Khotbah : Masmur 43 : 1-5 : Minggu 18 Maret 2018

KHOTBAH MINGGU TANGGAL 18 MARET 2018

Invocatio   : “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau

gelisah di dalam diriku? Berharaplahkepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:12)

Bacaan      :1 Petrus 2:21-25 (Tunggal)

Khotbah    : Mazmur 43:1-5 (Responsoria)

Tema        : Tuhan Pengharapan, Yang Menyelamatkan dan Menolongku

 Pengantar

Dalam menjalani kehidupan setiap hari, Tuhan tidak pernah menjanjikan kepada kita bahwa hidup kita akan selalu indah tanpa ada penderitaan yang kita alami. Kenyataan hidup kita, ada masa senang dan susah, masa sukacita dan dukacita, ada masa sehat dan sakit ada masa gembira dan menderita. Untuk segala sesuatu ada masanya. Masa-masa penuh sukacita, sehat,  gembira dan senang, merupakan masa-masa yang dapat dengan mudah dijalani. Semua orang pasti dengan senang hati menerima dan menjalaninya. Tetapi, bagaimana dengan masa-masa kesusahan, dukacita, sakit dan menderita ? Apakah dapat dengan mudah dijalani ?

Melalui bahan khotbah minggu ini, kita akan belajar tentang penderitaan serta bagaimana kita dapat menghadapinya.

Pembahasan Nats

Kerinduan PeMazmur yaitu masuk ke dalam hadirat Allah, Bait Allah. Dalam kerinduannya kepada Allah, PeMazmur menyatakan serta melukiskan penderitaannya yang disebabkan oleh kaum yang tidak salehatau lebih tepat disebut sebagai suatu bangsa yang tidak mengenal kasih setia Allah yaitu penipu (bd. Mazmur 5:7, 34:14) dan orang yang berbuat curang.Orang-orang ini telah berbuat jahat kepada PeMazmur sehingga ia mengalami penderitaan.PeMazmur juga menggunakankiasan yang diambil dari margasatwa dan alam yang diperhatikan  oleh peMazmur menjadi lukisan dari penderitaannya, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah….” (Mazmur 42:2-5).

 Di tengah-tengah penderitaan yang dialami oleh peMazmur, ia menyatakan  kerinduannya yaitu  ia sangat mengharapkan pertolongan dari Allah yang dilukiskannya berdasarkan ibadah di Bait Suci yaitu segenap kepribadiannya tertuju kepada Allah yang hadir di tengah umatNya untuk menolong setiap orang yang berseru kepadaNya sesuai dengan janjiNya.

PeMazmur memasrahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan: “Engkaulah tempat perlindungan/pengungsianku” (Mazmur 31:5; Yesaya 25:4; 2 Samuel 22:33). PeMazmur adalah sebagai seorang yang dinyatakan bersalah oleh kaum yang tidak saleh, penipu dan orang yang berbuat curang. Di Bait Allah, orang-orang yang dinyatakan bersalah mendapat perlindungan sampai tuntutan yang menyalahkan mereka diperiksa. Jika mereka ternyata bersalah, mereka dapat diusir dari tempat itu. Demikianlah PeMazmur akhirnya menyampaikan suatu pertanyaan yang cukup mendalam “Mengapa Engkau membuang aku?”. Tuhan sendiri menolak peMazmur, membuangnya (seperti umatNya yang dibuang ke Babel, misalnya : Mazmur 44:10,24; 74:1).

Tuhan sendiri juga akan mengakhiri penderitaan itu dengan menyuruh utusanNya, yaitu Terang (mengingat tiang api yang menyertai Israel di padang gurun) dan kasih setia yang menuntun umatNya (bd. Keluaren 15:13) untuk membawanya pulang ke gunung Allah yang kudus (Mazmur 2:6;15:1), ke tempat kediamanNya (Mazmur 46:5; 84:2; 132:5,7). Ke tempat itulah peMazmur akan membawa korban ucapan syukur ke mesbahNya. Ia akan mewartakan bagaimana Allah telah menolongnya sehingga ia dapat bersukacita, yang dinyanyikan dengan iringan kecapi.

Akhirnya, peMazmur menyampaikan pertanyaannya: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku!” Pertanyaan ini ada 3 kali diungkapkan oleh peMazmur yaitu dalam Mazmur 42:6,12 dan 43;5. Ayat ini merupakan “refrein” yang sama dalam Mazmur 42-43, yang merupakan satu syair dengan tiga bait yang masing-masing di tutup dengan “refrein” yang sama. Dalam hal ini, tampak bahwa peMazmur sangat memikirkan kesulitan yang dialaminya sehinggamembuat ia melihat berbagai ancaman dan bahaya dimanapun. Padahal, cukuplah ia memandang dan berbaharap kepada Allah yang menjadi penolongnya sehingga ia bersyukur lagi kepadaNya. PeMazmur tertolong, itulah sebabnya hatinya bersukacita dan dengan nyanyiannya ia bersyukur karena Tuhan telah bertindak. Bersyukur berarti mengaku percaya dan mewartakan kasih setia Allah kepada orang lain agar merekapun turut bersukacita dan percaya. PeMazmur sungguh merasakan bahwa hanya Tuhanlah sumber pengharapannya serta yang dapat menolongnya.

Aplikasi

Pada Minggu Passion VI ini, kita mengingat kembali penderitaan yang telah dialami oleh Tuhan Yesus. Minggu ini disebut juga sebagai Minggu Judika artinya berikanlah keadilan kepadaku ya Allah. Kita dapat belajar juga dari penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus seperti yang diungkapkan dalam bahan bacaan kita, 1 Petrus 2:21-25. Yesus telah mengalami penderitaan dalam hidupnya, padahal IA tidak pernah berbuat dosa dan Dia tidak pernah menipu. Berbagai penderitaan dialamiNya. Bagaimanakah IA menghadapinya? Ketika Dia dicaci maki, IA tidak membalas dengan caci maki, ketika IA menderita, IA tidak mengancam, tetapi IA menyerahkannya kepada Dia, yang mengadili dengan adil. Penderitaan yang telah dialami oleh Yesus adalah untuk menanggung dosa kita, sehingga IA mati di kayu salib untuk keselamatan manusia. Yesus berdamai dengan penderitaannya sehingga  dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati IA menjalani penderitaanNya. Ketika IA mengalami penderitaan yang disebabkan oleh orang lain, IA tidak balas dendam. IA menjalani penderitaanNya dengan penuh kepatuhan kepada Allah.

Yesus adalah Allah yang turut menderita, yang juga turut merasakan penderitaan yang dialami oleh manusia. Yesus telah lebih dahulu mengalami penderitaan untuk keselamatan manusia. Demikian juga peMazmur, ditengah-tengah penderitaannya, ia berseru memohon pertolongan kepada Allah. Karena hanya Allah yang sanggup menolongnya dapat keluar dari penderitaannya. Hanya Allah pembebas dari penderitaan manusia. Tuhanlah pengharapan kita, yang menyelamatkan seta menolong kita sehingga kita mampu menghadapi berbagai penderitaan.

 Dalam menghadapi berbagai kesulitan dan persoalan dalam kehidupan setiap hari janganlah mengandalkan kekuatan dunia seperti harta kekayaan, kekuasaan dan juga orang lain. Tetapi tetaplah mengandalkan Tuhan. Berpengharapan kepada Tuhan, karena hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan dan menolong kita. Karena itu bersyukurlah kepadaNya.

                                                                                                            Pdt. Crismori Br Ginting

                                                                                                            GBKP Rg. Sitelusada

Khotbah : Yesaya 54 : 11-17; Minggu tgl 11 Maret 2018

Suplemen  Khotbah Minggu   tgl  11 Maret 2017

 

Invoctio :  “Sungguh Ia mengasihi  umat Nya ; semua orang Nya yang kudus didalam tanganMulah  mereka, pada kamkiMulah mereka duduk, menagkap sesuatu dari  firmanMu.

Bacaan   : Yohanes 15 : 9-17

Khotbaha :  Yesaya  54 : 11-17

Tema     :  Allah membela dan  memberi kemenangan.

 1.      Pendahuluan

Saudara/ii minggu  11 Maret  2018 adalah Minggu Passion V, saat-saat  menjelang Hari raya Paskah, dimana Tuhan Yesus akan  menghadapi hukuman  berat di kayu salib.

Saat-saat menjelang penderitaan yang sesungguhnya, maka ia masih menyempatkan waktu untuk mengajar murid-muridNya juga menjelaskan bagi orang yang telah percaya, bahwa proses yang  Ia lalui/hadapi juga bahagian bagi setiap orang  percaya di bumi ini.

Saudara :  walaupun berbagai-bagai kesukaran dan godaan yang dihadapi orang percaya, namun kasih Allah yang tidak terbatas itu  tetap menyertai dan melindungi kita, Dia tidak membiarkan kita  hidup tanpa  arah dan tujuan.

Iangat dibalik awan ada cerah matahari yang  saatnya akan  mengusir awan/kabut itu , sirna dan akhirnya yang tampak langit  yang biru . Demikianlah kehidupan orang  percaya, walaupun kita sering berhadapan dengan rintangan serta tantangan, ada jalan keluar diberikan oleh Dia yang telah memilih kita  jadi  pengikutNya. Allah membela dan memberi kemenangan.

2.      Uraian teks.

Saudara/i , saat Nabi Yesaya menyampaikan beritanya,  dimana umat Israel berada di pembuangan  , dan mereka mengharapkan pertolongan yang datangnya dari Tuhan yang punya kuasa dan kemampuan untuk berbuat dan bertindak untuk mengalahkan  musuh-musuh Israel .

Allah  memeri jaminan  yang kuat buat umatNya “ Hai orang tertindas yang  dilanggar angin badai,” mengingatkan bahwa Tuhan tau umatNya sedang tertindas, maka Ia berbuat dengan  mengatakan , Aku akan meletakkan alas mu dengan batu hitam , tentunya  disini Allah menghibur dan menjamin bahwa Allah  tidak tiggal diam  1000 kata, bahkan berbicara 1000 bahasa, menterjemahkan kasih setianya.

Allah  membangun tembok-tembok yang  kokoh dari batau delima. Allah membentengi kehidupan umatNya.

Saudara/i, hal ini yang kita rasakan sebagai  orang  percaya, walaupun terkadang hidup ini penuh dengan kemunafikan orang bagi kita , dan penuh dengan hujatan dan caci maki.  Tetapi kita diberikan  Dia yang  membentengi kita, bahkan hingga anak-anak kita pun  tetap  dalam tuntunanNya sehingga  maenjadikan murid-murudNya.

Kekuatan yang  dimiliki oleh manusia  mempunyai  batas tertentu tapi kekuatan yang dari Allah kekal adanya, maka jika ada orang yang  ingin menyerang/ menjatuhkan kita , maka Ia (Tuhan) akan menghadang, sehingga musuh-musuh itu Rebah dihadapan orang percaya (ayat 15).

Saudara/i,  umat Israel  di pembuangan  iru terasa  berat ,  mereka mengangap Allah sudah  membiarkan hidup dalam tertekan,  ternyata Tuhan mengingatkan kembali bahwa semua manusia yang  menciptakan tukang besi dan memghembuskan api, besi adalah dipakai untuk alat  perang dan api dipakai untuk   alat pemusnah.  Inilah terkadang yg ditakuti oleh umat Tuhan, namun Ia (Tuhan)  lah ternyata sebagai pemiliknya,  penciptanya.

Maka ia berkehendak apa yang  diciptakan itu,  dan Ia juga akan mematahkan  besi sebagai  alat perang dan memadamkan api  yang dipakai untuyk pemusnah.  Sebab Tuha ingin menciptakan  damai dan sukacita bagi umatNya itu.

Dan Ia mempersiapkan  umatNya untu kembali ke tanah Perjanjian itu, dan mamebangun masa depanya kembali dalam terang dan damai. Namun untuk itu bukanlah mudah dan tiada kemampuan umatNya, tetapi oleh Dia  yang memiliki umat itu semdiri. Maka Ia katakan “  Setiap senjata yang  ditempah untuk engkau  tidak akan berhasil  ( Ayat 17).

3.      Renungan.

a.      Kasih Allah lewat kehadiran Yesus Nyata dalam  kehidupan  orang  percaya.

b.      Lewat kasih Allah itu maka ia terus menerus membela/ berpihak pada orang yang Dia kasihi.

c.       Dia (Yesus ) menyuruh  kita tetap dan terus mengasihi walaupun terkadang  sakit  dan menyakitkan yang kita terima.

d.      Kasih Kristus  itu adalah pengorbanan, namun  lewat pengorbanaNya dunia ini diselamatkan oleh Nya.

e.      Segala  sesuatu yang  dimiliki manusia (Kekuatan, harata dan wibawa) akan ditaklukkan  oleh Nya, hanya lkasih Allah kekal selama –lamanya.

 

                                                                                                             Pdt Andaris Brahmana

                                                                                                             081317054961

 

kHotbah : Pilipi 3 : 13-16 ; Minggu tgl 4 Maret 2018

Khotbah Minggu, 04 Maret 2018

Invocatio : Yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Ayub 19 : 27a

Bacaan     : Ibrani 6 : 1 - 6

Khotbah   : Filipi 3 : 13 - 16

Thema      : Berlari ke Tujuan.

Saudara-saudari Yang Dikasihi Dalam Kristus Yesus.

Seorang pelari dalam setiap perlombaan punya satu tujuan yaitu bisa menyentuh garis akhir (finish). Dan untuk setiap jenis perlombaan lari yang dibutuhkan oleh setiap pelari adalah pengenalan dan pengaturan tehnik berlari. Seorang pelari sprinter tentu akan berlari secepat yang ia mampu untuk mencapai garis akhir, Tapi seorang pelari jarak jauh tentu ia akan mengatur larinya agar sesuai dengan tenaga yang ia miliki sehingga pada akhirnya ia sampai juga di garis akhir. Syukur kalau ia jadi pemenang,

Untuk semua ini tentu dibutuhkan latihan yang bukan hanya sekali dua kali, tapi latihan yang rutin. Semua ini dijalankan untuk mengenal kekuatan dan kemampuan, kecepatan dan juga tujuan yang hendak dicapai. Seorang pelari dilatih sedemikian rupa untuk akhirnya dapat mengalahkan lawan-lawannya dan tampil sebagai pemenang. Nah... Bagaimana dengan keimanan kita? Dimanakah posisi kita sekarang? Kemanakah tujuan akhir yang hendak kita capai? Apakah kehidupan ini juga kita ibaratkan sebagai sebuah perlombaan yang pada akhirnya menuntut kita untuk sampai di garis akhir dan keluar sebagai pemenang?

Paulus mengatakan bahwa ia punya masa lalu; namun masa lalu itu bukanlah sesuatu yang perlu diingat secara terus menerus. Justru dalam hal ini Paulus melupakan masalalunya. Mengapa? Karena masing-masing kita mengetahui seperti apa masalalu Paulus sebelum mengenal dan menerima Yesus Kristus. Baginya masa depanlah yang sangat diperlukannya dan menjadikan pemicu dirinya untuk mencapai apa yang diinginkannya pada masa depannya. Dan yang dinginkan oleh Paulus sangatlah jelas (ay. 14).

Lalu bagaimana dengan kita? Setiap orang pasti punya masalalu dalam kehidupannya sebelum ia mengenal dan menerima Yesus Kristus. Namun setelah mengenal dan menerima Kristus, apakah sikap hidup kita masih sama seperti sebelum kita mengenal dan menerima Kristus? Artinya bila sebelumnya juga kita masih suka berbuat dosa dengan mendukakan hati Tuhan dengan melakukan yang tidak Ia kehendaki, dengan menyatakan diri sudah mengenal dan menerima Kristus namun belum mampu “keluar” dari kehidupan masalalu. Jelas ini sangat bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Paulus. Paulus mengingatkan akan sebuah kata yaitu KOMITMEN. Tanpa adanya komitmen maka apa yang hendak dituju pasti akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik.

Penekanan akan kata komitmen ini dilanjutkan oleh Paulus dengan pengenalan diri yang baik. Melalui bacaan kita, sepertinya Paulus mencoba untuk memahami keberadaan masing-masing yang berbeda tingkat pemahaman dan pengertiannya. Namun bagi Paulus sangatlah jelas bahwa siapapun yang mau mengarahkan dirinya pada tujuan yang benar, Tuhan tidak akan membiarkan “perjuangan” orang itu untuk mengejar tujuannya. Tuhan akan menolong dengan caranya (ay. 15).

Paulus juga mengingatkan kita akan hal yang penting yakni “BERKELANJUTAN”. Artinya dalam melakukan upaya untuk “berlari mengejar tujuan”, kita jangan berhenti pada suatu keadaan. Bisa jadi kita sudah merasa puas ketika sudah mencapai suatu tingkat yang lebih baik daripada yang lain, Atau dikarenakan ketika proses “belajar dan berlatih” yang sedang kita jalani, tiba-tiba ada “persoalan” dan kita merasa tidak mampu untuk melewatinya, lalu kita berhenti. Paulus menyatakan “teruskan” pada jalan yang sudah kita tempuh (ay. 16). Ini juga mengandung pengertian yang dalam bahwa untuk mencapai yang terbaik tentu ada “perjuangan”. Perjuangan yang sudah dimulai dan dijalani janganlah hendaknya menjadi sia-sia dengan tidak meneruskan apa yang sudah dimulai.

Nah... ketika kita kaitkan dengan iman? Pertanyaannya adalah apakah Iblis suka dengan ini? Pasti jawabnya TIDAK. Iblis tentu dengan segala macam cara akan mencoba menggagalkan upaya kita untuk mencapai tujuan seperti yang dikatakan Paulus.

Saudara-saudariku ....

Teringat akan masa kecil dimana ketika diperhadapkan dengan sebuah tantangan, ada dua sisi yang saling bertanding dalam hati. Satu sisi mengatakan “kamu masih kecil, kamu tidak akan sanggup”; sedang satu sisi lagi mengatakan “kapan lagi, ayo coba, kamu pasti bisa”. Pada awalnya saya ikut sisi yang pertama dengan mengatakan “ iya kan, saya masih kecil” sebagai upaya membela diri terhadap “ketidakmauan saya”. Tapi, ada yang mendorong supaya saya melakukan sisi yang kedua dengan memberikan semangat dan motivasi. Lalu saya coba melakukannya... dan..... berhasil..... hati saya sangat senang, orang yang memberikan dorongan dan motivasi juga senang.

Dari cerita singkat ini, menyenangkan hati Tuhan adalah tujuan yang hendak kita lakukan demi mencapai panggilan sorgawi. Untuk itu berlatih dan berlatih dalam iman sangat diperlukan. Jangan pernah biarkan ada sisi kosong dalam kehidupan kita yang mencoba melemahkan kita dalam “perlombaan” ini. Bila sisi itu kita isi dengan hal-hal yang melemahkan maka jadilah kita manusia “gagal”. Tentu kita tidak mau gagal....

Mengakhiri khotbah kali ini, ada sebuah lagu...

DIA BUKA JALAN

Dia buka jalan, saat tiada jalan, Dengan cara yang ajaib Dia buka jalan bagiku,

Dia menuntunku dan memeluk diriku,Dengan kasih dan kuasa-Nya

Dia buka jalan, Dia buka jalan

Di belantara Dia tetap menuntunku, Sungai di gurun kutemui

Langit bumi 'kan lenyap, tapi firman-Nya tetap, Saat ini Dia buka jalan

 

Kiranya melalui lagu ini, kita diberkati untuk terus berjuang menuju tujuan yang pasti. Tuhan memberkati. Amin

                                                                                                Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe

                                                                                                081361131151

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate