Kebaktian Tutup Tahun 31 Desember 2018 ; Mazmur 103:3-18
Invocatio
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti ; pengetahuan akan lenyap. (1 Korintus 13:8)
Khotbah : Mazmur 103:8-18
Tema
Kasih Tuhan Yang Kekal
Pendahuluan
Beberapa jam lagi kita akanmeninggalkan tahun 2018, tahun yang sudah kita lewati bersma Tuhan dengan beranekaragam warna, suka-duka, gagal-berhasil, kadang kita kuat terkadang kita lemah, jalan berliku, dan musim yang silih berganti. Dan sebagai orang beriman kita harua mensyukuri semua itu, karena kita percaya “suka –duka “ Tuhan pakai mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihinya (bd. Roma 8:28)
Memasuki tahun 2019, tahun yang penuh pengharapan, tetapi disisi lain tahun misteri bagi kita, entah jalan yang bagaimana yang harus kita lewati, tetapi dengan keyakinan pada “kasih Tuhan Yang Kekal” kita percaya di tahun yang baru kita akan dilimpahi dengan berkat-berkat Tuhan.
Belajar dari masa lalu kita perbaiki semua jalan hidup kita untuk menyongsong masa depan yang baik. Sehingga segala sesuatunya indahpada waktunya.
ISI
Kitab Mazmur , sebagai doa dan pujian yang diilhamkan oleh Roh Kudus , untuk mengungkapkan perasaan yang mendalam isi hati sanubari dalam hubungan dengan Tuhan.
Ay. 8-10“Tuhan Maha Baik”
Tidak perlu diperdebatkan dan dibuktikan lagi, bahwa Allah itu Maha baik. Sekilas kita merenungkan kehidupan Daud, disana kita akan menemukan sifat Allah yang maha baik. Mulai dari pengangkatannya dari seorang tukang gembala, menjadi seorang raja. Dari keberdosaannya membangun strategi untuk mendapatkan Betsyeba, mengirim Uria kepala pasukan tentaranya yang paling setia. Tampil sebagai pahlawan tetapi sesungguhnya perampok berdarah dingin (2 Samuel 12:1-7). Dosa Daud bukan saja karena terlibat dalam strategi pembunuhan Uria, dan merebut istri panglimanya, tetapi “dosa pembohongan publik”, karena ketika Daud mengambil Betsyeba menjadi istrinya, dianggap sebagai penghargaan atas kematian penglimanya, seorang raja menikahi janda, di tengah-tengah begitu banyak wanita-wanita cantik dan putri-putri raja lain bisa dia nikahi sungguh dianggap “raja yang berhati mulia” tetapi dibalik semuanya itu Daud lakukan hanya untuk memuaskan hasrat laki-lakinya.
Tetapi Tuhan tidak memberikan hukuman mati bagi Daud, tetapi ketika dia menyesal setelah di tegur oleh Tuhan melalui nabi natan. Inilah ungkapan hati Daud bahwa Tuhan itu penyayang dan pengasih, panjang sabar dan melimpah kasih setia. Tidak selalu menuntut, dan mendendam. Sebagaimana vonis yang diberikan Daud sendiri ketika merespons apa yang dikatakan nabi natan :”orang seperti itu layak dihukum mati, dan domba betina itu harus diganti 4 kali lipat (bdk. 2 Sam. 12:5-6),itulah keadialan pada waktu itu “hutang nyawa di ganti nyawa”.
Ay.11-13 Kasih Allah Setinggi Langit dan Bumi
Pemasmur mencoba melukiskan bagaimana besarnya kasih Allah, mungkin pemasmur tidak mendapat ukuran yang lebih tinggi yang melebihi tingginya langit dan bumi, sehingga pemasmur memakai “gambaran ini untuk melukiskan kasih Allah”. Orang yang sudah melakukan kejahatan saja masih diampuni dan dikasihi oleh Tuhan, apalagi orang yang takut kepda-Nya. Sebagaimana Daud Melukiskan kebaikan Tuhan itu, panjang sabar (8), tidak mendendam (9), tidak memberikan hukuman setimpal dengan dosa dan kesalahan (10) ini melukiskan bahwa semua pelanggaran itu tidak diingat oleh Tuhan sudah di lemparkan jauh-jauh , sejauh Timur ke Barat. Semunya ini dilakukan Tuhan semata-mata karena “kebaikan-Nya).
Untuk memehami Kasih Allah, pemasmur memberikan contoh “seperti bapa sayang pada anaknya , demikian Tuhan sayang kepada orang yang takut akan Dia. Secara umum hati seorang bapa pasti ingin melihat anaknya jauh melebihi dirinya dalam segala hal, tidak ada bapa yang ingin anaknya mengalami kegagalan dan penderitaan. Walaupun di dunia ini ada juga “bapa-bapa” yang tidak bertanggung jawab. Dalam Lukas 11:13, Yesus berkata : “jika kamu yang jahat tahu memberi yang terbaik kepada anak-anakmu apalagi Bapamu yang disurga”. Tapi jadi menarik jika Daud mengangkat gambaran kaswih Allah itu seperti kasih seorang bapa kepada anaknya, tentu hal ini juga lahir dari pengalaman Daud itu sendiri bagaimana ia mengasihi anaknya. Kisah pemberontakan anaknya Absalom (2 Samuel 15), yang mengharuskan Daud mengungsi meninggalkan istana. Coba kita bayangkan dasi segi apa yang membuat takut kepada anaknya Absalom, pengalaman perang ? jumlah pasukan ? kesetian pasukan perang? Sebenarnya kalau Daud mau melawan Absalom terlalu mudah baginya, tetapi yang membuat dia harus mengungsi meninggalkan istana hanya satu yaitu kasihnya pada anaknya. Bak memakan buah si mala kama, dilawan binasalah anaknya, tidak dilawan dia harus mengungsi . Karena dia mengasihi anaknya dia mengambil keputusan untuk meninggalkan istana.
Hal yang sama dilakukan oleh Tuhan untuk mengasihi umat manusia “Dia” mengungsi dari surga turun ke dunia untuk meyelamatkan manusia (bd.Flp 2:5-11) meninggalkan kemuliaan-Nya agar penghukuman dan penyiksaan tidak dialami oleh manusia yang terus melakukan pemberontakan (dosa).
Ay. 14-16 Manusia Makhluk Yang Rapuh
Sering kali manusia lupa darimana dia dijadikan, sehingga banyak kesombongan, keangkuhan dan kecongkakan dan tidak segan-segan melawan Tuhan sang pemberi kehidupan kepadanya. Kita lupa bahwa “hidup ini adalah anugerah” bukan milik kita.
Tuhan mengasihi manusia , karena Tuhan tahu dan mengingat bahwa manusia itu berasal dari tanah, yang melambangkan kerendahan, kelemahan dan kerapuhan. Perlu perlindungan dan perhatian pada barang yang rapuh gampang pecah, biasanya kalau naik pesawat pun tempat barang pecah belah biasanya dihususkan, mengangkatnya juga harus hati-hati. Artinya kita dikasihi Tuhan bukan karena “kuat dan gagah kita, kebaikan kita” tetapi karena Tuhan “memahami siapa kita yaitu makhluk yang lemah dan rapuh,yang kadang kala tidak disentuh pun pun pecah”.
Manusia itu di lukiskan seperti rumput , seperti bunga di padang, berbunga dan ketika ditiup angin maka tidak ada lagi bahkan tempatnya pun tidak mengenalnya lagi. Tidak ada yang bisa dimegahkan, disombongkan dalam kehidupan ini, selain kasih karunia Tuhan yang kekal . Tidak ada yang bisa membawa sukacita selain mensyukuri “Kasih Allah Yang Kekal”, yang sudah memperlakukan kita secara istimewa.
Ay. 17-18 Kasih Allah Yang Kekal
Bukan Allah namanya kalau membalas kejahatan dengan kejahatan (sifat binatang), bukan Allah namanya kalau hanya mengasihi orang yang mengasihinya (manusiawi), bukan Allah namanya kalau membalas kebaikan dengan kejahatan (Setan), tapi yang namanya Allah adalah membalas kejahatan dengan kebaikan. Ini yang kita sebut dengan Kasih Agape, mengasihi bukan berdasarkan “kelayakan yang dikasihi, tetapi mengasihi karena memang sifatNya (karakternya, dan hidup-Nya) adalah kasih.
Kasih Allah akan diberikan kepada orang yang takut akan Dia, bagi orang yang berpegang pada janji-Nya, dan yang melakukan titah-Nya. Teologia Perjanjian Lama sangat kontras “Benar, taat diberkati, berdosa dan menyimpang di hukum”, sering kali kita katakan itu kan Perjanjian Lama, sedangkan dalam perjanjian baru yang ada adalah hukum kasih. Bahkan Paulus mengatakan semakin banyak dosa semakin banyak anugerah (Roma 5:20), mungkin pengajaran seperti ini kalau kita salah mengerti membuat “kekristenan” kita tidak pernah bertumbuh dan melahirkan kehidupan yang benar dan saleh. Karena hanya orang yang berjuang menjaga kekudusannya dan setia pada Tuhan sampai akhir hidupnya yang akan diselamatkan.
Pointer Aplikasi
1. Allah itu maha kasih, dan kasihnya kekal sampai selama-lamanya, utnuk itu sebagai anak-anak Allah kita harus hidup dalam kasih dan menghidupi kasih dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
2. Nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti ; pengetahuan akan lenyap tetapi yang bertahan adalah kasih. Marilah kita mengejar yang kekal jangan mengejar yang fana.Tidak ada yang perlu kita sombongkan dalam hidup ini.
3. Marilah kita menyambut dan memasuki tahun yang baru, berdasarkan kasih Kristus, dan memohon kekuatan dari Tuhan agar di tahun yang baru kita hidup di dalam kasih Tuhan yang kekal.
4. Liku-liku kehidupan di tahun yang baru, suka duka, sukses dan gagal, sehat atau sakit, jangan sempat membuat kita terpisah dari “kristus”, bahkan maut sekalipun sebenarnya tidak bisa memisahkan kita dari Tuhan (Bacaan) , mari kita jalani tahun yang baru bergandengan tangan dengan Tuhan (seperti salam Yahudi), saling mengasihi dengan sesama, yakinlah sukacita akan terus mengiringi langkah kehidupan kita, selamat menyongsong tahun yang baru Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. SAUL GINTING, S.Th. M.Div-GBKP Rg. BEKASI