Khotbah Minggu Tgl 19 Desember 2021 : Yesaya 7:10-16

Invocatio :"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan      Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.” (Mat. 1. 23)

Bacaan   : Roma 15. 7-13 (antiphonal)

Khotbah : Yesaya 7. 10-16 (tunggal)

Tema     : Dibata Ras Kita/Allah Beserta Kita

A.PENDAHULUAN

Minggu ini kita memasuki Minggu Advent IV, Minggu Advent yang terakhir sebelum kita menyambut kelahiran Yesus Kristus Juruselamat kita. Kedatangan

B.PENDAHULUAN

Minggu ini kita memasuki Minggu Advent IV, Minggu Advent yang terakhir sebelum kita menyambut kelahiran Yesus Kristus Juruselamat kita. Kedatangan Mesias, Juruselamat yang dinanti-natikan oleh setiap umat Percaya. Dan Minggu-Minggu Advent merupakan kesempatan bagi kita untuk sungguh-sungguh mempersiapkan hati dan hidup kita untuk menyambut Natal.

Latar belakang konteks nats khotbah kita ialah ketika Ahas raja Yehuda dikuasai ketakutan besar karena  Rezim raja Aram dengan Pekah bin Remalya raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu. ketika diberitahukan kepada keluarga Daud (Ahas) bahwa Aram telah berkemah di wilayah Efraim, maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin (Yes. 7.1-2)

Karena hal itu Tuhan mengutus nabi Yesaya kepada Ahas supaya tidak takut terhadap mereka. Bahkan Tuhan menyebut Aram dan Israel ialah dua puntung api yang berasap. Artinya kedua bangsa itu tidak merupakan bahaya yang harus ditakuti walaupun ada apinya tetapi tidak dapat membakar atau menghanguskan. Yang penting ialah mereka harus mempercayai Tuhan, mempercayai firmanNya dan melakukan tetap seperti yang difirmankan Tuhan.

Karena itu dengan tegas Tuhan berfirman melalui nabi Yesaya: “Jika kamu tidak percaya, sungguh kamu tidak teguh jaya” Jadi intinya ialah harus percaya dengan sungguh kepada firman Tuhan.

C.PENDALAMAN TEKS

1.Tuhan sungguh-sungguh mau menolong umat Yehuda.

TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya: "Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas." Dengan ini Tuhan mau meyakinkan Ahas bahwa Allah sungguh-sungguh memperhatikan kesesakan dan ketakutan Ahas dan Allah mau menolong dan melepaskannya. Bahkan Tuhan akan memberikan kemenangan kepadanya melawan kedua raja itu, melawan kedua bangsa itu.

Ahas kurang (tidak) percaya kepada Tuhan

Tetapi Ahas menjawab: "Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN." Sepertinya perkataan Ahas sangat bijak, namun itu dikatakannya bukan karena dia tidak mau mencobai Tuhan, namun karena tidak percaya kepada kekuatan dan kuasa Tuhan untuk memberikan kemenangan kepada bangsa Yehuda. Dari mana kita tahu, karena kita tahu kemudian Ahas lebih senang meminta pertolongan bangsa Asyur dalam melakukan peperangan, perlawanan kepada bangsa Aram dan Samaria (lih. 2 Raja 16. 5-18)

Tuhan sendiri yang memberikan suatu pertanda.

Lalu berkatalah nabi Yesaya: "Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Tuhan lelah melihat sikap Ahas, karena tidak percaya. Pada hal Allah sungguh-sungguh mau menolong dan melepaskannya dari raja Aram dan Israel.

Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, sebab sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong.

Firman ini sungguh-sungguh nubuat tentang kelahiran Yesus. Yesus yang akan lahir dari seorang perempuan muda (almah) yang dapat berarti “perawan” atau “wanita muda yang belum menikah”. Jadi penggenapan nubuat firman ini ialah ketika Maria seorang perawan yang masih bertunangan dengan Yusuf, mengandung bukan karena hubungan suami isteri tetapi karena kuasa dan karya Roh Kudus. Dan IA dinamakan “Imanuel” artinya Allah beserta kita.

Dan apa yang dinubuatkan tentang kedua bangsa itu yaitu sebelum anak itu (Yesus) tahu yang jahat dan memilih yang baik, sebelum Dia menjadi dewasa maka 65 tahun kemudian Efraim (Israel) dikalahkan oleh Asyur.

APLIKASI

Allah beserta kita

Yesus yang akan kita peringati kelahiranNya dalam Natal disebut Imanuel. Allah beserta kita. Dia hadir di tengah-tengah kehidupan umat manusia. Untuk apa, jelas untuk menyertai kita dalam perjalanan kehidupan kita dan untuk menyelamatkan kita. Yesus beserta kita, untuk memberikan harapan kepada kita. Yesus adalah rahmat terbesar dalam kehidupan manusia. Karena Dia hadir dalam kehidupan kita memberi harapan baru kepada setiap kita. benar dalam kehidupan di dunia kita menemui banyak kesulitan dan pergumulan namun Allah beserta kita sampai kepada kita diberikan pengharapan akan kehidupan yang kekal (bd. Bacaan). Karena itu kita patut bersukacita, kita patut bergembira menyambut kelahiran Yesus yang adalah Imanuel. Allah beserta kita

Allah Hadir dalam hidup kita

Allah telah menunjukkan kasihNya dan hadir dalam hidup kita, untuk menyertai dan menolong kita serta memberi harapan baru kepada kita. Biarlah setiap kita yang telah menerima Alah yang hadir dalam kehidupan kita, menjadikan kita juga senantiasa peduli kepada sesama kita dan bersedia hadir untuk menyatakan kehadiran Allah dalam hidup mereka. Dan hal itu kita nyatakan melalui perbuatan baik, kasih dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.

PENUTUP

Natal yang akan kita sambut menegaskan kembali kepada kita, bahwa Allah sungguh-sungguh peduli kepada kita dan Dia hadir, Imanuel untuk menyelamatkan kita.

Pdt. Sahabat Peranginangin, M.Th

Khotbah Minggu Tgl 28 November 2021 : 1 Tesalonika 3:9-13

Invocatio      :Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudu yang   diam di  dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri ? (1 Korintus 6:19)

Bacaan         :Yeremia 33:14-16 (Tunggal)

Kotbah         :1 Tesalonika 3:9-13 (Tunggal)

Tema            :Tak Bercacat dan Kudus Di Hadapan Allah (Serta Dingen Badia I Lebe-Lebe Dibata)

PENDAHULUAN

Minggu Advent merupakan saat kita menantikan kedatangan Yesus ke dunia. Sebagaimana orang Israel menantikan kedatangan Juruselamat yang dinubuatkan Allah, untuk melepaskan bangsaNya dari penderitaan. Demikian juga pada minggu ini, kita menantikan kedatangan Juruselamat, pertolongan Tuhan yang mampu membebaskan kita dari setiap penderitaan dan pergumulan hidup. Sikap hidup yang benar adalah tetap tabah dan setia dalam penantian, “Tuhan segera datang”. Melalui bahan khotbah minggu ini, kita akan menelisik bagaimana sikap hidup yang harus kita jalani pada masa penantian kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.

PEMBAHASAN TEKS :

1. INVOCATIO : 1 KORINTUS 6:19

Sebagai orang Kristen, tubuh kita adalah tempat tinggal Roh Kudus (bd. Roma 8:11, dimana Roh itu merupakan tanda dari Allah yang menyatakan bahwa kita menjadi milikNya). Karena itu, Roh itu tinggal di dalam diri kita dan kita menjadi milik Allah. Tubuh kita sama sekali tidak boleh dicemarkan oleh kenajisan atau kejahatan apapun, baik oleh pikiran, keinginan, dan tindakan dosa. Tetapi sebaliknya, kita harus hidup sedemikian rupa sehingga menghormati dan memuliakan Allah dengan tubuh kita (ay.20).

2. BACAAN : YEREMIA 33:14-16

Yeremia 33:14-16 ini merupakan janji pemulihan dari Allah bagi umat Israel dan Yehuda, yang akan hidup dalam perdamaian dan kemakmuran serta hidup dalam ketentraman. dan keutuhan rohani. Nubuat Yeremia tentang “Tunas keadilan” yang menubuatkan tentang kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus yang berasal dari garis keturunan Daud. Penggenapan pertama dari nubuat ini  terjadi ketika IA datang pertama kali. Melalui kelahiran, kematian dan kebangkitanNya. IA menjadi Raja atas seluruh umat Allah di bumi. Penggenapan terakhir akan terjadi ketika IA datang kembali untuk kedua kalinya yaitu untuk “melaksankan keadilan dan kebenaran di seluruh bumi (Yeremia 23:5-6).

3. KHOTBAH : 1 TESALONIKA 3:9-13

Tesalonika adalah ibu kota provinsi Roma di Makedonia, yang terletak sekitar 160 km di sebelah Barat Daya Filipi; kota ini merupakan ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka di Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Tesalonika merupakan kota perdagangan dengan perekonomian yang terus meningkat sehingga menjadikan kota pertemuan dari berbagai budaya dan kepercayaan (multiple). Kebanyakan penduduk disini adalah penyembah berhala atau dewa-dewa. Banyak warganya yang menyembah berhala-berhala sebelum mereka menjadi Kristen (1:9). Melalui pelayanan misi yang dilakukan Paulus, akhirnya mereka menjadi orang yang setia kepada Tuhan, serta melalui mereka firman Tuhan telah tersebar di wilayah itu (1:7-8).

Paulus mendirikan jemaat Tesalonika dan dengan sukacita ia memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1:2-10; 2:13-16). Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan orang Kristen. Orang percaya harus kudus (3:13; 4:1-8; 5:23-24) Tetapi, kemudian Paulus mendapat perlawanan dari orang-orang Yahudi yang merasa iri hati melihat keberhasilan pelayanan yang dilakukan oleh Paulus di tengah-tengah orang bukan Yahudi. Karena itu, Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika.

Selanjutnya, Paulus pergi ke Berea dimana sekali lagi pelayanan singkatnya yang berhasil, dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis.17:10-13). Paulus mengutus Timotius  kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang ada di sana (3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis. 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan kepada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (3:6-8).

Ketika Paulus mendengar kabar dari Timotius tentang keberadaan jemaat yang ada di Tesalonika, bagaimana responnya (1 Tesalonika 3:9-13) ?

Bersyukur kepada Tuhan (ay.9)

Paulus sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan, ia merasa senang bahwa orang-orang yang menjadi pengikutnya berdiri teguh. Sukacita yang dirasakannya seperti sukacitanya orangtua yang bangga akan anaknya yang telah melakukan sesuatu dengan sangat baik.

Mendoakan Jemaat Tesalonika (ay. 10-12)

Paulus membawakan jemaat Tesalonika ke dalam doanya. Bila kita tidak dapat melayani orang karena  berada jauh dari mereka, seperti yang terjadi pada Paulus, masih ada satu hal yang dapat kita perbuat, yaitu berdoa bagi mereka. Inilah yang dilakukan oleh  Paulus terhadap jemaat Tesalonika. Di dalam doanya, Paulus menyampaikan harapannya kepada Tuhan yaitu membukakan baginya jalan untuk dapat bertemu dengan jemaat yang ada di Tesalonika. Paulus berdoa kepada Allah agar Dia memampukan orang-orang Tesalonika memenuhi hukum kasih dalam hidup sehari-hari, agar mereka  bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang sama seperti Paulus mengasihi semua jemaat yang ada di Tesalonika. Di sini, kita dapat melihat bahwa peran Allah sangat penting dalam kehidupan kita, terlebih dalam menghadapi persoalan dalam kehidupan setiap hari. Tanpa pertolongan dari Allah kita tidak dapat menjalani kehidupan kita dengan baik.  

Doa Paulus agar jemaat “tak bercacat dan kudus” (ayat 13)

Paulus berdoa kepada Allah agar ketika kedatangan Kristus yang kedua kali, manusia akan berdiri dihadapanNya. Doanya, agar Allah memelihara umatNya di dalam kebenaran sehingga tidak dipermalukan pada hari Tuhan datang. Jalan satu-satunya untuk untuk menyiapkan pertemuan dengan Allah adalah menjalani hidup sehari-hari bersama Dia. Paulus sering berdoa dengan mengingat kedatangan Kristus (bd. Filipi 1:10). Dia menganggap sesuatu yang menyedihkan jikalau di gereja terdapat orang yang hidup dalam dosa atau kesuaman ketika Tuhan datang kedua kalinya. Kedatangan Kristus yang kedua kalinya harus disambut dengan keadaan “tak bercacat dan kudus”. Kita harus berserah sepenuhnya kepada Tuhan dan berpisah dari segala sesuatu yang tidak berkenan kepadanNya.

APLIKASI

Tema khotbah minggu ini adalah Tak Bercacat dan Kudus Di Hadapan Allah, menuntun kita menyadari bahwa sebenarnya kita adalah manusia yang tidak layak di hadapan Tuhan. Kita adalah manusia yang berdosa, dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma3:23) dan upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 6:23). Sebab karena kasih karunia kita diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usaha kita tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaan kita; semuanya adalah karena kasih karunia Allah dalam kehidupan kita sehingga kita dilayakkan untuk mendapatkan keselamatan. Dalam masa penantian kedatangan Kristus yang kedua kali, kita di dorong untuk tetap hidup setia kepadaNya serta hidup tak bercacat dan kudus di hadapan Allah.

Penantian yang kita lakukan, bukanlah yang hanya menunggu tanpa berbuat apapun, tetapi penantian yang tetap setia  melakukan kehendak Tuhan, yaitu :

 Kita harus menguatkan hati kita. Tetap sabar dalam menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya, yang kita tidak tahu kapan waktunya. Ketika Tuhan datang didapatiNya kita tetap setia kepadaNya.

Tidak bercacat dan kudus.Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Petrus 1:16). Demikian juga dalam 1 Petrus 3:11-12 “Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha untuk mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.” Karena itu, “Usahakanlah dirimu supaya sempurna” (2 Korintus 13:11b). Tubuh kita sama sekali tidak boleh dicemarkan oleh kenajisan atau kejahatan apapun, baik oleh pikiran, keinginan, dan tindakan dosa. Tetapi sebaliknya, kita harus hidup sedemikian rupa sehingga menghormati dan memuliakan Allah dengan tubuh kita.

Tetaplah Berdoa. Mengucap syukur dalam segala hal, sebab itu yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kita (1 Tesalonika 5:17-18)

Pdt. Crismori V. Br Ginting Manik

GBKP Sitelusada

Khotbah Minggu Tgl 21 November 2021 : Masmur 90:1-12

Invocatio      : La lit ise pe si ngasup ngambati kematenna, ntah nuncun wari kematenna.     Enda me sada peperangen si la          tersilahken; penipu pe la terpulahisa bana i jenari (Peng. 8:8).

Ogen           : Ketangkasen 1: 4-8

Khotbah       : Masmur 90:1-12

Tema            : Ngerti Gendekna Umur Manusia (Bhs.Indo: Memahami betapa      terbatasnya usia manusia)

Pendahuluan

           “Dunia ini bukanlah rumahku, Semua yang ada hanya sementara, Tak ada satupun yang dapat kubawa Saat ku kembali pada-Nya, Ku sadari singkat hidup ini Seperti embun pagi yang datang dan pergi, Selama kuhidup senangkan hatiMu Ku yakin kembali pada-Mu” potongan lirik lagu yang dinyanyikan oleh Maria Shandi dengan judul “Dunia ini bukanlah rumahku”.

          Lagu ini mengingatkan bahwa kehidupan manusia tidak ada yang abadi, tidak ada seorangpun yang mampu menolak dan menghindar dari kematian. Dalam kehidupan kita saat ini, saya rasa kita pernah melihat kematian orang lain atau kematian orang terdekat kita. Menyaksikan hal tersebut tidak menjamin bahwa manusia akan mengingat kematiannya atau kehidupan yang singkat.

Pendalaman Teks

Masmur 90:1-12

          Secara umum syair-syair dalam kumpulan Mazmur bertujuan sebagai doa dan pujian di tengah umat, digunakan secara personal maupun komunal, dan biasanya Mazmur ini dinaikkan dalam Bait Allah serta sebagai bahan liturgis dalam ibadah Isarel. Mazmur 90 adalah sebagai doa, keluhan dan permohonan Musa kepada Tuhan pada masa perjalanan Israel menuju ke tanah Kanaan. Mazmur ini ditulis sebagai pengingat bagi Israel bahwa mereka pernah memberontak kepada Tuhan, dan Tuhan tetap mengasihi walaupun dengan adanya konsekuensi.

          Kesadaran Musa akan cinta Allah menjadi pengingat bahwa di dalam kehidupan manusia yang diselimuti penderitaan dan fana, Allah menjadi jalan keluar dan jawaban satu-satunya sebagai tempat perlindungan yang tepat bagi manusia. Ada pengharapan baru bagi Musa di dalam kesesakannya. Mazmur ini khususnya dalam pasal 3-12 merupakan refleksi atas kesementaraan hidup manusia. Hal ini dilihat oleh pemazmur bahwa betapa mudahnya Allah “memusnahkan” manusia (ay 5), tetapi manusia sering lupa dengan terbatasnya hidup di dunia ini. Pemazmur juga mengatakan bahwa hidup yang bijaksana justru muncul jika kita bisa memperhitungkan kematian yang akan datang (ay 12). Kalau kematian itu sesuatu yang pasti akan datang, maka kehidupan yang baik dimulai jika kita memikirkan akhir daripada hidup itu. Akan tetapi hal ini yang menjadi sulit ketika diperhadapkan kepada manusia.

          Kehidupan manusia diperbandingkan dengan kekekalan Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami. Pemazmur mulai dengan menyebut keyakinannya akan kekekalan Allah (bdg. Ul. 33:27). Sesungguhnya, semua angkatan (versi LAI, turun-temurun) mengetahui bahwa hal itu benar. Tuhan bersifat kekal; sedang manusia bersifat fana. Tuhan tidak terikat pada waktu; manusia selalu terikat pada waktu. Tuhan ada dari kekal sampai kekal; manusia, seperti rumput, hidupnya singkat. Gaya bahasa kiasan pada ayat 4-6 bukan hanya menonjolkan betapa singkatnya atau rapuhnya hidup ini, melainkan juga ketergantungan manusia kepada Yang Kekal. Nasib manusia pasti ada di tangan Allah, kembali kepada debu atas perintah-Nya dan hilang bagaikan tersapu oleh air bah.

          Sama halnya dengan masa pandemi saat ini yang mempertontonkan bagaimana ringkih dan rapuhnya kehidupan manusia. Kita diperhadapkan dengan situasi yang tidak mampu kita kendalikan dan hindari, salah satunya adalah kematian orang-orang yang ada di sekitar kita. Walupun ini sangat dekat dengan kita, tetapi ini tidak menjamin bahwa kita akan menyadari kehidupan kita yang singkat ini, sehingga seringkali kita menutup mata bahwa kita membutuhkan tempat perlindungan yang kekal yaitu Allah (ay 1).

          Ketamakan, keegoisan, kekayaan duniawi seringkali membutakan kita terhadap hidup kita yang singkat ini. Seperti yang tertulis di dalam invocatio kita bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menunda kematian atau bahkan menghindarinya. Kematian merupakan bagian yang integral dari kehidupan manusia, itulah alasan mengapa manusia menjadi makhluk yang terbatas dan fana. Keterbatasan dan kefanaan manusia terlihat jelas dalam ketidakmamampuan kita hadir di berbagai tempat dalam waktu yang sama. Inilah yang pemazmur mau memberitahukan kepada  kita, bahwa waktu kita melihat pada kesementaraan hidup manusia, itu bukan sesuatu yang harus dilihat sebagai hal negatif. Itu sesuatu yang justru membuat kita lebih mengerti apa yang namanya: hidup.

          Dalam buku “Labirin kehidupan” yang ditulis oleh Joas Adiprasetya, dia menuliskan mengenai Ars Moriendi atau seni mati. Karya ini muncul pertama kali di abad ke-15, sebagai sebuah jawaban Imani atas pristiwa wabah serempak di Eropa pada tahun 1346-1353 yang kerap dijuluki “kematian hitam”. Pada saat ini percakapan mengenai kematian bukanlah menjadi hal yang kerap diperbincangkan dengan adanya kesadaran bahwa kematian itu menjadi realita dalam kehidupan manusia, sehingga kematian yang biasanya kita sangkal, pada saat ini bisa momen kita berdamai dengan kematian dan menghidupi kehidupan ini dengan baik.

Refleksi

          Terlepas dari siap atau tidak siap, mau atau tidak mau, besok, lusa, atau waktu ke depan, kematian akan menjadi bagian kita. Sebagai orang percaya kita bersiap diri untuk menghadapi kematian. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menjalani hidup sebagaimana Tuhan kehendaki dan mengingat betapa singkatnya hidup di dunia ini. Hidup dalam kebenaran dan kasih antara seorang dengan yang lain. Cara ini mungkin akan memberikan cara pandangan kita terhadap kematian dan kehidupan yang singkat ini. Kematian tidak lagi menjadi ketakutan, melainkan dipahami sebagai akhir dari perjalanan hidup kita di dunia ini. Tidak ada cara untuk mengatasi kematian kecuali berdamai dan benar-benar memahami kenyataan bahwa kematian itu adalah bayang-bayang yang sudah ada sejak kita lahir dan menjalani hidup sehari-hari sebaik mungkin. Kalimat penutup yang saya pakai dari ungkapan Jeremy Schwartz dengan bijak mengatakan “Hiduplah setiap hari seolah-olah itulah hari terakhirmu, sebab suatu hari, hari itu sungguh-sungguh menjadi hari terakhirmu”. Bersukacitalah dengan memahami singkatnya hidup ini.

Det. Febi Melinda Br Tarigan-

  Perp. Purwakarta

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate