Khotbah : Yeremia 9 : 23-24 , Minggu tgl 24 Januari 2018

SUPLEMEN BIMBINGAN KHOTBAH MINGGU 28 JANUARI 2018

Bacaan I          : Matius 20: 1-16

Khotbah           : Yeremia 9: 23-24

Tema               : “Kemegahanku adalah Mengenal Tuhan”

 Latar Belakang Kitab Yeremia

Yeremia, seorang nabi dari Anatot, Tanah Benyamin, tampil menyampaikan firman Allah bagi bangsa Yehuda. Bukan hal yang mudah menjadi nabi dengan usia semuda dirinya. Meski anak seorang imam, yakni Imam Hilkia, saat Tuhan memanggilnya ia sempat merasa tidak percaya diri karena kemudaannya dan ketidakcakapannya dalam berbicara (Yer 1). Tetapi Tuhan menjamin akan menyertai Yeremia dalam melakukan tugasnya, sebab sebelum Tuhan membentuknya dalam rahim ibunya, Tuhan telah mengenal Yeremia. Tuhan telah membentuk Yeremia menjadi nabi sejak dalam rahim ibunya. Di pasal-pasal awal kitab Yeremia, ia menyerukan pesan pertobatan agar bangsa itu meninggalkan ibadah kosong, perbuatan-perbuatan jahat dan tidak adilnya (Yer 7: 4-10).

 Setelah pecah menjadi 2 bagian, kerajaan Israel Utara hanya mampu bertahan sampai tahun 722 SM sebelum ditaklukkan Kerajaan Asyur, sedangkan Israel Selatan (Yehuda) bertahan lebih lama sampai tahun 587 SM. Kerajaan Yehuda dikalahkan oleh Babilonia, dan sebagian besar orang-orangnya diangkut dan dibuang ke Babel. Serangan pertama raja Babel Nebukadnezar terjadi 598 SM. Serangan kedua dilakukan karena sisa-sisa bangsa Yehuda di Yerusalem termasuk Zedekia, raja boneka yang diangkat oleh Nebukadnezar justru membuat perjanjian dengan kerajaan Mesir. Akibatnya, anak-anaknya dibunuh, Zedekia dibutakan dan ikut dibuang ke Babel. Yerusalem dihancurkan. Yeremia, adalah salah satu dari sedikit orang yang masih tinggal di Yerusalem. Saat itulah Yeremia tampil dengan pemberitaan yang memberi pengharapan akan pemulihan dari Tuhan.

 Isi

Yeremia 9 adalah bagian dari khotbah Yeremia sebelum serangan Babel yang kedua atas Yehuda. Meski keluar dari mulut Yeremia, bukanlah dirinya yang mengarang kata-kata, melainkan firman Tuhan. Ia memperingatkan bangsa itu untuk menyesali ketidaksetiaanNya kepada Tuhan. “Apakah sebabnya negeri ini binasa, tandus seperti padang gurun sampai tidak ada orang yang melintasinya? Berfirmanlah TUHAN: “Oleh karena mereka meninggalkan TauratKu…, karena mereka tidak mendengarkan suaraKu dan tidak mengikutinya…, melainkan mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti para Baal… (Yer 9: 12b-14). Penyebab kehancuran adalah kesalahan mereka sendiri. Bangsa pilihan yang begitu dikasihi dan diberkati Tuhan, malah berpaling dan menyembah dewa yang tidak punya kuasa apapun. Bangsa ini telah berdosa di hadapan Tuhan. Sekalipun mereka beribadah kepada Tuhan, ibadahnya  kosong. Mereka melakukan kewajiban beribadah tetapi perbuatan mereka jauh dari perintah Tuhan. Maka Yer 9: 23-24 berbicara mengenai apa yang seharusnya umat pahami. Hal-hal yang menyukakan hati Tuhan. Tuhan ingin umat-Nya bermegah bukan karena kehebatannya sendiri melainkan karena mengenal dengan baik Tuhannya.

1.    Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya

2.    Janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya

3.    Janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya

Jangan bermegah dalam ketiga hal ini karena hal-hal duniawi semacam ini tidak bisa menyelamatkan manusia. Bahkan jika disalahgunakan bisa bersifat merusak. Orang kuat akan menindas orang lemah, orang bijak memperdaya para pengikutnya, orang kaya menjadi serakah dan merebut harta orang miskin. Inilah yang terjadi jika manusia begitu mengagungkan kehebatan duniawi.

Refleksi

1)    Sudahkah kita mengenal Tuhan? Mengenal tidak sama dengan berkenalan. Sekedar tahu nama, pekerjaan dan alamat belum  dikatakan mengenal. Mengenal berarti memahami. Orangtua yang mengenal anak-anaknya terlihat dari pemahamannya akan perbedaan karakter, minat dan bakat, serta cara berkomunikasi terhadap tiap-tiap anak. Sepasang kekasih yang saling mengenal tentu tahu apa yang disukai dan tidak disukai pasangannya. Demikian pula kita, orang yang percaya kepada Tuhan, selayaknya kita mengenal Tuhan sampai kepada pemahaman tentang apa yang IA suka dan tidak suka. Tuhan yang kita kenal menunjukkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran. Inilah hal-hal yang Tuhan sukai. Inilah hal-hal yang akan menyukakan hati Tuhan yang patut kita lakukan. Jadi bukan tingkat kehadiran dan keaktifan di gereja saja yang dikejar, tetapi bagaimana kita melakukan yang Tuhan kehendaki sebagaimana kita ketahui dari firman-Nya. Menjadi pertanyaan reflektif bagi kita: Sejauh mana orang-orang bijak, atau kuat, atau kaya di gereja mempraktekkan kasih, keadilan dan kebenaran dalam hidupnya?

 2)    Apakah salah dalam hidup ini mengejar pengetahuan, kekuatan dan kekayaan? Karena pada kenyataannya kita semua mengejar hal itu. Pendidikan tinggi, power dan kedudukan, juga harta kekayaan, adalah hal yang sangat lumrah diinginkan dan dikejar manusia. Apakah menjadi dosa jika kita menginginkan dan memilikinya? Tunggu dulu, bukan berarti semua orang berpendidikan, berpangkat dan kaya harus membuang dan meninggalkan semua itu, tetapi harus paham bukan pencapaian itu yang membuat kita berbangga.

Jika kita membahasakan ulang pesan nabi Yeremia, maka pesan itu bisa menjadi:Biarlah orang bijaksana bermegah karena ia mengenal Tuhan yang memberi kebijaksanaan, biarlah orang kuat bermegah karena ia memahami Tuhanlah sumber kekuatannya, biarlah orang kaya bermegah karena pengakuan bahwa Tuhanlah yang menjadikannya kaya.Maka saat orang-orang bijaksana, kuat, dan kaya bermegah, ia bermegah di dalam Tuhan (istilah Paulus dalam 2 Kor 10:17). Saat ia bermegah, atau berbangga, yang dibanggakan adalah Tuhan. Yang dimuliakan adalah nama Tuhan. Pengenalan kita akan Tuhan membuat kita mengaku: tidak ada hal lain yang lebih berharga daripada iman kita kepadaNya.

 3)    Pengenalan akan Tuhan adalah sebuah proses. Manusia akan sulit mencapai standar kasih Tuhan, atau standar keadilan Tuhan. Sebagai contoh Matius 20, secara hitung-hitungan manusia, tidaklah adil cara sang tuan memberi upah. Namun bagi Tuhan, itulah yang adil. Sebab ‘upah’ manusia tidak dihitung dari usahanya, melainkan kasih karunia Tuhan semata-mata. Maka konsep keadilan versi Tuhan perlu kita pahami dengan memakai cara pikir Tuhan, bukan cara pikir kita. Inilah proses manusia mengenal Tuhan yang tidak akan berhenti, tetapi kita melakukannya dengan penuh syukur, karena semakin mengenal Tuhan kita semakin terpesona oleh kasih dan kebaikanNya pada kita.

 

Pdt Yohana  S. br  Ginting 

Khotbah : Yohanes 15 : 1-8; Minggu Tgl 7 Januari 2017

Bahan Sermon            : 7 Januari 2018

Invocatio                     : Lanjutkanlah kasih setiaMu bagi orang yang  mengenal , dan kebaikan-Mu bagi orang yang tulus Hari. (Mazmur 36:10)

Bacaan                        : Imamat 26:11-13 (Tunggal)

Khotbah                       : Johanes 15:1-8 (Antiponal)

Thema                         : Tetaplah Bersekutu Dengan Yesus

 1.      Pendahuluan

Minggu ini adalah, merupakan minggu yang pertama di tahun 2018, tentunya kita telah memasuki program gereja kita GBKP. Menjadi berkat dalam politik. Mari kita jalankan dengan penuh tanggung jawab, kita adalah warga gereja yang harus bertanggung jawab dalam gereja, pemerintah dan masyarakat. Tentunya kita sebagai masyarakat harus mensukseskan program-program yang akan dilaksanakan oleh bangsa dan negara kita, dimana di tahun 2018 ini ada lebih kurang 171 daerah akan melaksanakan pilkada, baik gubernur maupun bupati dan wali kota beserta wakilnya. Di wilayah klasis kita ini ada beberapa daerah akan melaksanakan pilkada, mari kita ikut serta untuk mendukung. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan mensukseskan program bangsa kita.

 

2.    Urian teks

Yohanes 15:1-8, ini adalah merupakan salah stu perumpamaan yang di ajarkan Yesus kepada pengikutnya dan orang banyak. Setiap Yesus mengajarkan suatu perumpamaan, tentunya yang mudah dipahami oleh orang banyak. Maka Yesus mengajarkan tentang pokok anggur yang benar. Kalaun kita berbicara tentang pokok anggur, maka tidak begitu sulit bagi mereka untuk memahami, sebab anggur adalah salah satu pertanian yang di usahakan oleh masyarakat saat itu. Dan anggur ini juga yang selalu menjadi sunguhan di setiap pesta yang dilaksanakan oleh orang-orang Yahudi, lihat pesta Kanna. (Yohanes 2). Namun kali ini Yesus mencoba memberi penjelasan bagi mereka tentang arti dari pokok anggur yang benar. Dimana kalau kita berbicara tentang perumpamaan ini, kita akan melihat apa yang dikatakan oleh Yesus:

a.                      Yesus adalah pokok anggur

b.                      Bapanya pengusahanya

c.                      Umat adalah ranting-rantingnya

d.   Cabang yang tidak berubah dipotong->yang tidak hidup pada Yesus

e.   Ranting/cabang yang berubah di bersihkan, supaya lebih lebat yang hidup pada Yesus,

Tentunya harapan pemilik kebun ( Bapa ) agar pokok anggur ( Yesus ) itu akan terus berubah lebat (umatnya), maka dia terus memperhatikan serta merawatnya agar apa yang diharapkan pemilik itu (buah yang lebat) akan menjadi kenyataan.

Sebagai pohon(yesus) mengharapkan cabang-cabang yang baik itu terus melekat bersama Dia, dan sebagai cabang yang melekat harus berbuah (beriman) terus dibersihkan agar menjadi cabang yang menghasilkan buah yang lebat. Buah yang lebat itulah perkembangan missi kristus di dunia ini. Namun cabang yang tidak berbuah/kering akan dipotong, lalu dibakar. Memang kebiasaan tumbuhan itu mana cabang yang tidak berproduktif dia menganggu cabang-cabang yang lain. Hal ini mengingatkan bagi orang percaya  agar menjadi cabang yang menghasilkan walaupun harus diperhadapkan dengan hal-hal yang menyakitkan, namun hasilnya akan baik dan berarti bagi Tuhan dan juga berarti bagi orang lain. Yesus mengatakan : jikalau kamu tinggal didalam aku dan firman ku tinggal didalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (ayat 7) mintalah apa saja yang kamu kehendaki, ini adalah merupakan suatu rahasia dari Yesus bagi semua orang percaya, dimana semua orang percaya akan meminta padanNya, sebab dia adalah yang menyediakan segala-galanya. Namun hal itu dapat diperoleh harus tinggal didalamNya, dan hidup seturut dengan firmannya. Tanpa tinggal didalam kasihNya maka kita tidak akan peroleh dari apa yang disiapkahn olehNya.

 

3.      Pointar

a.   Sebagai cabang (orang percaya) harus terus menerus melekat pada pohon itu (Yesus)

b.   Setiap ranting yang berbuah pasti terus menerus dibersih kan (di baharui imannya). Dengan bersekutu bersama dia dan jemaatNya.

c.   Sebagai cabang yang baik/orang percaya terus meminta pada Dia sebagai pemilik gerejaNya

d.   Teruslah berbuah yang lebat dan buah yang berkualitas yang baik

e.   Kita jalani tahun 2018 ini, dan berjalan dan berjuang bersama Dia pohon anggur yang baik itu

  

Pdt  Anadrais  Brahman

                                 

Khotbah :Keluaran 6 : 1-7 ; Minggu Tgl 14 Januari 2018

Invocatio             : Aku kap Dibata si meganjang dingen Badia si erkuasa seh rasa lalap. (Yes. 57:15a)

Ogen                  : Johanes 10:24-30;

Kotbah                : Keluaren 6:1-7

Tema                  : Dibata Si Erkuasa Nelamatken Kita

1.       Pengantar

Paulus menegaskan dalam I Kor. 8:4b "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa." (Bdk. Mzm 115:4-8). Di berbagai tempat di dalam Alkitab menegaskan tentang “ketiadaan” Allah lain yang berkuasa melebihi Allah yang memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel. Yes. 43:10 “Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.” (Bdk. Yes. 44:6; 45:1; 46:9). “Ketiadaan” bukan berarti sama sekali tidak ada, tetapi tidak memiliki kuasa apa-apa dibanding dengan Allah yang kepada-Nya kita percaya. Di beberapa bagian Alkitab juga menyatakan bahwa Allah tidak memulai memperkenalkan diri-Nya dengan menghancurkan ide-ide allah-allah lain itu ada. Setelah keturunan Abraham menjadi sebuah bangsa, Allah sebenarnya memulai dengan mengajarkan kepada mereka bahwa mereka harus secara khusus setia kepada-Nya. Di dalam perintah pertama dari Sepuluh Perintah, kita diberi tahu bahwa tidak boleh “ada allah lain dihadapan-Nya” (Kel. 20:3), yang tidak menyangkal bahwa kemungkinan allah-allah lain itu ada. Hanya saja mau menunjukkan bahwa allah-allah lain “bergantung” kepada ciptaan-Nya, tetapi Allah yang kita imani bahkan sebaliknya, kita manusialah yang bergantung kepada-Nya.

2.       Isi

Judul perikopnya adalah "Pengutusan Musa" itu berarti bukan kali pertamanya Tuhan memanggil dan mencoba untuk mengutus Musa. Ada beberapa tahapan alasan Musa menolak panggilan Tuhan:

a.       Dalam pasal 3:11 “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Ini merupakan alasan klasik menolak panggilan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan, seolah sadar akan keterbatasan tetapi melupakan siapa Tuhan.

b.      Dalam pasal 3:13 “Tetapi apabila ku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka, Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku, bagaimana tentang nama-Nya?”

c.       Dalam pasal 4:1 “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"”

d.      Dalam pasal 4:10 “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."

e.      Dalam pasal 4:13 “Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."

Setelah yang penolakan yang kelima, Tuhan murka, maka pergilah Musa ke Mesir.

f.        Dalam pasal 5:23 “Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali." Musa meragukan kuasa Tuhan dan bahkan mendesak Tuhan untuk segera melepaskan orang Israel.

g.       Bahkan di pasal 6:11 “...Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!"

Memang sejak awal Musa bergumul dengan keterbatasannya, tetapi dia lupa akan siapa Tuhan dalam sejarah leluhurnya. Oleh karena telah berulang kali, Tuhan memperkenalkan diri kepada Musa bahwa Dia adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dengan cara Allah memperkenalkan diri tersebut, itu berarti bahwa Dia tidak berubah (bdk. Ibrani 13:8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya). Ia tidak pernah kurang kebenaran atau belas kasihan, atau keadilan atau kebaikan seperti biasanya. Tidak bisa dipungkiri, ketika dalam permasalahan seringsekali kita lupa atau memang “dibuat lupa” siapa itu Allah, sehingga yang muncul adalah perasaan keterbatasan, ketidaksanggupan dsb. Keterbatasan kita, tidak sedikitpun membuktikan bahwa Tuhan kita itu terbatas. Bahkan Paulus menyatakan 2 Kor. 12:9 “... sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”.

Allah tidak pernah berhenti menyatakan siapa diri-Nya, supaya Dia semakin dikenal, sehingga di dalam dalam Keluaran 34, kita membaca bagaimana Allah menyatakan nama TUHAN kepada Musa dengan menyatakan beragam sisi dari karakter kudusNya: penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu- ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya...."

Pasal 6 ini dimulai dengan dialog Tuhan dengan Musa dan bentuk nats ini diidentifikasi sebagai penyataan keimaman. Ayat pertama dialamatkan kepada Musa, yang menyatakan apa yang telah Tuhan lakukan terhadap para bapa leluhur Israel. Meskipun ayat 1 ini kemungkinan sebagai kesimpulan dari perikop sebelumnya. Dengan mengatakan “Akulah TUHAN” merupakan penegasan ulang dari pasal 3:15 dan penyataan tersebut merupakan tema sentral dari nats ini, yaitu Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa.

 Tuhan mengerti isi hati dan perasaan Musa. Oleh sebab itu Tuhan memberikan JAMINAN, yaitu diri-Nya sendiri dengan tegas Allah berkata, "Akulah TUHAN!" Jaminan yang luar biasa. Jaminan yang diikuti dengan penjelasan Tuhan sendiri mengenai apa yang sudah Tuhan lakukan di dalam sejarah para Bapa Leluhur bangsa Israel.

Menarik untuk kita perhatikan narasi dari Keluaran 3 dimana Musa mendapat panggilan khusus dari Tuhan, dengan segala kelemahan dan kekurangan, Tuhan menyertai Musa. Di dalam Keluaran 4 diakhiri dengan kalimat 31 “Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.” Ini merupakan respon tua-tua Israel terhadap upaya Musa dan Harun meyakinkan orang Israel. Maka di pasal yang ke 5, pergilah Musa dan Harun menghadap Firaun. Apa yang mereka pikirkan, berbeda jauh dari kenyataan. Sehingga pasal 5 ditutup dengan semacam kalimat kekecewaan kepada Tuhan (ay. 22-23). Bukankah sering terjadi di dalam kehidupan kita hal yang demikian? Tetapi yakinlah akan janji pertolongan Tuhan, sehingga pasal 6 ini dibuka dengan kalimat “Akulah TUHAN.” Dari ayat 1-7 ada empat kali Tuhan mengatakan, “Akulah TUHAN.” Itulah jawaban Tuhan kepada Musa. Tuhan mengingatkan Musa, siapa TUHAN yang dia sembah dan percaya. Kalau kita tahu Ia adalah TUHAN, Allah yang berkuasa, itu jauh dari cukup! Penderitaan tidak akan mengagalkan kasih Tuhan atas hidup kita. Mzm. 126:5 “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.”

Dalam Keluaran 6:5-7 ada tujuh janji yang Tuhan sampaikan kepada Musa. Setelah Tuhan menyatakan diriNya kepada Musa, Tuhan menyatakan segala janjiNya yang akan Ia laksanakan kepada bangsa Israel ini. Janji pertama, “Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.” Janji kedua, “Aku akan melepaskan engkau dari perbudakan mereka.” Janji ketiga, “Aku akan menebus engkau dengan tangan yang teracung.” Janji keempat, “Aku akan mengangkat kamu menjadi umatKu.” Janji kelima, “Aku akan menjadi Allahmu,” Janji keenam, “Aku akan membawa engkau ke negeri yang Kujanjikan itu.” Janji ketujuh, “Aku akan memberikan tanah itu menjadi milik pusakamu.” Tujuh janji ini indah dan unik adanya, dibuka dan ditutup dengan kalimat materai “Akulah TUHAN.” Namun semua itu menjadi janji yang kosong kalau yang berjanji tidak mampu memenuhi janji itu. Maka kalimat “Akulah TUHAN” menjadi jaminan bahwa janji itu pasti akan ditepatiNya.

Dengan demikian, orang-orang Israel akan mengetahui melalui pengalaman, betapa besar kuasa dan rahmat Allah. Melalui penyataan Allah bahwa Dia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, hendak menegaskan bahwa Dia tidak pernah ingkar janji, Dia selalu mengenapi janji-Nya. Sehingga, Musa dapat mengenal Allah yang berfirman kepadanya sebagai Allah para Bapa Leluhur. Dia bukan Allah yang baru atau asing, tetapi Allah yang sudah dikenal, yang akan bertindak dan berkarya untuk pembebasan umat-Nya.

Semua janji Tuhan ini nantinya akan menjadi tema yang berulang lagi di dalam Perjanjian Baru. Kita dibebaskan bukan lagi dari perbudakan dan penjajahan bangsa lain, tetapi kita dibebaskan dari perbudakan dosa. Kita akan dibebaskan dari kuk perhambaan dan perbudakan dosa. Kita akan ditebus. Ditebus berarti ada harga yang dibayar, ada tebusan yang harus dberikan. Maka Yesus Kristus menjadi tebusan/sebagai pengganti kita.

 

3.       Aplikasi

a.       Cara kerja Kerajaan Allah berbeda dengan yang dunia tawarkan. Dunia menawarkan apa yang bisa kita lakukan, tetapi Allah menawarkan apa yang Dia bisa lakukan dari diri kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Lukas 1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Bdk., Matius 19:26 "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Sekalipun kita terbatas kita memiliki Tuhan yang kuasanya tak terbatas! 

b.      Sebagaimana Allah memperkenalkan diri kepada Musa, bahwa Dia telah berkarya di dalam sejarah melalui Abraham, Ishak dan Yakub, melalui nama-Nya El-Shaddai, maka nama tersebut juga masih berkuasa hingga saat ini. Roma 4:21b “... bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” Allah kita adalah Allah yang mengatasi sejarah. El-Shaddai disamping menyatakan kemahakuasan Tuhan juga menunjukkan kelembutan Tuhan dalam memelihara kita. Hal itu karena kata Shaddai dan Shad dalam bahasa Ibrani mempunyai arti sama yaitu dada atau buah dada (Kej 49:25; Ayb 3:12; Mzm 22:10). Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan itu seperti seorang ibu yang menyusui anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jadi El-Shaddai adalah Tuhan yang Mahakuasa sekaligus lemah lembut dalam memelihara anak-anak-Nya.

c.       Tuhan sabar dan penuh kasih. Tuhan sama sekali tidak bersikap keras terhadap Musa maupun Israel. Bdk. Maz 103: 8-14  Yes 42:3. Walaupun Musa terus-menerus menolak penugasan dari Tuhan dengan alasan pribadi, tetapi itu tidak Tuhan langsung murka terhadap Musa. Untuk kita renungkan selagi masih ada kesempatan, mari kita datang dan memberi diri kita untuk Tuhan. Yesaya 55:6 “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!”

d.      Mengenal Allah tidak hanya sebatas mengenal di otak saja ataupun sekedar dihafal saja ataupun mengenal Allah bukan sesuatu yang terpisah dengan menyerahkan diri kepada Allah. Untuk kita renungkan, banyak di antara kita menyatakan mengenal Allah tetapi tidak menyerahkan diri kepada pimpinan Tuhan. Hanya Allah yang mampu menyelamatkan kita, sehingga seperti diungkapkan di dalam Yeremia 17:5 “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” dan Yeremia 17:7 “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”

Pdt Dasma Turnip

Pontianak 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate