sesuai Injil.

Ø  Sehati sepikir, karena memiliki dasar penilaian yang sama yaitu kebenaran firman Allah, juga karena ada dalam persekutuan yang sama dan  punya tujuan yang sama dan yang pasti semuanya adalah pribadi yang memiliki Kasih.

Ø  Hidup dalam damai sejahtera, bebas dari perselisihan dan perpecahan; kemarahan , kebencian dan dengki diantara jemaat. Sebagai jemaat Tuhan maka hadiratNya akan dapat dirasakan dalam situasi hidup berjemaat yang berdamai.

Ø  Allah yang kita sembah adalah yang penuh Kasih dan Damai. Kasih dan Damai telah diperintahkan untuk menyertai umatNya, sehingga dalam persekutuan dan persaudaraan haruslah tampak kasih dan damai tersebut.

Memberi salam dengan cium kudus merupakan kebiasaan kuno yang umum digunakan ketika bertemu teman atau kerabat sebagai tanda kasih timbal balik dan persahabatan. Orang Kristen juga menggunakan (mengadopsi)  kebiasaan ini di pertemuan gerejawi. Ini bukan ajaran yang mewajibkan semua orang Kristen melakukan hal yang sama namun sekedar mengarahkan mereka yang menggunakannya supaya melakukannya dengan hati yang tulus dan suci/ kudus. Cium kudus ditemukan juga di Roma 16:16; 1 Tesalonika 5:26; 1 Petrus 5:14.

Rasul Paulus mengakhiri suratnya dengan menyampaikan salam dari orang kudus, dalam pengertian bahwa Paulus ada bersama para pelayan lain atau jemaat yang lain juga mengetahui suratnya kepada jemaat Korintus dan ini memberi kesan bahwa mereka satu keluarga besar. Kalimat berkat sekaligus doa Paulus kepada jemaat menutup surat 2 Korintus.

Aplikasi

1.     Setiap orang memiliki keinginan untuk hidup dalam damai. Kita berdoa untuk itu, kita berharap untuk itu. Beberapa orang berpikir hidup damai berarti memiliki perasaan aman, memiliki keuntungan ekonomi, hidup tanpa masalah. Namun pengertian ini sama saja dengan istirahat dalam damai, karena hidup dalam damai adalah berjuang dan melakukan sesuatu. Jadi kita akan menemukan banyak konflik dalam hidup kita dan dalam situasi ini kita seharusnya mengandalkan Allah bukan seperti raja Hizkia yang mengandalkan kuat dan gagahnya sehingga bukannya mendatangkan damai bahkan sebaliknya hukuman Allah yang datang.

2.     Bagaimana cara untuk hidup berdamai bersama dalam keluarga dan persekutuan juga masyarakat? Seperti nasehat Rasul Paulus yaitu Memiliki Kasih Allah, sehati sepikir, sempurna dalam sukacita dengan saling menerima dan mengampuni, dan mengupayakan prilaku yang tulus dan ikhlas dan kudus.  Cium kudus tanda kasih dan persahabatan bukan seperti ciuman Yudas yang adalah prilaku kasih tapi tanda pengkhianatan.

3.     Dalam bahasa Ibrani damai adalah Shalom yang dalam PL disebutkan sebagai karunia Yahweh. Shalom memang merupakan anugerah, namun pemeliharaannya dalam kehidupan manusia bergantung pada respon manusia terhadap perintah Tuhan yang menilai dan bertindak sesuai dengan tatanan moral ilahi bagi masyarakat manusia.

4.     Dalam bahasa Yunani damai adalah Eirene yaitu sebagai anugerah Tuhan melalui Yesus Kristus yang merupakan buah dari Injil damai sejahtera dalam hubungannya dengan pemulihan hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Buah perdamaian yang diekspresikan dalam ciptaan baru adalah bahwa keselamatan membawa Cinta Tuhan, cinta sesama, cinta musuh, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, iman, harapan, kekudusan dan keselarasan dalam tubuh, berkat dan keutuhan.

Pdt. Erlikasna Br Purba

GBKP Runggun Denpasar

Khotbah Minggu Tgl 29 Agustus 2021 ; Galatia 5 : 13 -16

Invocatio      : Terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau  mendengarkan aku dengan sabar . (Kisah para rasul 26 : 3)

Bacaan         : 2 Raja-raja 17 : 34 -41 

Kotbah         : Galatia 5 : 13 – 16       

Tema           : Kasih Allah yang mendorong kamu ( keleng ate si njemba-njemba Kam)

I.PENDAHULUAN :

Syalom saudara-saudara yang terkasih minggu ini di gereja kita di dalam liturgi yang ke 52  minggu, disebut minggu budaya. Kata budaya mungkin bukan lagi hal yang asing bagi kita , dan artinya perlu di ingatkan kembali, budaya terdiri dari dua kata yaitu Budi merupakan paduan antara akal dan perasaaan, dan Daya adalah kemampuan berbuat dan bertindak, melakoni hidup di dalam konteks dan jaman-nya. Jadi Budaya adalah , kecerdasan manusia mengolah pikiran, menggagas, dan mencipta yang di wujudkan di dalam seni, bahasa, tatakrama, cara hidup, dll. Jadi, jelas bahwa setiap saat manusia tidak lepas dari budaya.

Demikian juga di minggu budaya ini kita di ingatkan beberapa hal yang penting di dalam hidup kita khususnya bagaimana kemampuan kita berbuat dan bertindak dalam hal merespons kebaikan Tuhan agar relasi kita semakin baik. (dengan Tuhan dan sesama).

II.PEMBAHASAN:

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus,

Kisah nyata dalam kehidupan, baik itu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari sangat berdampak dalam sikap terhadap penyembahan yang benar kepada Tuhan.

 II Raja-raja 17 : 34 -41 ( Bacaan )

        Teks ini, memberitahukan,orang-orang israel yang tidak ikut dalam pembuangan, dengan orang-orang dari berbagai negri asing yang di angkut oleh Raja Asyur. Masing-masing mereka berbuat sesuai adat leuhurnya. (Ibr : Mishpat : peraturan, hukum ) mereka ibdah kepada allahnya masing-masing. Tapi setelah para iman mengajarkan mereka hukum berbakti kepada Tuhan.( 2 Raja-raja 17 : 27 – 34 ), ibadah mereka tergantung kepada kebutuhan, atau keuntungan yang mereka peroleh, jadi orang-orang Samaria sampai akhir teks ini di beritakan terus berbakti kepada Tuhan dan patung-patung mereka (41).

          Jadi dalam hal ini, bagaimana agar wujud ibadah itu menjadi fokus kepada Tuhan, ada beberapa hal yang bisa menjadi perenungan kita di dalam Galatia 5 : 13 – 16.

Konteks nats kita ini terjadi ketika Paulus dalam perjalanan jauh ke Asia. Khususnya Galatia. Ia melakukan nya untuk mendengar dan melihat pertentangan yang terjadi di dalam jemaat Galatia. Aitu tentang makna kebenaran iman yang hanya diberikan kepada orang bersunat. Hal ini tentu merendahkan orang Yunani yang tidak memiliki budaya sunat. Secara garis besar, surat Galatia bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu pasal 1 – 4 yang isinya bernada teologis, dan pasal 5 – 6 yang isinya bernada praktis. Banyak nabi – nabi palsu menyampaikan arti kebebasan hidup dengan menyimpang dengan dalih manifestasi kerjaan sorga hal ini langsung dibantah oleh Paulus, dan ia kemudia meluruskan pemahaman dan pengertian yang telah salah dipahami selama ini.akibatnya, terjadi keretakan di tengah-tengah jemaat. Hal ini kemudian menjadi awal kehancuran kemerdekaan umat Tuhan. Mengapa? Karena, kemerdekaan umat Tuhan adalah kesatuan seluruh umat manusia yang percaya, bukan kelompok-kelompok, atau golongan-golongan (kefas, Paulus, Apolos, ataupun Kristus). Semua harus menjadi satu didalam Kristus. Kristus mati bagi orang yang percaya dan memedekakan semua orang

          Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus mengajarkan tentang kemerdekaan Kristen. Para penganut Yudaisme beranggapan bahwa doktrin Paulus tentang kasih karunia sangat berbahaya. Karena, doktrin Paulus seolah ingin menggantikan hukum taurat. Mereka berfikir jika segala peraturan dan standar mereka dihapuskan, maka jemaat mereka akan berantakan. Namun tidak demikian pemikiran Paulus. Malahan, Paulus ingin menegakkan bahwa keselamatan ini bukan karena upaya melakukan taurat, tetapi karena anugrah Allah. Anugrah keselamatan Allah itu harus ditanggung jawabin orang percaya. Seorang yang hidup dalam anugrah Allah seharusnya memiliki komitmen yang tinggi untuk bertanggung jawab kepada Allah.

          Oleh karena itu, bagaimana kita hidup sebagai orang yang sudah menerima kasih Tuhan???

·           KITA DIPANGGIL UNTUK HIDUP MERDEKA

 jika kita merenungkan kembali apa yang terjadi pada masa kita di jajah, hak dan kemerdekaan kita di renggut dan rasa kemanusiaan yang hilang. Galatia pasal 5 ini mengigatkan kita, melalui kematian, kita telah menerima kemerdekaan yang sejati, tidak lagi berada di bawah kuasa dosa (Yoh 8:34-36). Untuk menerima kemerdekaan itu, Tuhan Yesus sudah membayarnya dengan harga yang mahal yaitu dengan nyawanya.

Paulus dalam suratnya mengingatkan bahwa, kemerdekaan itu jangan disalah

Gunakan, menjadi kemerdekaan untuk saling membinasakan, tetapi biarlah kemerdekaan itu berbuah kasih yang murni berasal dari iman. Mewujudnyatakan iman dalam konteks sehari-hari, karena iman itu tidak kaku namun benar-benar dinamis.

·           APA YANG MEMAMPUKAN KITA HIDUP MERDEKA?

Roh Allah telah dicurahkan untuk bekerja dan berkarya dalam kehidupan kita.  (2Korintus 3 :17), pernyataan sikap dan perbuatan kita bukan mengacu dan berpedoman pada aturan-aturan tertulis dan kaku, tapi suatu relasi yang intim dengan Tuhan.

          Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan “barangsiapa yang tinggal di dalam Aku, dan aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak, sebab di luar aku, kamu tidak dapat berbuah apa-apa. “(Yohanes 15 : 5). Hubungan yang intim dan tak terpisah kan, seperti pohon dan ranting nya, inilah yang menggerak kan kita untuk menghasilkan buah.

          Secara sedehana dapat kita beri contoh ; ada atau tidak ada tulisan larangan membuang sampah, kita pasti tidak akan membuang sampah sembarangan bukan karena aturan yang melarang, tapi karena kita tau membuang sampah sembarangan bukan perilaku yang baik. Itulah sikap perilaku yang merdeka.         

III. REFLEKSI:    

          Hubungan yang intim dengan Tuhan akan menggerakkan kita melakukan kehendaknya di dalam relasi kita dengan sesama, baik dalam perbuatan kasih yang tulus dan menjauhkan kita dari perbuatan keingian-keinginan daging seperti : percabulan,hawa nafsu, menyembah berhala dll. Hidup dalam kasih Kristus juga menjadi kan kita mampu melihat kebenaran yang sesungguhnya yaitu kita di benarkan oleh anugerah kasih Tuhan (Kis 26 : 3). Kalau kita berbicara soal kasih, sebagai orang karo kita sebenarnya sudah banyak menjalankan perbuatan kasih dalam membangun relasi dengan sistem kekrabatan yaitu merga si lima, rakut si telu, tutur si waluh ras perkaden-kaden sepuluh dua tambah sada. Relasi ini dilakukan berdasarkan kasih terhadap sesama.

          Di minggu budaya ini kita juga di beri dasar yang kuat yaitu kasih Kristus mendoong kita untuk mengasihi “sangkep nggeluhta kerina” terlebih-lebih sangkep nggeluh ibas Tuhan. Bujur, Tuhan Yesus memberkati.

Pdt Neni Triana Sitepu

Rg. GBKP Cisalak

Khotbah Minggu Tgl 22 Agustus 2021 ; 1 Raja-Raja 2 : 1-4

Invocatio      : “Orang benar yang bersih kelakuannya – berbahagialah keturunannya.” (Amsal   20:7)

Bacaan         :  1 Korintus  4 : 14 – 16 

Khotbah       :  1 Raja-Raja  2 : 1 – 4 

Tema           :  “Pesan Seorang Bapa”

      Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih, kata bijak mengatakan, “Setiap laki-laki dapat menjadi seorang bapa, tetapi diperlukan seorang laki-laki yang istimewa untuk menjadi seorang yg benar-benar bapa.” (Any man can be a father, but it takes someone special to be a dad). Ungkapan ini mengatakan bahwa tidak gampang menjadi seorang bapa/ ayah. Dibutuhken doa, upaya, kesungguhan, ketekunan dan perjuangan menjadi seorang bapa yang baik. Seorang bapa belum menjadi bapa yang baik bila ia belum memberikan yang terbaik bagi istri dan anaknya. Memberi yang terbaik mencakup memberikan kebutuhan jasmani, jiwani dan rohani. Agar kelak anak-anaknya juga hidup benar, baik dan takut akan Tuhan. Tidak cukup hanya memenuhi dan menyediakan kebutuhan jasmani saja: memberi makan, minum, tempat tinggal, kebutuhan sekolah atau pendidikan anak saja. Tetapi juga dengan memberi perhatian, cinta, kasih sayang, pengajaran, didikan dan tuntunan hidup berdasarkan iman Kristen bagi anak-anaknya.    

      ISI

Daud berpesan terakhir sebelum meninggal kepada anaknya Salomo (ayat 1-2)

      Sepertinya raja Daud tahu dan sadar bahwa saat kematiannya sudah dekat. Hal ini terlihat dari tenaga dan kekuatan Daud yang berangsur-angsur menurun. Daud telah 40 tahun memerintah sebagai raja Israel dan dia sudah tua. Daud memanfaatkan waktunya yang masih ada, kesempatan yang masih Tuhan berikan. Karena itu sebelum mati, sebelum ajal menjemput Daud memanggil anaknya Salomo dan berpesan kepadanya. Dia memberikan pesan dan nasehat terakhirnya kepada Raja Salomo sebagai penerus tahta kerajaannya. Pertama sekali Daud mengatakan bahwa dia akan segera meninggal, “Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana.” Daud menunjukkan dirinya sebagai seorang bapa yang baik anaknya Salomo. Daud sebagai seorang bapa mau agar anaknya raja Salomo tetap di dalam iman. Karena itu Daud berpesan agar Salomo menguatkan hatinya dan berlaku seperti laki-laki (Be strong, be courageous). Berlaku seperti laki-laki maksudnya disini adalah semangat, bersemangat. Agar Salomo berketetapan hati, tegas dan berani dalam kebenaran.

       Memberi pesan terakhir lumrah kita temui dalam Alkitab. Yakub, bapa leluhur Israel memberi pesan terakhir sekaligus memberi berkat bagi ke 12 putranya sebelum meninggal (Kejadian 49:1-). Yakub ketika sudah sangat tua juga memberi pesan dan berkat kepada kedua putra Yusuf yaitu Manase dan Efraim (Kej. 48:15-22). Sebagai orangtua, terkhusus sebagai seorang bapa (ayah) mari memberi pesan, nasehat atau petuah bagi anak-anak kita. Suami atau bapa adalah kepala dan imam di tengah-tengah rumah tangga (1 Kor. 11:3; Ef. 5:23). Sebagai seorang imam, seharusnya dan sepatutnya seorang bapa memperkenalkan iman akan Yesus Kristus kepada seisi rumahnya. Kita memberi pengajaran dan tuntunan bukan di saat kita sudah tua seperti Daud dan Yakub. Tetapi mulai semenjak kita punya anak, mari kita berikan didikan dan pengajaran. Jangan tunggu menjadi tua dan menjelang kematian mendekati kita dulu baru kita memberi pesan dan nasehat. Selagi masih muda dan kuat, penuh vitalitas, alangkah baiknya kita sudah melakukan dan terus melaksanakannya. Apalagi kita tahu bahwa tidak seorangpun tahu apa yang akan terjadi hari esok. Bisa saja hari ini adalah hari terakhir kita. Satu-satunya yang kita miliki adalah hari ini. Hari kemarin sudah jadi kenangan, hari esok adalah harapan, dan hari ini adalah kenyataan. Pakai dan pergunakanlah hari ini dan setiap hari untuk mengajar, mendidik, menasehati dan membimbing anak-anak kita. Ajar, didik dan nasehati anak-anak kita pentingnya hidup takut akan Tuhan, berjalan di jalannya Tuhan. Ajarkan firman Tuhan, berikan prinsip dan pedoman hidup sebagai pegangan bagi mereka. Kita tidak akan bisa selamanya bersama anak-anak kita. karena hidup ini sementara saja. Kelak ketika kita sudah tidak bersama mereka lagi, kita sudah meninggal anak-anak kita mengingat pesan-pesan dan nasehat kita terlebih melaksanakannya. Jangan kiranya kita meninggal tetapi belum sempat memberikan nasehat, pesan yang baik dan benar berdasarkan kehendak Tuhan bagi anak-anak kita.  

     Isi Pesan Daud kepada putranya Salomo (ayat 3-4) 

     Daud meminta Salomo agar melakukan kewajibannya dengan setia terhadap TUHAN. Yaitu dengan hidup menurut jalanNya dengan tetap mengikuti ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuanNya. Hal itu semua sudah tertulis di dalam hukum Musa (Taurat). Dengan jalan itulah TUHAN akan menepati janji yang telah diucapkanNya tentang Daud. TUHAN telah berjanji bahwa Dia akan memberikan tahta Kerajaan Israel kepada Daud dan keturunannya apabila tetap taat dan setia menjalankan perintah TUHAN. TUHAN memberikan syarat kepada Daud dan keturunannya prihal tahta kerajaan Israel. Hanya dengan memenuhi syarat itulah maka tahta kerajaan akan langgeng.        

     “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef. 6:4). Nasihat atau perintah mendidik dan mengajar jelas sekali dialamatkan kepada kita kaum bapa. Sementara pikiran atau persepsi kita selama ini bahwa mendidik adalah tugas istri saja. Mari kita camkan ini. Sadarlah dan berubahlah mulai hari ini. Sebagai orangtua yang baik terkhusus lagi bapa yang baik, marilah kita mendidik dan mengajar anak kita di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Daud tidak berpesan agar Salomo menuntut dan mengutamakan haknya melainkan kewajibannya. Teladan yang baik ini penting dan perlu sekali kita tiru. Ingatkanlah anak-anak kita akan kewajibannya. Minta anak-anak kita mendahulukan kewajibannya. Terlebih kewajiban iman yaitu setia terhadap Tuhan Yesus dan hidup sesuai firman dan perintahNya (bdk. Ket. 2:10). Ajarkanlah anak-anak kita bahwa hanya dengan dengar-dengaran akan Tuhan dan firmanNya, hidup taat dan setia maka kita akan selamat dan sentosa kini dan nanti. 

Tema: “PESAN SEORANG BAPA.” Mari mengikuti teladan rasul Paulus dalam hidup kita. Dia telah tunjukkan dirinya sebagai seorang bapa dan menjadi teladan bagi jemaat Korintus (1 Kor. 4:14-16). Bapa yang baik adalah bapa yang memberi pengajaran dan teladan. Praktek langsung atau praktek hidup jauh lebih baik dan lebih efektif daripada sekedar nasehat saja. Terlebih melalui teladan hidup yang baik dan benar. Orang benar yang bersih kelakuannya – berbahagialah keturunannya (Invocatio). Pikirkanlah kebahagiaan keturunan kita. Bukankah tujuan pernikahan kita supaya kita berbahagia? Ya, supaya kita bahagia, demikian juga anak-anak kita. Caranya: menjaga agar hati, pikiran dan kelakuan kita bersih. Jangan sampai anak dan cucu kita mendapat cela dan cerca karena teladan buruk kita. Mereka malu mengatakan siapa bapak atau kakek mereka karena noda dan dosa kita. Sebaliknya mereka akan sangat bangga dan bahagia mengatakan siapa kita karena integritas dan keteladan kita selama hidup. Ternyata apa yang kita lakukan sekarang, itu berdampak jauh ke depan kepada hidup keturunan kita. Hanya orang yang benar dan berintegritas (sesuai kata dan perbuatan) yang mendatangkan kebahagiaan bagi diri kita maupun keturunan kita. Dengan hidup berintegritaslah , anak-cucu kita akan termotivasi untuk hidup benar dengan tingkah laku yang bersih.        

 Penutup/ kesimpulan

       Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Tgl 26 Agustus 2021 ini Mamre GBKP genap berusia 26 tahun. Seiring bertambahnya usia Mamre, kiranya Mamre semakin menjadi bapa yang baik bagi keluarga dan gereja. Pakailah setiap kesempatan yang ada membawa seisi rumah tanggamu untuk mengasihi Tuhan Yesus dan sesama. Hiduplah setia terhadap Tuhan Yesus. Ajar dan latihlah anak-anakmu dengan segala kebijaksanaan dan keteladanan hidup. Jadilah contoh atau teladan yang baik bagi istri dan anak-anakmu. Mewariskan harta dunia itu penting. Tetapi yang terpenting adalah mewariskan harta iman. Itu yang mendatangkan kebahagian bagi kita, keluarga kita dan keturuan kita. Amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh; 

GBKP RG Depok - LA

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate