Khotbah : Matius 15 :21-28 ; Minggu tgl 15 Oktober 2017
Invocatio : Kejadian 17:5
Bacaan. : Rut.4:13-22
Khotbah. : Matius 15:21-28 (Responsoria)
Tema. : "Ibu Yang Beriman".
Pendahuluan.
Bagaimana perasaan seorang ibu kalau menyaksikan anaknya sedang sakit, menderita karena dirasuki oleh setan, tentu saja ibu itu akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencari pertolongan demi kesembuhan anaknya. Mencari pertolongan tidaklah mudah namun tidak mustahil akan tercapai apabila memiliki iman yang teguh terhadap Kristus.
Seorang perempuan Kanaan yang sedang mencari kesembuhan untuk anaknya yang kerasukan setan mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju daerah Tirus dan Sidon, dia sangat bersemangat karena dia yakin bahwa Yesus dapat memberikan kesembuhan buat anaknya, ia bahkan melupakan dirinya sebagai orang yang tidak layak bertemu dengan Yesus karena latar belakangnya sebagai orang kanaan, "bangsa yang dikutuk", namun dorongan kasih ibu dan iman yang teguh memberanikan dia untuk berseru memanggil Yesus dengan sebutan "Anak Daud",
Panggilan ini adalah sebuah panggilan "Mesianik", sebuah keyakinan dan iman yang sungguh teramat besar bagi seorang wanita dari bangsa yang tidak mengenal Allah Israel, kenyataan ini berbanding terbalik dengan keadaan orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan. Ay. 23. Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Para murid meminta Yesus untuk mengusir perempuan itu: "Suruhlah ia pergi". Pernyataan dari para murid yang tidak sabar ini dilanjutkan Yesus dengan mengatakan, ay. 26. "Tidak patut untuk mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing". Wanita bukan Yahudi ini cukup paham dengan kebiasaan orang Yahudi untuk menyebut orang bukan Yahudi sebagai "anjing" dan menyebut diri mereka sendiri sebagai "anak-anak Allah". Ungkapan Kristus yang kelihatannya keras ini diperlunak oleh kenyataan bahwa istilah yang dipakai tidak menunjuk kepada binatang liar dan jahat yang berkeliaran di jalan, tetapi pada anjing-anjing kecil (kunaria) yang dipelihara orang di rumah. Yesus mengatakan kepada wanita bukan Yahudi ini apa yang telah dikatakan-Nya kepada seorang wanita Samaria, yaitu bahwa pada saat ini semua orang tergantung pada Israel untuk memperoleh Mesias dan berkat-berkat-Nya (Yoh. 4:21-23). Yesus telah menyembuhkan orang bukan Yahudi pada kesempatan yang lain, tetapi di Fenisia ini Dia harus hati-hati agar jangan memberikan kesan bahwa la meninggalkan Israel (bdg. Mat. 4:24; 8:5). Ay.27, 28. Anjing itu makan remah-remah. Wanita tersebut sepenuhnya menerima pengaturan Tuhan dan imannya menangkap kebenaran yang berlaku untuknya. Iman inilah yang dipuji oleh Kristus. "Besar imanmu", Orang bukan Yahudi kedua yang dipuji karena imannya (8:10), Yesus memberikan kesembuhan untuk anak perempuan itu dan peristiwa ketiga di mana Kristus menyembuhkan dari jarak jauh (Mat. 8:13).
Iman seorang perempuan fenisia ini sangat luar biasa, dicatat dalam pelayanan Yesus dalam Injil untuk menjadi teladan kepada seluruh umat manusia, bahwa Iman yang besar kepada Kristus akan mendatangkan kesembuhan dan keselamatan.
Bacaan/ogen kitab Rut.4:13-22, menceritrakan kisah seorang perempuan moab yang bernama Rut menantu Naomi, yang memilih untuk tetap bersama Naomi dan mau beriman dan menyembah Allah Naomi. Allah memuliakan Rut menjadi seorang perempuan yang termasuk dalam silsilah Yesus Kristus.
Refleksi.
1. Iman yang teguh menumbuhkan harapan dan membimbing kita kepada jalan keluar atas segala kesesakan. Banyak masalah yang kita alami dalam hidup ini seolah-olah tidak ada jalan keluar, buntu dan tidak jarang akan memunculkan keinginan untuk mengambil jalan pintas mengakhiri segala masalah. Namun dengan Iman yang teguh, kita tetap memiliki harapan mendapatkan solusi.
2. Perempuan Siro-Fenisia dan Rut, adalah teladan inspirasi kepada kita khususnya setiap ibu/Moria agar tetap beriman teguh dan menjadi penopang keluarga di dalam segala situasi.
3. Jadilah seorang ibu yang bijaksana, yang mendatangkan kesejukan di tengah-tengah keluarga, perbuatan yang baik dapat mengubah karakter orang lain menjadi baik.
Pdt. Togu Munthe, M.Th
GBKP Cililitan