Suplemen PJJ : Keluaren 17 :10-16 : Tgl 31 Oktober 2021 - 06 November 2021
Bahan : Keluaren 17: 10-16
Tema : “KERINA ERDAHIN” (Gotong Royong)
1. Bangsa Amalek menyerang bangsa Israel. Orang Amalek adalah keturunan Amalek, cucu Esau. Mereka adalah kaum pengembara yang kebanyakan menempati area di Selatan dan sebelah Timur Laut Mati. Tercatat di Alkitab bahwa orang Amalek menyerang orang Israel berkali-kali, termasuk saat mereka tinggal di Kanaan (Hak 6:1-6, 1 Sam 30:1-20) Dalam peperangan ini, sebenarnya Tuhanlah yang berperang melawan orang Amalek. Musa, Harun, Hur, dan Yosua adalah orang-orang pilihan Tuhan yang diberi peranan dalam peperangan ini. Kemenangan bangsa Israel atas Amalek bukan menjadi kejayaan bagi mereka melainkan menjadi catatan dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, juga setelahnya didirikan mezbah persembahan bagi Tuhan.
2. Musa, Harun, Hur, dan Yosua. Sebuah teamwork yang solid dalam peperangan melawan Amalek. Kita bisa melihat bahwa setiap orang punya bagiannya.
Musa adalah sosok leader (pemimpin). Seorang konseptor strategi yang handal, dan selalu seimbang antara mengandalkan kuasa Tuhan dan menggunakan hikmat Tuhan yang ada padanya. Seorang pemimpin yang tidak bossy, yang mendelegasikan tugas bukan hanya kepada ‘junior’ tetapi juga bagi dirinya (Musa mengangkat tongkatnya, tangan yang terulur ke atas adalah bentuk permohonan kepada Tuhan). Pemimpin yang mengakui bahwa ia tidak bisa berjalan sendiri. Ada yang harus turun ke lapangan, ada yang harus tetap terhubung dengan Tuhan lewat cara-cara tertentu, ada yang menopang agar ketika terjadi kepenatan segera mendapat bantuan. Pemimpin yang baik tahu caranya mendelegasikan tugas kepada setiap anggotanya. Pemimpin yang baik perlu mengenal dan mengetahui kapasitas dari setiap anggota, apa kelebihannya dan apa kekurangannya sehingga setiap porsi tugas diberikan kepada orang yang tepat.
Harun dan Hur adalah pendukung, penopang, penunjang yang bersinergi dengan seimbang. Dengan hadirnya Harun dan Hur, sisi kanan dan kiri Musa ditopang dengan seimbang, tidak berat sebelah. Demikian pula dalam gereja, entah itu kepengurusan ataupun kepanitiaan, kita selalu memerlukan unit-unit penunjang, atau seksi-seksi yang dapat mendukung dan menopang pelayanan di semua sisi. Maka setiap unit atau seksi ini harus bekerja dalam sinergi. Bekerja sama dan jangan berat sebelah, misalnya satu unit mendominasi sementara unit lain terlupakan, atau bidang A sangat aktif, bidang B kurang aktif. Ini tidak seimbang. Dalam semangat gotong-royong, tentu antara bidang yang satu dan bidang lainnya perlu saling berkoordinasi, saling mengingatkan, dan saling menolong. Keseimbangan itu penting.
Yosua adalah eksekutor. Tipe orang lapangan, yang turun langsung mengeksekusi strategi yang sudah dirancang. Ia adalah pemimpin barisan perang, yang berhadapan langsung dengan lawan. Pelaksana kegiatan-kegiatan di gereja. Merekalah orang-orang tangguh yang tidak kenal lelah menghadapi apapun. Bagian mereka adalah dari satu rapat ke rapat lain, survey tempat berhari-hari, mendekorasi ruangan, mencari peralatan, latihan songleader, video editing, juga termasuk di dalamnya Gugus Tugas Penanganan Covid, dan masih banyak lagi. Peranan mereka sangat berkaitan dengan kelancaran sebuah acara atau program-program tertentu di gereja. Yang berhadapan langsung dengan kamera, dengan microphone, dengan jemaat. Sekecil apapun bagian mereka tetaplah merupakan bagian yang sangat penting dan berharga.
3. Ketiga tipe diatas bukan untuk membandingkan mana yang paling utama. Dalam semangat gotong royong, semuanya bekerja sama dan semuanya sama-sama bekerja. Masing-masing punya tanggung jawab yang menjadi porsinya. Janganlah menjadi diskusi apakah bagian Yosua yang lebih berat karena ia yang turun ke medan peperangan sedangkan yang lain berada di tempat yang aman dengan menopang sebuah tongkat di tangan Musa. Karena semua berperan penting. Tanpa Musa yang mengangkat tongkat Tuhan, kemenangan tidak akan menjadi milik pasukan bangsa Israel yang dipimpin Yosua. Tanpa adanya Yosua yang memimpin pasukan, sia-sialah Musa mengangkat tinggi-tinggi tongkat Tuhan. Tanpa adanya Hur dan Harun, tangan Musa menjadi penat dan tidak mampu menopang dengan kokoh tongkat tesebut. Semua mempunyai peranan yang berarti. Sebuah catatan bagi kita di dalam bekerja buat Tuhan, setiap bidang tidak untuk dibandingkan. Karena itu jangan ada merasa paling berjasa. Karena kita sudah diberi porsi masing-masing dan semuanya penting. Kita diberi bagian agar dalam bekerja tidak ada yang merasa berusaha seorang diri. Pekerjaan itu menjadi ringan jika dikerjakan bersama-sama. Mari saling menghargai satu dengan yang lain dengan mengambil bagian dalam pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab kita. Jika kita adalah pengurus, lakukan bagian kita dengan setia, jangan biarkan kepengurusan menjadi timpang/berat sebelah. Kita semua bekerja dengan baik, pelayanan buat Tuhan akan berjalan dengan baik.
4. Mengandalkan Tuhan diatas segalanya.
Dalam menyiapkan dan menyusun program tahun 2022, kita harus tetap mengandalkan kekuatan Tuhan. Seperti Musa mengangkat tangan yang memegang tongkat tinggi-tinggi, sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Dalam kitab Keluaran, tangan Musa yang terulur juga melambangkan kuasa dan kerelaan Allah untuk menolong umat pilihan-Nya. Ini pun menjadi catatan bagi kita sebab kita pun bekerja bagi Tuhan. Dalam segala hal selalu libatkan Tuhan, tetaplah berdoa sebab doa adalah sumber kekuatan terbesar bagi orang percaya. Selamat melayani Tuhan. Selamat bekerja sama di dalam Tuhan.
Pdt Yohana br Ginting
Rg GBKP Cibubur