(MINGGU PASSION II/INVOAVIT: ERLEBUH IA KU AKU)
Invocatio : “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11)
Khotbah : Amsal 4:18-27
Tema
“MENJALANI JALAN YANG BENAR”
I. PENDAHULUAN
Dalam hidup kita selalu diperhadapkan pada pilihan dan keputusan. Kadang kita bingung dalam memilih jalan mana yang harus ditempuh. Konflik antara keinginan, kenyamanan dan kebebasan hidup menjadi suatu hal yang tidak mudah dilalui. Semua orang percaya ingin hidupnya lurus dan benar agar bisa mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Tetapi berbagai penyesatan dan pengajaran keliru yang dianut dunia bisa setiap saat membuat kita miring ke kiri dan ke kanan, berbelok, bengkok dan serong. Berbagai ‘penyakit’ dunia bisa meracuni kita dan mengalihkan kita dari jalan yang lurus, jalan yang terang menuju gelap dan kesesatan.
Lalu apa yang sebenarnya diinginkan Tuhan bagi kita? Tuhan ingin kita tetap hidup dengan menjaga kesucian, tiada beraib dan tiada bernoda sehingga kita bercahaya di antara manusia lainnya seperti bintang-bintang di dunia (bnd. Filipi 2:15).
Bagaimana caranya agar kita bisa tetap bertahan untuk terus lurus dan tidak menjadi bengkok? Bagaimana agar kita bisa tetap berjalan dalam koridor yang benar, tetap lurus meski kita terus dibelokkan? Untuk itu senantiasa kita meminta petunjuk dan kebijaksanaan padaNya melalui firmanNya dan dengan cara selalu berseru kepada Tuhan (Minggu Invokavid: Erlebuh ia ku Aku), maka Dia akan menjawab dan meluruskan jalan kita.
II. PENDALAMAN NAS
Kitab Amsal adalah kumpulan ucapan ringkas dan ucapan berbentuk nasihat untuk mendidik para pemuda. Dalam bahasa Ibrani “Amsal” diterjemahkan dari kata misyle/masyal yaitu singkatan dari misyle syelomoh, artinya amsal-amsal Salomo, yang merupakan amsal-amsal orang bijak (Amsal 22:17; 24:23). Dalam nas ini (ay. 18-27) diperlihatkan sebuah pokok pengajaran agar para pendengarnya berpegang teguh pada yang baik, yaitu Firman Tuhan.
Istilah “Jalan” (Ibr. Derek)merupakan lambang dari sikap hudup dan tingkah laku seseorang. Orang yang berhikmat disamakan dengan orang yang berjalan di jalan lurus atau benar, yang akan menghindarkan orang itu dari bermacam masalah. Sikap hidup dan tingkah laku yang benar ini menuntun orang pada “kehidupan”. Sehingga jalan orang benar digambarkan seperti cahaya fajar dan terang; seperti cahaya mentari di pagi hari yang semakin lama semakin terang cahayanya. Hidup orang benar itu seperti terang, bahkan semakin lama semakin terang karena berjalan dengan hikmat Tuhan yaitu firman Tuhan.
Alkitab tidak mencatat jalan hidup orang benar seperti cahaya fajar ‘dari terbit matahari sampai terbenamnya’, seringkali kita campur dengan filosofi duniawi yang mengatakan hidup ini bagaikan roda kadang di atas, kadang di bawah. Tetapi firman Tuhan mengatakan bahwa keadaan kita akan semakin baik apabila kitaselalu mendengarkan dan mengikuti jalanNya. Dalam Ulangan 28:13 “Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia”. Namun konteks nas ini bukan mau membawa kita kepada sebuah pemahaman “teologi sukses”, tapi menekankan kepada kita bahwa ketika kita memakai dan menjadikan Firman Tuhan sebagai pedoman hidup kita maka akan terjadi transformasi hidup, baik itu cara pandang, pola pikir maupun pengharapan kepada Tuhan dalam menjalani dinamika hidup (baik itu lurus, terjal, lembah, kerikil, berbatu, licin maupun berliku). Jadi bukan diartikan kita tida akan pernah lagi sakit atau terus naik pangkat dan jabatan strategis akan selalu kita raih, tapi walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita inginkan, iman kita meneguhkan dan meyakinkan kita bahwa ‘jalan Tuhan selalu benar’.
Sekali lagi firman Tuhan katakan jalan hidup orang benar seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang semakin terang sampai rembang tengah hari, ini puncaknya terang. Tuhan menginginkan kita terus belajar dan berpedoman kepada ‘terang’ yang sesungguhnya yaitu Kristus. Yohanes 8:12 “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”.
Untuk itu supaya kita tetap berjalan dalam jalan yang benar dan terang kita semakin terang, kita harus melakukan:
1. Mengarahkan Telinga (ay. 20-22)
Kita harus mengarahkan telinga kita kepada hal-hal yang baik, yang membangun dan kepada firman Tuhan yang mengarahkan dan menuntun kita dalam jalan kebenaran. Lukas 8:18 “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya”. Bukanlah tanpa tujuan jika Tuhan meciptakan 2 telinga dan 1 mulut bagi manusia; tujuannya adalah supaya kita lebih banya mendengar daripada berkata-kata, sebab “di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Amsal 10:19). Maka dari itu firman Tuhan menasihatkan, “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata....” (Yakobus 1:19). Tuhan menghendaki kita banyak mendengar, terutama dalam hal mendengarkan firman Tuhan, sebab “...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).
2. Menjaga Hati (ay. 23 “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”)
Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, kekecewaan, kebimbangan bahkan juga dapat merasakan sakit. Oleh karena itu sangat perlu menjaga hati terutama dari segala perkataan negatif yang masuk ke dalam hati, supaya hati kita tetap dikuasai oleh cinta kasih Tuhan. Cara menjaga hati juga dapat dilakukan dengan selalu memiliki hati yang bersyukur kepada Tuhan. Sebab dengan bersyukur pada Tuhan membuat hati kita tetap terjaga. Firman Tuhan merupakan salah satu cara supaya hati tetap dikuatkan dari setiap kebimbangan. Karena di dalam firman Tuhan ada janji yang dapat menguatkan iman kita.
Tuhan rindu supaya kita boleh memiliki hati yang bersih serta murni di hadapanNya. Jadi jangan pernah mengizinkan hati kita dikuasai oleh hal-hal yang negatif. Jangan biarkan dosa menguasai hati kita, buanglah segala kebencian dan dendam, sebaliknya isilah dengan kasih Tuhan.
3. Buanglah Mulut Serong (ay. 24 “Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu)
Amsal 13:3 “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan”. Amsal mengingatkan bahwa “mulut” bisa memberikan dampak yang sangat besar dalam kehidupan kita. Mulut perlu dijaga untuk menciptakan keadaan dan situasi yang aman tentram. Bagi Amsal, mulut dijaga supaya apa yang dikatakan mendatangkan kebaikan, syalom, sukacita, ketenangan. Kolose 4:6 “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”.
4. Arahkan Pandanganmu Ke depan (ay. 25-27)
Janganlah kita menjalani hidup sambil mengingat-ingat peristiwa masa lampau yang bisa mengganggu masa depan kita. Orang yang mau berjalan maju tetapi ia masih ‘bernostalgia’ dengan kesuksesan atau kegagalannya masa lalu, ia akan menjadi “tiang garam”, sama seperti Isteri Lot. Ia akan mengalami kegagalan, itu berarti ia tidak akan memeperoleh kebahagiaan.
Ay. 26, 27 “Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan”. Arahkanlah matamu ke depan jangan terpengaruh oleh godaan di kanan dan kiri jalanmu, terus fokus ke depan.
Invocatio: “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11). Orang percaya berpegang pada hikmat dan berjalan menurut pimpinan Firman Tuhan. firmanNya menjadi pelita, sumber sukacita dan penghiburan yang menerangi jalan mereka. Mereka meneladani Terang, setia menjadi terang bagi setiap orang yang dijumpai. Dengan begitu, mereka menyingkirkan kegelapan. Terang bertambah, anugerah pun semakin bertumbuh. Semakin kuat mereka menjaga kekudusan, sukacita, dan kehormatan rohani, semakin deras hidup mereka mengalirkan kemurnian hati, kasih, kebenaran, keadilan dan kejujuran.
III. APLIKASI
Ada sebuah petikan syair lagu yang berbunyi:
“Berliku-liku kehidupan ini
Jalan mana yang harus ku lalui
Rintangan dan cobaan s’lalu menghalangi
Bila ku ingin datang padaMu”
Dalam hidup ini ada banyak tawaran, godaan, cobaan tetapi arahnya kepada jalan yang salah. Ini adalah sebuah tantangan iman bagi kita orang kristen. Sebagai pengikut Kristus yang setia, kita pasti memilih satu jalan yang benar yaitu jalan Tuhan dalam arti setia melakukan kehendak firmanNya. Memilih jalan Tuhan berarti menjadikan firman Tuhan sebagai penerang seluruh perjalanan hidup kita dan tingkah laku di jalan hidup yang kita tempuh (Mazmur 119:105 “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”). Sehingga hidup kita dituntun untuk menikmati kebahagiaan dan berkatNya.
Hidup adalah ibarat perjalanan. Perjalanan yang panjang dimana sepanjang perjalanan itu kita akan menemui realita kehidupan “ada lubang, ada tanjakan, ada turunan, dan terkadang kita harus terjerembab karena terantuk di batu” tapi perjalanan ini harus diteruskan bukan dihentikan, karena kita punya tujuan dari perjalanan itu. Dan perjalanan itu mungkin akan terasa berat dan tidak mudah, karena mungkin tidak seperti yang kita bayangkan atau harapkan (bagi sinatap deleng). Ingat lagu Ebiet G. Ade “Berita Kepada Kawan”
Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang kau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan......
Tapi perjalanan ini akan terasa lebih mudah dan menyenangkan ketika kita punya ‘teman setia’ untuk berbagi cerita dan rasa. Dialah Yesus sang “Kawan Sejati”, yang selalu ada di sepanjang perjalanan hidup kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita dan mau mendengarkan cerita kita. Satu hal yang pasti Dia akan ‘memandu’ kita dalam perjalanan ini sehingga kita tidak tersesat tapi sampai dan selamat di tujuan akhir kita, yaitu Rumah Bapa yang kekal.
Pdt. Irwanta Brahmana-(GBKP Rg. Surabaya)