kHotbah : Pilipi 3 : 13-16 ; Minggu tgl 4 Maret 2018

Khotbah Minggu, 04 Maret 2018

Invocatio : Yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Ayub 19 : 27a

Bacaan     : Ibrani 6 : 1 - 6

Khotbah   : Filipi 3 : 13 - 16

Thema      : Berlari ke Tujuan.

Saudara-saudari Yang Dikasihi Dalam Kristus Yesus.

Seorang pelari dalam setiap perlombaan punya satu tujuan yaitu bisa menyentuh garis akhir (finish). Dan untuk setiap jenis perlombaan lari yang dibutuhkan oleh setiap pelari adalah pengenalan dan pengaturan tehnik berlari. Seorang pelari sprinter tentu akan berlari secepat yang ia mampu untuk mencapai garis akhir, Tapi seorang pelari jarak jauh tentu ia akan mengatur larinya agar sesuai dengan tenaga yang ia miliki sehingga pada akhirnya ia sampai juga di garis akhir. Syukur kalau ia jadi pemenang,

Untuk semua ini tentu dibutuhkan latihan yang bukan hanya sekali dua kali, tapi latihan yang rutin. Semua ini dijalankan untuk mengenal kekuatan dan kemampuan, kecepatan dan juga tujuan yang hendak dicapai. Seorang pelari dilatih sedemikian rupa untuk akhirnya dapat mengalahkan lawan-lawannya dan tampil sebagai pemenang. Nah... Bagaimana dengan keimanan kita? Dimanakah posisi kita sekarang? Kemanakah tujuan akhir yang hendak kita capai? Apakah kehidupan ini juga kita ibaratkan sebagai sebuah perlombaan yang pada akhirnya menuntut kita untuk sampai di garis akhir dan keluar sebagai pemenang?

Paulus mengatakan bahwa ia punya masa lalu; namun masa lalu itu bukanlah sesuatu yang perlu diingat secara terus menerus. Justru dalam hal ini Paulus melupakan masalalunya. Mengapa? Karena masing-masing kita mengetahui seperti apa masalalu Paulus sebelum mengenal dan menerima Yesus Kristus. Baginya masa depanlah yang sangat diperlukannya dan menjadikan pemicu dirinya untuk mencapai apa yang diinginkannya pada masa depannya. Dan yang dinginkan oleh Paulus sangatlah jelas (ay. 14).

Lalu bagaimana dengan kita? Setiap orang pasti punya masalalu dalam kehidupannya sebelum ia mengenal dan menerima Yesus Kristus. Namun setelah mengenal dan menerima Kristus, apakah sikap hidup kita masih sama seperti sebelum kita mengenal dan menerima Kristus? Artinya bila sebelumnya juga kita masih suka berbuat dosa dengan mendukakan hati Tuhan dengan melakukan yang tidak Ia kehendaki, dengan menyatakan diri sudah mengenal dan menerima Kristus namun belum mampu “keluar” dari kehidupan masalalu. Jelas ini sangat bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Paulus. Paulus mengingatkan akan sebuah kata yaitu KOMITMEN. Tanpa adanya komitmen maka apa yang hendak dituju pasti akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik.

Penekanan akan kata komitmen ini dilanjutkan oleh Paulus dengan pengenalan diri yang baik. Melalui bacaan kita, sepertinya Paulus mencoba untuk memahami keberadaan masing-masing yang berbeda tingkat pemahaman dan pengertiannya. Namun bagi Paulus sangatlah jelas bahwa siapapun yang mau mengarahkan dirinya pada tujuan yang benar, Tuhan tidak akan membiarkan “perjuangan” orang itu untuk mengejar tujuannya. Tuhan akan menolong dengan caranya (ay. 15).

Paulus juga mengingatkan kita akan hal yang penting yakni “BERKELANJUTAN”. Artinya dalam melakukan upaya untuk “berlari mengejar tujuan”, kita jangan berhenti pada suatu keadaan. Bisa jadi kita sudah merasa puas ketika sudah mencapai suatu tingkat yang lebih baik daripada yang lain, Atau dikarenakan ketika proses “belajar dan berlatih” yang sedang kita jalani, tiba-tiba ada “persoalan” dan kita merasa tidak mampu untuk melewatinya, lalu kita berhenti. Paulus menyatakan “teruskan” pada jalan yang sudah kita tempuh (ay. 16). Ini juga mengandung pengertian yang dalam bahwa untuk mencapai yang terbaik tentu ada “perjuangan”. Perjuangan yang sudah dimulai dan dijalani janganlah hendaknya menjadi sia-sia dengan tidak meneruskan apa yang sudah dimulai.

Nah... ketika kita kaitkan dengan iman? Pertanyaannya adalah apakah Iblis suka dengan ini? Pasti jawabnya TIDAK. Iblis tentu dengan segala macam cara akan mencoba menggagalkan upaya kita untuk mencapai tujuan seperti yang dikatakan Paulus.

Saudara-saudariku ....

Teringat akan masa kecil dimana ketika diperhadapkan dengan sebuah tantangan, ada dua sisi yang saling bertanding dalam hati. Satu sisi mengatakan “kamu masih kecil, kamu tidak akan sanggup”; sedang satu sisi lagi mengatakan “kapan lagi, ayo coba, kamu pasti bisa”. Pada awalnya saya ikut sisi yang pertama dengan mengatakan “ iya kan, saya masih kecil” sebagai upaya membela diri terhadap “ketidakmauan saya”. Tapi, ada yang mendorong supaya saya melakukan sisi yang kedua dengan memberikan semangat dan motivasi. Lalu saya coba melakukannya... dan..... berhasil..... hati saya sangat senang, orang yang memberikan dorongan dan motivasi juga senang.

Dari cerita singkat ini, menyenangkan hati Tuhan adalah tujuan yang hendak kita lakukan demi mencapai panggilan sorgawi. Untuk itu berlatih dan berlatih dalam iman sangat diperlukan. Jangan pernah biarkan ada sisi kosong dalam kehidupan kita yang mencoba melemahkan kita dalam “perlombaan” ini. Bila sisi itu kita isi dengan hal-hal yang melemahkan maka jadilah kita manusia “gagal”. Tentu kita tidak mau gagal....

Mengakhiri khotbah kali ini, ada sebuah lagu...

DIA BUKA JALAN

Dia buka jalan, saat tiada jalan, Dengan cara yang ajaib Dia buka jalan bagiku,

Dia menuntunku dan memeluk diriku,Dengan kasih dan kuasa-Nya

Dia buka jalan, Dia buka jalan

Di belantara Dia tetap menuntunku, Sungai di gurun kutemui

Langit bumi 'kan lenyap, tapi firman-Nya tetap, Saat ini Dia buka jalan

 

Kiranya melalui lagu ini, kita diberkati untuk terus berjuang menuju tujuan yang pasti. Tuhan memberkati. Amin

                                                                                                Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe

                                                                                                081361131151

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate