Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Minggu Tgl 07 Maret 2021 ; Keluaran 20 : 1-11

Invocatio    : “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang    pertolongan? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang    menjadikan langit dan bumi” (Masmur 121:1-2).

Ogen              : Matius 22 : 37 - 40  (Tunggal)

Kotbah          : Keluaran 20 : 1 - 11 (Tunggal)

Tema             : Kasih Kepada Allah (Keleng Ate Man Dibata)

Jemaat yang dikasihi Tuhan, Minggu ini kita masuk kepada Minggu Passion ke 4, yang sering disebut Minggu Okuli yang artinya “Mataku Tetap Terarah kepada Tuhan” (Mazmur 25 : 15). Ini diucapkan oleh Pemazmur, seorang yang percaya dan tetap mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya sekalipun ia mengalami begitu banyak penderitaan, godaan, kesulitan bahkan kematian yang menanti. Situasi hidup bisa berubah-ubah, tetapi iman dan pengharapan kepada Allah tidak boleh berubah. Demikian juga teladan yang telah ditunjukkan oleh Yesus dalam menjalani penderitaan, kesengsaraan, hukuman dan kematian untuk menyelamatkan dunia dari dosa yang mematikan. KasihNya yang begitu besar bagi dunia ini dan kesetiaanNya kepada Allah Bapa yang mengutusNya memampukan IA tetap sabar, setia dan taat menanggung semuanya. Sesungguhnya beginilah semestinya sikap hidup orang beriman kepada Allah.

Setelah bangsa Israel diizinkan meninggalkan Mesir, mereka harus menempuh perjalanan panjang di gurun pasir menuju tanah Perjanjian yang telah dijanjikan Allah bagi bangsaNya. Didalam penyertaan dan pemeliharaan Allah, bangsa Israel menghadapi dan melewati berbagai kedaan. Allah senantiasa menunjukkan dan menyatakan kasih setianya bagi bangsa Israel yang tidak jarang memberontak kepada Allah. Ketika Bangsa Israel tiba di gunung Sinai, Allah memberikan 10 hukum Taurat bagi bangsaNya melalui pemimpin mereka Musa.  Hukum ini sering juga disebut hukum Musa (Ibrani “Torah”), yang dapat dibagi menjadi 3 yaitu : a). Hukum Moral yang berisi peratura-peraturan Allah bagi umatNya untuk hidup kudus, b). Hukum Perdata byang berisi hukum sosial masyarakat bangsa Israel, dan c). Hukum Upacara yang memaparkan tentang bentuk dan upacara penyembahan umat kepada Allah, termasuk tentang korban persembahan.

Hukum ini diberikan kepada umatNya dalam hubungan perjanjian yang dibuat Allah bagi umatNya; dimana Allah telah dan akan tetap menepati janjiNya, memberkati, menyertai dan memelihara kehidupan umatNya. UmatNya harus merespon itu dengan relasi yang baik dengan Allah dan juga sesamanya, mereka harus hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah yang memiliki mereka. Ketaatan dan kesetiaan Israel berdasar kepada kemurahan Allah yang telah menyelamatkan mereka. (dalam Perjanjian Baru Yesus menyimpulkan seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi dengan dua Hukum utama yaitu : “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu…………dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…….” Matius 22 : 37 - 39, Markus 12 : 29 - 31. Secara khusus dalam Nats kita, Keluaran 20 : 1 - 10 Allah menyatakan tentang diriNya dan bagaimana umatNya harus mengasihi IA dalam peribadahan serta kehidupan mereka. Allah menyatakan bahwa IA adalah Allah yang membawa bangsa Israel keluar dari tempat perbudakan dengan kuasa dan kasiNya, bukan karena kehebatan dan kemampuan bangsa Israel. Demikian juga bagi kita orang-orang percaya, bahwa kehidupan kita ada sampai saat ini hanya oleh kemurahan dan kasihNya. Keselamatan menjadi milik kita oleh karena kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu sebagai umatNya, kita harus menunjukkan kesetiaan dan ketaatan kepada Allah dengan :

Ayat 3 : “Jangan Ada Padamu Allah Lain Dihadapan-KU”

Allah tidak menginginkan bangsaNya menganut politeisme (menyembah banyak tuhan). Israel tidak boleh menyembah dewa-dewa bangsa lain. Hukum ini juga berlaku bagi kita orang percaya. Ibadah yang kita lakukan harus ditujukan kepada allah saja, tidak boleh ada penyembahan, doa atau permohonan pertolongan/ berkat kepada allah lain, roh-roh orang mati, seseorang yang memiliki kelebihan/ jabatan atau kekuasaan, dsb. Kita harus mengabdikan diri kita kepada Allah, dengan hidup dalam firmanNya. Hanya Allah yang menjadi sumber kekuatan, berkat dan pertolongan bagi orang percaya.

Ayat 4-6 : “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun”

Allah tidak menginginkan dan tidak menyukai ada hal-hal lain/ benda-benda lain/allah-allah lain yang menggantikan keutamaanNya dalam kehidupan umatNya. Allah itu adalah satu-satunya yang layak untuk dipuji dan disembah dalam kehidupan karena IAlah yang menjadikan segala sesuatu, oleh karena Dialah segala sesuatu itu ada dan pada Dialah segala sesuatu itu bergantung (segala sesuatu ada dalam kendali dan kedaulatannya). Jadi tidak ada ciptaan yang bisa menggantikan posisi Sang Pencipta sebagai yang harus disembah dan dimuliakan. Jabatan, pekerjaan, mamon, kekuasaan, benda-benda lain atau bahkan teknologi dan pengetahuan manusia tidak boleh menggantikan keagungan Allah dalam kehidupan kita. Setiap orang yang menyembah berhala atau membuat baginya patung untuk disembah akan mendatangkan murka dari Allah.

Ayat 7 : “Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan”

Nama Allah bukan sekedar nama. Dibalik nama Allah itu kita tahu dan mengenal sifat, karakter ,kuasa dan kasihNya. Nama Allah harus dikuduskan dan dihormati oleh umatNya. Dalam artian bahwa : a). Nama Allah tidak boleh dipakai untuk memnyatakan sesuatu yang tidak benar atau mencari keuntungan diri (dalam PL banyak nabi-nabi yang palsu yang memakai nama Allah misalnya Yeremia 14 : 14; dalam PB kisah anak-anak Skewa dalam Kisah Para rasul 19:13-16); b). Nama Allah bukan hanya nama yang harus diucapkan dalam kata dengan mulut tanpa pengakuan dari hati yang nyata dalam cara hidup kita. Ketika kita mengucapkan nama Tuhan Allah, haruslah dengan iman akan kuasaNya dan kesetiaan menjalankan perintahNya (Matius 7 : 21-23).

Ayat 8-10 : “Ingatlah dan kuduskanlah hari sabat”

Sabat mengingatkan Israel juga kita bahwa kita adalah milik Allah yang harus memusatkan dan meberi diri untuk mengabdi dan melayani Allah. Jika bagi Israel hari sabat menjadi hari yang mengingatkan mereka tentang pembebasan dari Mesir, hari Sabat bagi kita orang percaya mengingatkan kita akan kasih Allah yang telah membebaskan dan memerdekakan kita dari perbudakan dosa yang membawa kematian.

Demikianlah harusnya kita menyajakan kasih kita kepada Allah yang telah lebih dulu dan akan terus menyatakan kasihNya bagi kita. Kita harus mengasihi Allah dengan segenap kehidupan kita, tidak ada yang dapat menggantikan keutamaan Allah dalam hidup kita (matius 22 : 37-40).

Minggu Okuli ini mengingatkan kita untuk mengevaluasi kemana arah kehidupan kita selama ini, apakah kepada kekuatan kita yang terbatas, harta duniawi, kenikmatan yang ditawarkan dunia ini, jabatan dan kekuasaan atau hal-hal lain yang sifatnya sementara dan pada akhirnya semua itu adalah kesia-siaan jikalau tanpa iman dan hidup yang mengarah/ fokus kepada Allah. Apa artinya mengarahkan hidup kepada Tuhan? Mengarahkan kehidupan kepada Tuhan artinya bahwa seluruh harapan, keinginan, rencana kita selalu tertuju kepada Tuhan, sukacita dan kebahagiaan juga harus selalu berkenan kepadaNya, bahkan disaat beban hidup menimpa, pergumulan menghadang, cobaan datang menerpa, dukacita silih berganti, sakit penyakit, atau apapun itu arah dan dasar kehidupan kita hanya kepada Kristus, sebab hanyadari Dia sajalah kita mendapatkan pertolongan dan kekuatan untuk mengahadapi semuannya.

Hidup yang mengarah kepada Tuhan sangat dipengaruhi oleh relasi kita yang baik/ intim denganNya. Tanpa relasi yang baik dan intim denganNya kita tidak akan mampu merasakan dan mengakui bagaimana besar dan luar biasanya kasih setia Allah bagi kita. Dan orang yang tidak merasakan KasihNya tidak akan mampu dan berani mengarahkan hidupnya hanya kepada Allah, kehidupannya akan selalu dipenuhi keraguan dan kekhawatiran akan kehidupan ini. Hal inilah yang pada akhirnya akan membawa seseorang untuk mencari pertolongan yang instan, meninggalkan imannya dan berpaling kepada allah-allah lain yang mungkin saja untuk sesaat memberikan kenyamanan tetapi pada akhirnya membawa kehancuran. Sebaliknya orang yang sungguh merasakan kasih setia Allah dalam hidupnya akan senantiasa mengarahkan hidupnya kepada Allah dan mengandalkan kuasa serta pertolongan Allah dalam segala keadaan kehidupannya. Mari memaknai dan menjalani passion dalam kenyataan kehidupan kita saat ini, baik dalam berbagai pergumulan dan tantangan, dalam berkat dan sukacita, dan juda ditengah-tengah pandemi Covid-19 ini. Bukan keadaan yang mempengaruhi kesetiaan dan ketaatan kita untuk tetap mengasihi Allah, tetapi kasih Allah yang telah kita terima dan rasakan membuat kita tangguh dalam iman dan pengharapan kepadaNya. Orang yang senantiasa mengarahkan pandangan, hati dan kehidupannya kepada Allah tidak akan dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya. Seperti Kristus yang setia dan taat dalam penderitaan, kesengsaraan dan kematiannya, demikianlah juga kita dalam kehidupan kita. Pertolongan kita adalah dari Tuhan Allah yang menjadikan langit dan bumi. Amin.

Pdt, Elba Pranata Barus, S.Th

GBKP Runggun Bandung Timur

Suplemen PA MORIA : Josua 24 : 14-18 ; Tgl : 27 Sept-03 Oktober 2020

Nats             : Josua 24:14-18

Thema          : Mabai Isi Jabu Nembah Tuhan

Tujuan          : Gelah Moria :

·      Meteh komitmen Josua mabai isi jabuna mpehaga dingen nembah Tuhan

·      Ngaturken kebaktin keluarga

Metode         : Kesaksian dan Aksi              

1.    Bena Kata

Jabu eme Gereja kecil itengah-tengah doni enda, sebab lit ije Bapa Nande ras anak-anak nggeluh ibas jabu e. emaka jabu enda me si banci menentuken kuga perkembangen persekutuan ku si lebih mbelin eme Gereja secara umum. Rumah tangga eme basis awal manusia erlajar si la mehuli, bagepe spitual ras IPTEK, emaka adi enggo salah awalna ibas Jabu e maka banci terus menerus terjadi si mehuli, tapi adi jabu e la iawali alu si mehuli maka banci jabu epe erdalan alu mehuli. Emaka sibabai lah jabunta nembah Tuhan Dibata.

2.    Urian teks

Josua eme pemimpin Israel singgantiken Nabi Musa, janah iame naruhken Bangsa Tuhan she ku taneh perpadanen (Tanah Kanaan). Tentuna laka bo sitik hal-hal si mberat siman hadapen Josua, sebab bangsa enda termasuk bangsa si sulit kel ngaturkenca. Emaka Josua hanya berharap man Dibata saja erkiteken labo lit kengasupenna ngaturkenca. Emaka Josua nehken kai si ipeseh Dibata man umatNa, terutama keluarga. Emaka I awalina alu mpetandaken Dibata si enggo mabai I taneh perbudaken : Pehagalah Tuhan Janah sembahlah ia alu tutus ate ras patuh. Tentuna enda sue ras Hukum Torat si pemena. Bagepe ngingetken maka harus mpedauh Dibata sini sembah nindu I mesopotami. Kepeken bangsa enda enggope itehna Dibata e si membebasken Nini na I taneh perbudakan tapi banna ka laguna. Emaka alu tegas Josua ngorati umat Israel “Aku Ras isi Jabu ku Tuhan saja Kusembah”. Janah ibanna pilihen man bangsa e, apai ipilih ndu..? Emaka bangsa e ngataken maka Ndigan pe la kami nggit nadingken Tuhan. Isingetken Bangsa e ka maka kuga bangsa e I sampati Dibata ngelawan musuh-musuhna, Emaka kami pe nembah man Tuhan. Ia kap Dibata kami

3.    Renungan

Arah bahan ras Temanta enda maka sebagai Moria GBKP, sini ikataken Tiang Doa ibas jabu, emaka kuga peranan Nande itengah Jabu, peranen Nande eme sentrakl ija sindeher kal bas perbulangen bagepe anak-anak, Nande eme Ingan tertande, ertina Nande situhuna megegeh untuk melindungi isi jabu e. Gelah jabu e tetap berhubungen ras Dibata, sebab paksa gundari enda banci si idah jabu e rentan kal ibas perpecahen, rentan kal ibas masalah-masalah, apai ka si sangana Covid 19 enda tetap denga merebak itengah-tengah bangsanta. Emaka berpengaruh kal nandangi anak-anak, bagepe perbulangen gelah tetap ibas kiniteken man Tuhan Yesus. Emaka sibabailah anak Jabunta gelah tetap erkiniteken man Tuhan, ras kita pe tetap mabai isi jabunta kerina gelah mengandalken Dibata bagi Josua ras isi Jabuna. Bagepe bagi pengakuan umat Israel, nginget kuga perbahanen Dibata sitetap mehuli nandangi ia kerina, bagepe nini nini na nari. Emaka la ia nggit nadingken kuasa ras keleng ate Dibata. Bagepe kita maka perlu rusur si inget kuga keleng ate Dibata e nandangi jabunta, emaka tetap si ajarken man isi jabunta, gelah anak jabunta e pe pagi banci ka nehken/ngajarken keluarganaka gelah nggeluh er Dibata, Erkeleng ate nandangi kalak sideban. Pengakuan Josua terus I Budayaken itengah-tengah jabu.

              “ TAPI ADI AKU RAS ISI JABUKU, TUHAN SAJA NGENCA ISEMBAH KAMI”

Salam, selamat Er PA

Pdt Andarias  Brahmana

Ketua  Klasis Jakarta  Kalimantan 

Suplemen PA Mamre : Galatia 6 : 9 ; Tgl 19-25 Juli 2020

Bacaan         : Galatia 6:9

Tema            : Ula erleja-leja erbahan simehuli/Jangan jemu berbuat baik

I.Pendahuluan

          Melakukan kebaikan atau berbuat baik merupakan identitas kita sebagai orang Kristen. Cara mempraktekkan kebaikan haruslah sesuai dengan cara-cara yang dikehendaki oleh Tuhan..Sebab tanpa kita sadari kebaikan yang kita lakukan memiliki muatan tertentu yang sebenarnya tidak lagi sesuai dengan Firman Tuhan.Kebaikan harus diwujudkan dengan perbuatan, bukan perkataan semata.Untuk mempertajam seegala perbuatan baik yang dilakukan dalamsetiap aspek kehidupan, kita harus mampu menjawab pertanyaan yaitu mengapa kita harus berbuat baik?

          Biasanya dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dengan mudah berbuat baik pada seseoarng, ketika kita menyadari bahwa seseorang itu sudah lebih dahulu berbuat baik kepada kita, kita akan merasa sungkan jika kita tidak bias membalas kebaikan seseorang melalui peerbuatan kita. Apakah kita berbuat baik untuk membalas kebaikan yang sudah kita terima dari Tuhan Allah? Sehingga kita harus membalasnya dengan berbuat baik kepada sesama?Iya kita diselamatkan dan menerima kebaikan dari Tuhan Allah, maka kita pun berbuat baik. Tetapi harus kita ingat perbuatan baik bukanlah syarat untuk mendapatkan keselamatan,melainkan perbuatan baik adalah buah dari keselamatan.

II.Isi

Ayat 9:Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”.Rasul Paulus mengingatkan bahwa jangan jemu-jemu berbuat baik. Hal ini dikaitkan dengan waktu dan kesempatan, bahwa berbuat baik tidak bisa dibatasi dengan waktu, dengan kondisi yang dihadapi.Berbuat baik adalah sesuatu yang sudah mendarah daging. Berbuat baik/perbuatan baik dalam bahasa Ibrani:tov; bahasa Yunani Agathos mencakup semua gagasan dalam kehidupan baik jasmani maupun hal-hal yang berkaitan dengan moral. Paulus mendorong kita untuk mempertimbangkan motivasi kita, menguji perbuatan baik dalam perkataan dan perbuatan, Paulus menguatkan kita untuk tetap bertekun, jangan jemu-jemu berbuat baik, apabila sudah waktunya kita akan menuai.

III,Aplikasi

          Hakekat berbuat baik bukan sebatas hanya pada perbuatan baik itu sendiri, tetapi pada sikap serta motivasi melakukan perbuatan baik itu. Perbuatan baik yang dilakukan dengan sikap hati yang benar akan memiliki dampak positif dan menjadi kesaksian bagi dunia ini. Dunia ini hampir tidak lagi mengenal bagaimana kekristenan, bahkan tidak jarang orang Kristen sudah sama seperti dunia ini, hal ini terjadi bukan karena ajaran atau doktrin yang dianut orang Kristen, tapi lebih kepada sikap dan prilaku/perbuatan orang Kristen yang menjadi batu sandungan, egois dan tidak peduli kepada yang lain.

          Tidak jemu melakukan perbuatan baik, artinya perbuatan itu dilakukan secara terus menerus. Hal itu bukan berarti kita merasa harus berkorban untuk orang lain dengan melakukan kebaikan sepanjang kehidupan kita. Jika perasaan itu menguasai kita untuk buat baik, maka sungguh melelahkan dan kita akan tertekan melakukannya. Ada ilustrasi: Seorang buta berjalan di malam hari dengan tongkatnya, Tangan kanannya memegang tongkat, tangan kiri memegang lampu. Hal ini mengherankan bagi seorang pria yang kebetulan berpapasan dengan orang buta tersebut. Si Pria itu berkata “mengaaapa anda berjalan dengan membawa lampu”? Orang buta itu menjawab:”Untuk penerangan”, kemudia pria itu bertanya lagi “anda buta, bukankah tetap tidak bias melihat sekalipun membawa lampu?. Dengan tersenyum orang buta itu berkata”meskipun saya tidak bias melihat, tetapi dengan membawa lampu ini orang bias melihat dan tidak menabrak saya”. Apa yang kita lakukan kepada orang lain suatu saat akan kembali kepada kita, walaupun itu bukan tujuan utama kita berbuat baik. Tetapi pada saatnya jika kita tidak lemah kita akan menuai dari apa yang kita kerjakan. Oleh karena itu jangan jemu berbuat baik sebab “jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tapi ia tidak melakukannya, ia berdosa “ (Yakobus 4:17).

                                                                             Pdt.Rena Tetty Ginting

 GBKP Runggun Bandung Barat

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate