Khotbah : Masmur 25 : 1-7 ; Minggu tgl 18 Feburari 2018

Khotbah 18 Februari 2018 Pasision II

(Invokavit)

Invocatio      : Mazmur 3 : 5

Bacaan         : Lukas 9 : 57 – 62

Khotbah        : Mazmur 25 : 1 – 7

Tema           : “Orang Yang Mengharapkan Tuhan Tidak Dipermalukan”

 Pengantar

Kitab Mazmur pada dasarnya kitab kidung dan doa.  Jiwa terdalam seorang manusia atau suatu bangsa dinyatakan melalui doanya.Sehingga untuk mengenal jiwa dan hati orang-orang Israel serta pergumulannya  dapat dilihat dengan mendengarkan doanya. Dalam  kitab Mazmur terkumpul doa umat Israel sepanjang ratusan tahun yang berupa keluh kesah, ratapan, pengharapan, dan nyanyian syukur. Kitab Mazmur memuat 150 kidung(lagu-lagu keagamaan) yang bersumber dari pergumulan umat Israel di masa yang lampau.Kitab Mazmur biasanya disebut kitab Mazmur Daud, walaupun selain Daud,  Bani Korah (kelompok penyanyi), Asaf (penyanyi) juga termasuk sebagai pengarangnya. Kitab Mazmur sudah ada sekitar tahun 200 SM, yang isinya berupa pembicaraan manusia dengan Allah, tercetus di dalamnya perasaan hati manusia yang menanggapi karya penyelamatan Allah.

Para ahli kitab mengelompokkan Mazmur menjadi beberapa jenis, misalnya mazmur puji-pujian, doa permohonan (ratapan), baik secara perorangan  ataukelompok (umat).Mazmur juga dapat dikelompokkan berdasarkan perasaan hati yang terungkap di dalamnya. Ada perasaan hati yang positip  terhadap karya Tuhan, sehingga membuahkan kidung syukur (cth Maz.8 dan 9) ada juga perasaan yang negatip (berupa keluh kesah dan ratapan) terhadap Tuhan(Mazmur 44, 60, 58, 74). Boleh jadi pemasmur yang pada dasarnya adalah orang beriman, mencari sebab- musabab kemalangan yang terjadi pada dirinya dan bangsanya, yaitu akibat dosa dan kesalahan manusia, dengan demikian keluhan dan ratapan itu menjadi doa permohonan, minta tolong, supaya Tuhan berkenan menyelamatkan bangsanya yang menderita.

Tafsiran Bacaan Mazmur  25 : 1- 7

Dalam bacaan Mazmur 25, merupakan ratapan dan doa minta tolong dari Daud (dibuka dengan kalimat :“KepadaMu ya Tuhan, kuangkat jiwaku”)

Ayat 1 – 3. Pemazmur meratap  mengeluh dan mengadu kepada Tuhan sebab merasa dipermalukan oleh musuh-musuhnya yang beria-ria atas penderitaannya. Ia tidak mengandalkan kekuatannya tapihanya percaya kepada Tuhan saja. Ia mengangkat jiwanya kepada Allah.Jiwa adalah pusat kepribadian manusia.Mengangkat jiwa kepada Allah berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, seluruh perhatian dan konsentrasi pemazmur diarahkan kepada Allah.Dalam menghadapi musuh yang kuat, pemazmur sadar kalau ia tidak berdaya, sehinggga ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga tidak akan dipermalukan oleh musuh. Pada ayat ketiga : “ semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu...”. Kata ” Menanti-nantikan Tuhan” suatu rumus yang tiada bandingnya dalam kebudayaan Israel kuno.Rumus ini mengungkapkan iman dan pengharapan orang percaya karena orang percaya disebut juga orang yang menanti-nantikan Tuhan. Pemazmur menanti-nantikan Tuhan dalam arti mengharapkan Tuhan sebagai penolong dan pembela orang benar, sehingga musuh tidak dapat bertindak sewenang-wenang  terhadap dirinya, yang membuat ia malu.

Ayat 4-5. Dalam menghadapi permasalahan atau musuh pemazmur memohon “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu..”.  Pemazmur memohon agar Tuhan senantiasa menjadi pemandu dalam kehidupannya agar dia senantiasa berjalan dalam kebenaranNya dan tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan.Jalan yang penuh kebenaran dan keadilan sesuai dengan hukum Allah. Tuhan menuntun kita pada jalan kebenaran yang berfaedah dan penuh berkat (Yesaya 48 : 17-18), bukan dengan perkataan saja tapi lewat pengalaman hidup sama seperti orang tua  melatih dan membesarkan anak-anaknya.

Ayat 6 – 7.“Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada dari sejak purbakala.Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggar-pelanggaranku janganlah  Kau ingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu ya Tuhan”.Kata rahmat seakar dengan kata Rahim, menggambarkan cinta kasih ibu kepada anaknya, dan kata kasih setia yang dalam bahasa Ibrani adalahchesed yang berarti  bahwa ketika Allah membuat suatu perjanjian, Dia komitmen kepada diri-Nya sendiri untuk memelihara perjanjian itu, karena Allah adalah setia. Jika Allah memperhitungkan dosa-dosa kita, maka kita akan ‘rapuh seperti kayu lapuk, dan seperti kain yang dimakan ngegat’ (Ayub 13 : 24 – 28). Oleh karena itu pemazmur memohon agar kiranya Allah dengan rahmatnya, seperti ibu terhadap anaknya sendiri demikianlah ia memohon kepada Allah memandang dirinya, dan dengan kasih setia Allah yang melebihi murka-Nya menerima dia dan menjadi penolong baginya. Semua bukan karena kebaikan tetapi hanya karena rahmat dan kasih setia Allah semata yang menolong pemazmur dan kita semua luput dari kesesakan dan pergumulan.

Renungan

Pemazmur menyadari bahwa banyak kesalahan yang dia perbuat pada masa hidupnya, terutama pada masa mudanya. Pada saat menghadapi pergumulan hidup dan kesesakan bahkan ancaman dari musuh-musuhnya, dia tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri. Dalam doanya pemazmur sadar akan ketidakmampuannya melawan musuh serta sadar akan dosa-dosa dimasa muda, namun mengingat rahmat dan kasih setia Allah, ia tetap menanti-nantikan Tuhan, sebab dengan mengharapkan Tuhan,pemazmur percaya tidak akan dipermalukan dan akan terluput dari segala permasalahannya.

                                                                                                                                Pdt.Immanuel Bayak Manik, M. Th., D. Min.

Perp. Purwakarta

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate