Invocatio : “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku”. (Ester 4 : 16a)
Bacaan : Ezra 8 : 21 - 23
Kotbah : 2 Korintus 1 : 8 - 11
Tema : “JEMAAT MENDOAKAN HAMBA TUHAN”
I. Kata Pengantar
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan, minggu ini kita masuk ke dalam Minggu mendoakan hamba Tuhan (para Pelayan) yang mengingatkan dan mengajak kita sekalian untuk bersama-sama menopang para pelayan Tuhan dalam melakukan panggilan pelayanan yang telah Allah percayakan bagi mereka. Panggilan pelayanan yang harus dilakuken oleh gereja dan para pelayan Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Begitu kompleks pergumulan dan tantangan yang dihadapi para pelayan Tuhan dan gereja khususnya ditengah-tengah keadaan kita saat ini.. Oleh karena itu sudah seharusnya semua jemaat memberikan dukungan bagi para pelayan agar dimampukan dan dikuatkan melakukan tanggungjawab yang besar yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Pada dasarnya kita semua orang-orang percaya adalah para pelayan Tuhan yang seharusnya mengabdikan diri untuk melayani Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Namun pada minggu ini kita khusus berbicara bagaimana kita mendukung dan menopang para pelayan Tuhan yang telah dipilih Allah secara khusus untuk melaksanakan pelayanan di dalam gereja, yakni Pdt, Pt/ Dk dan Em.
II. Isi
2 Korintus 1 : 8 – 11
Surat 2 Korintus ini ditulis oleh Paulus kepada jemaat Korintus yang sifatnya sangat personal.
Paulus begitu terbuka menyatakan isi hatinya kepada jemaat. Dalam perikop ini Paulus memberitahukan tentang berbagai pergumulan dan tantangan yang ia alami dalam pelayanannya, tantangan secara fisik dan mental yang dialaminya. Termasuk jemaat Korintus sendiri memberikan tuduhan kepada Paulus tentang “kepalsuan kerasulannya”, tidakan dan perlakuan mereka kepada Paulus sangat buruk. Namun itu semua tidak membuat Paulus mendendam atau marah kepada jemaat Korintus, tidak ada kebencian atau kepahitan yang disimpan Paulus dalam hatinya. Paulus bahkan begitu mengasihi jemaat ini dan menyatakan kasihnya itu dengan memberikan penjelasan yang benar kepada jemaat. Apa yang Paulus sampaikan adalah suatu fakta yang perlu dibuka dan dibereskan sehingga pemberitaan tentang Allah bisa terus berlangsung dan jemaat memahi kebenaran yang ada di dalam Kristus dan firman-Nya.
Ay. 8-9a : Paulus dengan terbuka memberitahukan segala pergumulan dan penderitaan yang ia alami dalam pelayanannya di Asia kecil (mungkin kekacauan yang ditimbulkan oleh Demetrius di Efesus – Kisah Para Rasul 19; perkelahian dengan hewan buas di Efesus – 1 Kor. 15, atau masalah lain). Kejujuran yang keluar dari mulut seorang hamba Tuhan yang mengalami betapa berat dan sulitnya tekanan dan penderitaan yang dia alami. Beban itu sepertinya sudah “overload” artinya belum selesai satu sudah ditambahkan beban yang lain sehingga ia juga seakan putus asa akan hidupnya (ay 8b) dan seakan-akan ia merasa bahwa ia telah dijatuhi hukuman mati (ay. 9a).
Ay. 9b - 10 : Paulus memaparkan semua tekanan dan penderitaan yang ia alami pada ayat sebelumnya bukan untuk mengatakan bahwa ia “kalah”, bukan untuk mengatakan bahwa ia mau berhenti dari pelayanannya, bukan untuk mengatakan bahwa ia menyalahkan orang lain atau Allah yang telah memilih dan mengutus ia bukan juga untuk mengatakan bahwa “ia hebat” karena masih bisa bertahan dengan segala tekanan dan penderitaan yang ia alami. Tetapi Paulus mau mengatakan bahwa ia mengalami segala “proses” itu supaya ia tidak mengandalkan dirinya yang begitu lemah dan terbatas. Ia hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan namun oleh karen kuasa dan kekuatan dari Allah ia tetap dimampukan untuk tetap sabar dan bertekun dalam pelayannnya. Kepada Allahlah ia tetap berpengharapan, Allah yang telah melepaskan ia dari kematian yang mengerikan, Allah yang senantiasa menolong dan menyelamatkan ia. Allah yang memanggil, Allah yang memapukan dan memperlengkapi; Allah yang utus, Allah yang urus, itulah yang mau di katakan oleh Paulus.
Dalam pembukaan surat ini, yakni ayat 3 “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan allah sumber segala penghiburan”, Paulus telah menyatakan dasar yang membuat ia tetap sabar dan bertekun menghadapi semua keadaannya yaitu Allah. IA adalah Allah yeng penuh belas kasihan dan menjadi Bapa yang senantiasa memberikan penghiburan ditengah kesusahannya yang besar. Kata “penghiburan/menghibur dipakai oleh Paulus beberapa kali (10x) untuk mengungkapkan sukacita dan kekuatan Paulus dalam menghadapi segala sesuatu. Kesulitan, tekanan dan penderitaan itu tidak begitu penting bagi Paulus. Yang terpenting baginya adalah bahwa ia senantiasa mendapatkan penghiburan, damai sejahtera dan sukacita Allah dalam hidupnya.
Paulus juga mau mengatakan bahwa semua yang ia alami itu memampukan ia juga untuk menghiburkan dan menguatkan orang lain dalam kesusahan yang dialami (ay. 4). Paulus menginginkan bahwa jemaat Korintus juga senantiasa dikuatkan dalam segala keadaan yang mereka hadapi (ay. 6-7)
Ay. 11 : Paulus meminta agar jemaat Korintus juga ikut menopang dan mendukung pelayanan Paulus melalui doa jemaat. Doa menjadi kekuatan besar yang akan memampukan Paulus untuk melakukan tugas pelayanannya sehingga semakin banyak orang yang akan mengucap syukur atas karunia yang mereka peroleh.
Ezra 8 : 21 – 23
Ezra dipercayakan untuk membawa bangsa Israel keluar dari pembuangan Babel menuju kampung halamannya Jerusalem. Ada banyak tantangan yang menanti Esra dan bangsa Israel Ketika dalam perjalanan. Ezra sebenarnya bisa saja meminta bantuan kepada Raja Artasasta untuk memberikan bala tantara dan orang-orang berkuda untuk mengawal mereka namun hal itu tidak dilakukan oleh Ezra. Ia mengajak semua orang Israel untuk bersatu hati untuk berpuasa dan memohon penyertaan dan perlindungan kepada Allah. Allah mendengarkan dan mengabulkan permohonan mereka.
Ester 4 : 16a
Ester menyuruh Mordekhai untuk mengumpulkan semua orang Yahudi, meminta mereka untuk berdoa dan berpuasa sehingga Ester dimampukan untuk menyampaikan permohonan kepada Raja Haman untuk tidak memusnahkan orang Yahudi sekalipun dengan konsekuensi yang berat, yakni kematian.
III. Aplikasi
Menjadi pelayan/ hamba Tuhan bukanlah panggilan yang mudah untuk dilakukan terlebih ditengah kompleksitas persoalan dan tantangan kehidupan yang terjadi saat ini. Suatu perjalanan yang berat yang menuntut tanggungjawab besar, ketekunan dan kesabaran, kemauan untuk tetap belajar, kerendahan hati akan otoritas Allah, daya tahan akan berbagai tekanan dan penderitaan, ditolak bahkan dimusuhi. Bagaimana para pelayan boleh tetap dimampukan dalam menghidupi panggilannya?
1. Kesadaran akan banyaknya tekanan dan pergumulan dalam hidup, baik secara pribadi, keluarga, pekerjaan terlebih pelayanan seharusnya menyadarkan kita untuk tetap merendahkan hati dihadapan Allah. Sebagai para pelayan/ hamba Tuhan harus senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan kehidupan. Hidup intim denga Allah (hidup di dalam Tuhan) akan memampukan kita tetap sabar dan tekun, tetap bersukacita untuk melakukan tugas pelayanan yang telah Allah percayakan, berani menyuarakan suara kenabian/ kebenaran, menyelaraskan hidup kita dengan panggilan kita seturut kehendakNya (memiliki integritas). Kesesakan, keadaan, tekanan hidup, pergumulan dan penderitaan tidak seharusnya menjadi alasan bagi pelayan untuk tidak melakukan panggilannya, khususnya dimasa Pandemi/ Wabah Virus Corona ini, Malah seharusnya dalam situasi saat ini “kualitas” sebagai pelayan itu harus dinyatakan melalui pelayanan yang dilakukan.
2. Jemaat juga harus menyadari bahwa para pelayan Tuhan adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan dalam banyak hal. Dalam hal inilah jemaat boleh tetap hadir menopang dan mendukung para pelayan sehingga para pelayan tetap dimampukan. Dukungan itu tampak dalam mendoakan para pelayan, menghormati para pelayan sehingga mereka tetap semangat dan bersukacita dalam melayani (Ibrani 13 : 17), dalam keterbatasan dan kekurangannya ingatkan dan tegurlah dengan penuh kasih untuk kemajuan pelayanan (bukan kritik yang menjatuhkan).
3. Seperti Paulus, Ezra dan Ester meminta keterlibatan jemaat dalam pelayanan demikian jugalah jemaat GBKP seharusnya ikut terlibat aktif dalam segala kegiatan pelayanan yang dilakukan gereja. Begitu banyak potensi dan talenta yang ada dalam jemaat yang bisa dikembangkan untuk kemajuan pelayanan GBKP. Hendaknya jemaat bukan lagi menjadi objek tetapi subjek dalam pelayanan.
4. Perlu adanya kesehatian antara pelayan dengan pelayan, jemaat dengan jemaat dan pelayan dengan jemaat. Ezra dan Ester mengajak semua umatnya untuk bersehati berdoa dan berpuasa, demikian juga hendaknyalah dalam pelayan di gereja GBKP (ula kari bagi kuan-kuan “99 pande kudin 1 pande kahkah”, lalap nongkangi je si sada…PTT = Pantang Tak Top). Kita harus tetap mengingat bahwa pelayanan ini adalah “Milik Allah” dan kita semua bertanggungjawab kepadaNya.
Pdt. Elba Pranata Barus, S.Th
GBKP Runggun Bandung Timur