Khotbah Yesaya 2 : 6-8, Minggu 22 Oktober 2017 (Minggu Budaya II)

Invocatio             :

“Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap” (1   Korintus 13:10)

 

Khotbah  :

Yesaya 2:6-18

Tema  :

“Memperbaiki Tradisi Yang Tidak Baik”

Pengantar

            Tema yang diangkat dalam minggu ini berkaitan dengan tradisi. Sebelumnya perlu kita ketahui arti dari tradisi itu. Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, “diteruskan”) adalah sesuatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat dan diteruskan dari generasi ke generasi. Beberapa waktu lalu ada studi yang menunjukkan susahnya mengubah kebiasaan buruk. Hasil sutdinya menunjukkan bahwa apapun hasil DNA-nya, mengubah kebiasaan buruk, meskipun tahu merugikan, merupakan hal yang sangat sulit dilakukan. Disebutkan “Sangat sulit dilakukan”, bukan berarti tidak bisa. Yang diperlukan adalah keinginan kuat dan tentunya sebagai orang percaya kita diajarkan untuk memiliki pengharapan di dalam Tuhan ke depannya.

            Latar belakang yang terjadi pada masa di awal-awal Yesaya ini menunjukkan keadaan masyarakat yang terbiasa dengan perilaku pemimpin mereka yang tidak menjalankan kepemimpinan mereka berdasarkan kebenaran dan keadilan. Sudah menjadi terbiasa kalau penguasa dan imam-imam tidak lagi membela kehidupan rakyatnya. Dalam situasi inilah Nabi Yesaya hadir menyampaikan nubuatan Allah bagi bangsaNya.

Isi Yesaya 2:6-18

            Nubuat yang disampaikan Yesaya ini diawali dengan menyampaikan suatu kenyataan yang ada dalam kehidupan bangsa ini. Bangsa yang disebut kaum keturunan Yakub itu telah mengikuti kebiasaan di Timur dalam melakukan tenung, sihir seperti yang dilakukan irang Filistin, dan bagaimana orang-orang asing di antara mereka banyak memberi pengaruh buruk atas mereka. Pengaruh buruk itu juga mempengaruhi para pemimpin bangsa ini baik penguasa maupun imam-imam yang ada pada waktu itu. Hal ini dapat dilihat melalui kehidupan mereka yang begitu mengandalkan kekuatan dan kekayaan (ay. 7) serta penyembahan berhala yang mereka lakukan (ay. 8).

            Yesaya memperingatkan mereka bahwa Tuhan tidak berkenan atas perilaku dan kebiasaan yang telah mereka lakukan selama ini. Dari kebiasan buruk yang mereka lakukan itu sesungguhnya mereka telah jatuh pada kesombongan dan keangkuhan. Tuhan akan memberi hukuman (ay. 10, 12-16) dan kalau kita lihat dalam Yesaya 2:6-18 ini dua kali Yesaya menyatakan bahwa “manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan” (lihat ay. 11 dan 17). Tentunya ini mau menekankan bahwa Tuhan tidak main-main dengan perilaku dan kebiasaan buruk yang mereka lakukan selama ini. Tuhan akan bertindak dengan menghukum mereka dan menghilangkan segala berhala yang ada pada mereka (ay. 18).

Aplikasi

            Seperti tema yang diangkat pada minggu ini, “Memperbaiki Tradisi Yang Tidak Baik” tentunya diminta bagi kita untuk bersikap. Harus dimulai dari kesadaran dulu, bahwa ada tradisi atau kebiasaan hidup kita selama ini yang tidak benar/salah. Terlebih lagi kalau ternyata ada tradisi atau kebiasaan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Seperti yang dilakukan Yesus dalam percakapan dengan orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem (bacaan bagian pertama, Matius 15:1-9), memberi penyadaran kepada mereka bahwa tradisi yang mereka lakukan selama ini tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Menjaga tradisi adalah penting dan itulah tugas kita sebagai masyarakat yang berbudaya tetapi adalah yang lebih penting, ujilah dan ukurlah apakah tradisi itu sesuai atau tidak dengan kehendak Tuhan. Tentunya kalau yang sesuai atau tidak melanggar kehendak Tuhan, tradisi itu dapat kita teruskan atau wariskan kepada anak cucu kita. Tetapi kalau itu melanggar atau tidak sesuai dengan kehendak Tuhan marilah lewat hikmat Tuhan kita memperbaikinya.

            Sebagai masayaraka Karo, tentu kita punya warisan tradisi yang begitu banyak dari leluhur kita. Dalam konteks kita sekarang sebagai orang percaya tentu perlu kritis akan semua tradisi itu. Sama seperti Kristus datang ke dunia sebagai terang, baiklah kita menerangi tradisi lewat menghadirkan Tuhan di dalamnya. Salah satu yang telah kita lakukan pada saat ini adalah “tradisi mbesur-mbesuri” (7bulanan) misalnya, sudah mulai dilaksanakan dengan terlebih dahulu membuat ibadah.

            Ada beberapa kebiasaan sikap lainya yang dapat kita soroti sebagai orang karo (mungkin juga ini kebiasaan yang diwariskan) seperti ungkapan yang terkenal dari kita “gelarna e teku lang”; “adi banci sada matawari pe teku lang ras ia”; “ACC: anceng, cian, cikurak”. Marilah kita memperbaiki bersama tentunya dimulai dari kesadaran bahwa kebiasaan sikap ini tidak baik bila terus-menerus ada dalam kehidupan kita sebagai masyarakat karo. Tentunya kita berpengharapan Tuhan pun akan turut campur tangan menolong kita meninggalkan kebiasaan sikap yang demikian. Sehingga yang baik sajalah kita wariskan sebagai tradisi atau kebiasaan hidup kepada keturunan kita. Supaya Tuhan berkenan dan memberkati kita sekalian.

Soli Deo Gloria

Pdt. Andinata Ginting

Khotbah : Matius 15 :21-28 ; Minggu tgl 15 Oktober 2017

Invocatio : Kejadian 17:5
Bacaan.   : Rut.4:13-22
Khotbah. : Matius 15:21-28 (Responsoria)
Tema.      : "Ibu Yang Beriman".

Pendahuluan.
Bagaimana perasaan seorang ibu kalau menyaksikan anaknya sedang sakit, menderita karena dirasuki oleh setan, tentu saja ibu itu akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencari pertolongan demi kesembuhan anaknya. Mencari pertolongan tidaklah mudah namun tidak mustahil akan tercapai apabila memiliki iman yang teguh terhadap Kristus.
Seorang perempuan Kanaan yang sedang mencari kesembuhan untuk anaknya yang kerasukan setan mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju daerah Tirus dan Sidon, dia sangat bersemangat karena dia yakin bahwa Yesus dapat memberikan kesembuhan buat anaknya, ia bahkan melupakan dirinya sebagai orang yang tidak layak bertemu dengan Yesus karena latar belakangnya sebagai orang kanaan, "bangsa yang dikutuk", namun dorongan kasih ibu dan iman yang teguh memberanikan dia untuk berseru memanggil Yesus dengan sebutan "Anak Daud", 

 Panggilan ini adalah sebuah panggilan "Mesianik", sebuah keyakinan dan iman yang sungguh teramat  besar bagi seorang wanita dari bangsa yang tidak mengenal Allah Israel, kenyataan ini berbanding terbalik dengan keadaan orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan. Ay. 23. Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Para murid meminta Yesus untuk mengusir perempuan itu:  "Suruhlah ia pergi". Pernyataan dari para murid yang tidak sabar ini dilanjutkan Yesus dengan mengatakan, ay. 26. "Tidak patut untuk mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing". Wanita bukan Yahudi ini cukup paham dengan kebiasaan orang Yahudi untuk menyebut orang bukan Yahudi sebagai "anjing" dan menyebut diri mereka sendiri sebagai "anak-anak Allah". Ungkapan Kristus yang kelihatannya keras ini diperlunak oleh kenyataan bahwa istilah yang dipakai tidak menunjuk kepada binatang liar dan jahat yang berkeliaran di jalan, tetapi pada anjing-anjing kecil (kunaria) yang dipelihara orang di rumah. Yesus mengatakan kepada wanita bukan Yahudi ini apa yang telah dikatakan-Nya kepada seorang wanita Samaria, yaitu bahwa pada saat ini semua orang tergantung pada Israel untuk memperoleh Mesias dan berkat-berkat-Nya (Yoh. 4:21-23). Yesus telah menyembuhkan orang bukan Yahudi pada kesempatan yang lain, tetapi di Fenisia ini Dia harus hati-hati agar jangan memberikan kesan bahwa la meninggalkan Israel (bdg. Mat. 4:24; 8:5). Ay.27, 28. Anjing itu makan remah-remah. Wanita tersebut sepenuhnya menerima pengaturan Tuhan dan imannya menangkap kebenaran yang berlaku untuknya. Iman inilah yang dipuji oleh Kristus. "Besar imanmu", Orang bukan Yahudi kedua yang dipuji karena imannya (8:10), Yesus memberikan kesembuhan untuk anak perempuan itu dan peristiwa ketiga di mana Kristus menyembuhkan dari jarak jauh (Mat. 8:13).

Iman seorang perempuan fenisia ini sangat luar biasa, dicatat dalam pelayanan Yesus dalam Injil untuk menjadi teladan kepada seluruh umat manusia, bahwa Iman yang besar kepada Kristus akan mendatangkan kesembuhan dan keselamatan.

Bacaan/ogen kitab Rut.4:13-22, menceritrakan kisah seorang perempuan moab yang bernama Rut menantu Naomi, yang memilih untuk tetap bersama Naomi dan mau beriman dan menyembah Allah Naomi. Allah memuliakan Rut menjadi seorang perempuan yang termasuk dalam silsilah Yesus Kristus.

Refleksi.
1. Iman yang teguh menumbuhkan harapan dan membimbing kita kepada jalan keluar atas segala kesesakan. Banyak masalah yang kita alami dalam hidup ini seolah-olah tidak ada jalan keluar, buntu dan tidak jarang akan memunculkan keinginan untuk mengambil jalan pintas mengakhiri segala masalah. Namun dengan Iman yang teguh, kita tetap memiliki harapan mendapatkan solusi.

2. Perempuan Siro-Fenisia dan Rut, adalah teladan inspirasi kepada kita khususnya setiap ibu/Moria agar tetap beriman teguh dan menjadi penopang keluarga di dalam segala situasi. 

3. Jadilah seorang ibu yang bijaksana, yang mendatangkan kesejukan di tengah-tengah keluarga, perbuatan yang baik dapat mengubah karakter orang lain menjadi baik.

Pdt. Togu Munthe, M.Th

GBKP Cililitan

Khotbah : Lukas 8 : 1-3 ; Minggu tgl 8 Oktober 2017

Invocatio:

Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (Efesus 4: 11)

Bacaan: II Raja-Raja 4: 1-13

Khotbah: Lukas 8: 1-3

Thema: Menopang Pelayanan Hamba Tuhan

           Perbuatan-perbuatan ajaib Elisa yang tercatat dalam 2 Raja-Raja 4: 1-13 menyajikan kebenaran-kebenaran rohani dalam tindakan yang dramatis. Kisah janda dengan dua orang anaknya menyatakan bahwa Allah memperdulikan umat-Nya yang setia yang ada dalam kesulitan dan memerlukan pertolongan. Janda dan kedua anaknya itu mewakili umat Allah yang ditinggalkan dan ditindas. Dalam PL dan PB belas kasihan dan perhatian kepada mereka yang berkekurangan adalah tanda-tanda iman sejati kepada Allah dan kesalehan yang benar (Kel. 22: 22-24; Ul. 10: 18; 14: 29; Ayub 29: 12; Yak. 1: 27).

Pelayanan Elisa sebagai nabi dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tidak ada kebutuhan baik pribadi maupun nasional yang tidak bisa dipenuhi Allah bahwa segala yang terjadi ada ditangan-Nya dan bahwa Dia memperhatikan umat-Nya. Elisa dalam bahan bacaan ini bisa dikatakan sebagai Hamba Tuhan milik semua orang. Tidak mudah bagi seseorang juga Elisa untuk menjaga diri tetap rendah hati ketika ia sedang populer. Kecenderungan untuk memegahkan diri dan merendahkan orang lain adalah godaan besar baginya. Apalagi bila pergaulannya di kalangan elit, sulit baginya memberi perhatian kepada orang kecil. Nama Elisa semakin populer di Israel. Ia dianggap sebagai pemimpin para nabi di Israel. Ia adalah hamba Allah yang dikenal dan dihormati di kalangan raja. Namun, Elisa tidak menjadi sombong. Ia tetap dapat didekati oleh orang-orang kecil seperti janda miskin daei kelompok para nabi ini (ay. 1). Kepedulian Elisa itu nampak pada sikapnya yang memberi perhatian khusus terhadap masalah janda tersebut. Pertama, ia menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan janda ini. Kedua, ia tidak sekedar memberi pertolongan tetapi mencoba mengerti situasi dan kondisi si janda itu. Tujuan sikap Elisa adalah supaya ia dapat memberikan pertolongan yang tepat sasaran, sekaligus mendorong si janda untuk memanfaatkan apa yang masih ada padanya. Pertolongan yang dilakukan Elisa kepada janda itu bersifat memberikan kail dan bukan sekedar menyediakan ikan. Ketiga, pertolongan yang diberikan Elisa tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan sesaat tetapi untuk mendatangkan masa depan yang lebih baik.

Elisa yang dalam pelayanannya banyak berhadapan dengan orang-orang kecil dan masyarakat biasa, memberikan teladan yang baik tentang sebuah pelayanan yang mengentaskan. Ketika seorang janda yang anak-anaknya harus dijual sebagai budak untuk membayar hutang-hutangnya datang minta pertolongan kepadanya, maka Elisa menyambut dengan penuh empati dan peduli, menyatakan siap membantunya. Namun, sang janda harus bekerja bersama anak-anaknya meminjam buli-buli sebanyak-banyaknya, menuangkan minyak ke dalamnya dan kemudian dijual. Dari hasil usaha, yang dibantu oleh mujizat Allah, sang janda berhasil membayar hutang dan mempunyai uang untuk hidup selanjutnya. Artinya, hidupnya tidak lagi bergantung pada bantuang orang lain.

Apa yang dialami sang janda itu dan juga Elisa bisa juga disejajarkan dengan apa yang dialami oleh Daud ketika ia dalam masa pelarian dikejar-kejar oleh Saul mertuanya. Daud sedang bersembunyi di Gua Adulam. Ia akan dibunuh oleh Raja Saul. Itu gara-gara Daud terlalu populer. Daud adalah seorang perwira muda yang memang populer. Ia cakap memimpin pasukan. Ia juara memanah. Ia juga digemari orang karena cakap berpantun dan main kecapi. Begitu populernya Daud sehingga putra mahkota Raja Saul, Yonatana sangat memuja Daud. Semua itu menyebabkan Raja Saul mengiri dan membenci Daud. Kebencian itu terus memuncak. Berkali-kali Raja Saul berniat membunuh Daud. Akibatnya, Daud melarikan diri dan bersembunyi di gua-gua. Di tengah kesepian dan tekanan batin itu Daud membutuhkan penghiburan dan dorongan semangat. Apakah Tuhan mendengarkan jeritan hati Daud? Apakah Tuhan mengirim orang-orang yang dapat menghibur Daud? Memang Tuhan mengirim dua gelombang orang ke tempat persembunyian Daud menurut 1 Samuel 22: 1-2. Namun, siapa mereka dan apakah mereka datang untuk menghibur Daud? Gelombang pertama adalah sanak saudara Daud. Mereka bergabung dengan Daud sebab mereka juga sedang dikejar oleh Raja Saul. Mereka mau ikut bersembunyi dengan daud. Gelombang kedua adalah “setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati”. Mereka datang untuk meminta pertolongan Daud. Jadi, orang-orang ini datang kepada Daud bukan untuk menghibur dan mendorong semangat Daud, melainkan sebaliknya yaitu untuk minta penghiburan dan dorongan dari Daud. Mereka datang bukan untuk memberi pertolongan, melainkan untuk meminta pertolongan. Bayangkan reaksi Daud ketika melihat orang-orang ini datang. Apalagi jumlah mereka cukup banyak, yaitu 400 orang. Mungkin Daud berpikir, “Lho, saya sendiri sedang kesusahan. Mengapa Tuhan malah mengirim orang-orang yang juga kesusahan? Mereka malah akan menyusahkan aku”. Ternyata itulah justru cara Tuhan menolong Daud. Tuhan menghibur Daud dengan cara memberikan kesempatan pada Daud untuk menghibur orang lain. Tuhan mendorong semangat Daud dengan menyuruh daud mendorong semangat orang lain. Dengan begitu, Tuhan memakai terapi yang membuak objek berubah fungsi menjadi subjek. Sebagai hasil terapi ini, Daud yang semula meratapi diri sendiri tersentak menghadapi orang-orang yang memerlukan pertolongannya. Lalu Daud bersibuk menolong mereka dan menjalankan peran kepemimpinan atas mereka.

Tiap orang sekali waktu memang perlu berada di pihak penerima: menerima dorongan semangat, menerima penghiburan atau menerima pertolongan. Namun, jika kita terlalu lama berada dalam situasi ini maka kita bisa jatuh dalam sikap “mengasihani diri”. Orang yang mengasihani diri sendiri biasanya membesar-besarkan penderitaan dan kemalangannya, sehingga akibatnya ia merasa sangat iba pada diri sendiri, yaitu kemalangan dirinya. Lalu ia kecewa bahwa orang lain tidak mengasihani dia. Akibatnya ia makin merasa kasihan pada dirinya. Lingkaran setan ini bisa menjadikannya sangat egosentris. Di hadapan Tuhan pun orang yang mengasihani dirinya sendiri dapat menjadi egosentris. Yang menjadi pusat doa adalah kemalangan dirinya. Apa Tuhan mendengar doa itu? Ya. Namun, bentuk pertolongan Tuhan belum tentu sesuai dengan apa yang diminta dalam doa. Daud meminta agar Tuhan mengirim orang-orang yang menghibur dia. Tuhan mendengar doa itu tetapi dengan cara yang sebaliknya, yaitu Tuhan mengirim orang yang meminta penghiburan dari Daud. Ternyata justru dengan menghibur orang lain, Daud menjadi terhibur.

Apa yang senantiasa Kristus kerjakan sepanjang hidup-Nya yaitu memberitakan Injil tanpa kenal lelah dan berbuat kebaikan di mana-mana. Dia seorang pengkhotbah yang berpindah-pindah tempat. Ia tidak membatasi diri pada satu tempat saja, melainkan memancarkan berkas-berkas cahaya-Nya. Ia pergi berkeliling mencari tempat baru yang paling mungkin menerima khotbah-Nya. Ia berjalan berkeliling dari kota ke kota, supaya tidak ada yang bisa mengeluh tidak diperhatikan. Dengan demikian Ia memberikan teladan kepada murid-murid-Nya, supaya mereka juga pergi mengunjungi bangsa-bangsa melintasi bumi seperti yang dilakukan-Nya di kota-kota di tanah Israel. Ia bahkan tidak menetap di kota-kota besar melainkan masuk ke desa, di antara penduduk desa yang sederhana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di pedusunan.

Dari mana Yesus memperoleh dukungan untuk keperluan hidup: Ia hidup dari kebaikan hati sahabat-sahabat-Nya. Ada beberapa orang perempuan, yang dengan teratur mengikuti pelayanan-Nya, yang melayani-Nya dengan kekayaan mereka. Beberapa dari mereka disebut namanya, tetapi masih ada lagi banyak perempuan lain, yang menerima pengajaran Kristus dengan tekun, dan menganggap diri mereka pantas menyokong pemberitaan ajaran-Nya itu karena mereka telah merasakan manfaatnya dan mereka mau beramal dengan harapan banyak orang akan menerima manfaat yang sama juga. Kebanyakan dari mereka pernah disembuhkan oleh Kristus dan mereka merupakan bukti dari kuasa dan rahmat-Nya. Mereka telah disembuhkan oleh-Nya dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit. Beberapa dari mereka pernah terganggu pikiran mereka. Ada yang depresi dan ada pula yang mengalami gangguan kesehatan jasmani dan Ia menyembuhkan mereka semua dengan kuasa-Nya yang ajaib. Dia adalah penyembuh tubuh maupun jiwa dan mereka yang telah disembuhkan oleh-Nya layak melakukan apa saja yang bisa mereka persembahkan kepada-Nya. Kita harus peduli untuk mengikuti-Nya supaya setiap saat kita bisa datang kepada-Nya untuk minta tolong saat tergelincir. Kita juga terikat dalam rasa syukur untuk melayani Dia serta Injil-Nya, karena Dia telah menyelamatkan kita melalui Injil-Nya.

Banyak dari antara mereka yang melayani rombongan Kristus dengan kekayaan mereka. Ini merupakan contoh keadaan berkekurangan yang rela dijalani Juruselamat kita sehingga Ia memerlukan bantuan, dan juga contoh kerendahan hati dan sikap merendahkan diri yang besar sehingga Ia mau menerimanya. Walaupun sebenarnya kaya, namun demi kita Ia rela menjadi miskin dan hidup dari sedekah. Janganlah orang merasa malu untuk meminta kebaikan hati dari sesamanya ketika Allah membawanya ke dalam kesukaran, tetapi biarlah ia meminta dan bersyukur ketika menerimanya sebagai sebuah kemurahan hati. Kristus lebih suka berutang budi kepada sahabat-sahabat-Nya yang sudah dikenali-Nya dan murid-murid-Nya daripada menjadi beban bagi orang-orang yang tidak dikenal-Nya di kota-kota dan desa-desa yang dikunjungi-Nya ketika berkhotbah. Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban bagi orang-orang yang diajar dalam firman Tuhan untuk berbagi dengan mereka yang mengajarkan banyak hal yang baik kepada mereka. Mereka yang memberi dengan murah hati dan penuh sukacita, menghormati Tuhan dengan kekayaan mereka dan membawa berkat ke atas kekayaan mereka itu.

Melalui khotbah kita minggu ini dengan Thema “Menopang Pelayanan Hamba Tuhan”. Semua kita diharapkan untuk mengambil bagian dalam mendukung pelayanan yang dilakukan oleh hamba Tuhan. Karena kita semua meyakini bahwa apapun pekerjaan yang kita kerjakan semua itu semata-mata untuk melayani Tuhan. Baik itu sebagai Pendeta, Pertua, Diaken, Nora, Naras, dll. Tentu kita menyadari bahwa semua itu perlu dukungan baik moril ataupun materil. Kita harus saling mendoakan. Saling menolong. Saling melengkapi. Melalui pengalaman seorang janda yang dilayani oleh Elisa, di situ bisa dilihat bahwa dalam memberikan penghiburan ataupun dukungan, maka sebenarnya kita pun dihibur dan didukung yang sama sekali tidak kita sadari kalau tidak dilanjutkan sampai ke 2 Raja-Raja 4: 8-13. Tuhan pasti memperhitungkan sesaknya batin kita dalam pelayanan yang penuh dengan tantangan. Kita adalah satu keluarga dalam keluarga Tuhan untuk memberitakan Injil, maka kita perlu saling menopang, baik jemaat atau pejabat gereja karena kita semua adalah pelayan Tuhan dalam bentuk yang berbeda. Terkadang kita mengeluh seperti merasa beban pelayanan kita yang paling berat. Namun jika kita melihat apa yang dialami Daud di atas, justru Allah menguatkan Daud dengan memberikan orang yang terguncang hidupnya untuk dihibur oleh Daud, padahal Daud juga sedang tertekan. Agar mereka bisa saling mendukung untuk kehidupan yang lebih kuat. Apapun itu harus jadi perenungan bagi kita semua bahwa dibalik setiap Hamba-Hamba Tuhan yang melayani dengan tulus di gereja kita, ada iblis yang mengharapkan kejatuhannya, jika kita sering mengkritiknya seharusnya 2 kali lipat kita harus lebih sering mendoakannya. Mari terus saling mendukung dan saling menopang untuk pekerjaan Tuhan yang kita kerjakan di kebun anggurnya Tuhan.

Bahan khotbah ini ditutup dengan satu cerita/ilutrasi yang hendaknya jadi perenungan kita bersama. Salah satu tugas yang paling susah yang harus ditangani oleh gereja adalah memilih pendeta yang baik.

Seorang anggota SDM Gereja setelah melewati proses yang panjang dan melelahkan dalam menentukan calon pendeta gerejanya akhirnya kehilangan kesabaran karena satu demi satu pemohon yang memasukkan lamaran ditolak oleh Biro SDM yang bertanggungjawab. Akhirnya anggota ini berdiri dan membacakan sepucuk surat yang katanya dari seorang pemohon:

Yth. Bapak-bapak,

Saya mendapat tahu ada lowongan di gereja Anda. Saya mau melamar untuk posisi itu. Saya mempunyai banyak pengalaman dan cukup layak untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Saya seorang pengkhotbah yang sukses dan juga seorang penulis yang sukses. Ada juga orang yang berkata bahwa saya seorang pengurus yang baik. Selama ini saya telah menjadi seorang pemimpin di tempat-tempat yang saya layani.


Usia
saya lebih dari 50 tahun dan saya tidak pernah melayani di suatu tempat lebih dari tiga tahun. Di beberapa tempat saya harus meninggalkan kota itu karena pelayanan saya mengakibatkan kekacauan dan menganggu kesejahteraan orang lain. Saya juga harus mengakui bahwa saya pernah dipenjarakan tiga atau empat kali, tetapi yang jelas penangkapan saya itu bukan karena kesalahan saya.

Kesehatan saya juga kurang bagus, namun saya tetap dapat mengerjakan banyak hal.  Gereja-gereja yang pernah saya layani semuanya kecil-kecil walaupun letaknya di beberapa kota yang besar

Hubungan saya dengan pemimpin keagamaan di kota-kota tempat saya melayani tidaklah begitu bagus. Pada kenyataanya, beberapa pernah mengancam saya dan bahkan menyerang saya secara fisik. Saya tidak begitu bagus dalam menyimpan catatan. Saya bahkan sudah lupa siapa  yang  pernah saya baptis.

Bagaimanapun jika Saudara mau memakai saya, saya berjanji untuk melakukan yang terbaik.


Sekian.
Selesai
membaca surat itu, anggota SDM itu berpaling kepada anggota yang lain dan bertanya, "Bagaimana menurut Bapak-bapak?" Apakah kita menerima orang ini saja?"

Anggota-anggota yang lain semuanya kaget!! Mempertimbangkan orang yang sakit-sakitan, pencetus masalah kemana dia pergi, mempunyai ingatan yang kurang bagus dan yang lebih parah lagi mantan narapidana!! Gila!! Siapa dia yang begitu berani melamar kesini dengan latarbelakang yang begitu buruk?? Anggota  SDM  yang membacakan surat khayalan itu memandang mereka semua dan berkata," Surat ini ditandatangani oleh Rasul Paulus!"
Dibata
natap seh kupusuh, manusia natap terjeng rupa...

 

Pdt. Andreas Pranata S. Meliala, S.Th

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate