Khotbah Malam Natal Tgl 24 Desember 2021 : Mazmur 147: 1-11

Invocatio             : IA akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi.

                             Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud, Bapa leluhur-Nya ( Luk 1 : 32)

Ogen                    : Matius 1 : 18-23  ( Tunggal )

Kotbah                : Mazmur 147 : 1-11 ( Responsoria )

Tema                   : IpepalemNa Pusuh Si Getem

Judul Khotbah    : Penyertaan Allah di tengah tragedi Waba

Pendahuluan

Sejak tahun 2019 sampai 2021 adalah tahun yang berat bagi manusia di dunia ini,dengan adanya Wabah Covid 19.  Tak sedikit orang yang kehilangan anggota keluarga, orang yang sakit merasakan kesepian karena tak boleh dikunjungi dan tidak boleh ditemani, banyak orang yang kehilangan pekerjaan, banyak rumah tangga yang hancur,banyak anak yang mengalami kekerasan dan masalah masalah lainnya. Perubahan yang begitu besar memunculkan tragedi pada kehidupan manusia. Dalam siaran live pemakaman pasien- pasien covid , kita dapat menyaksikan bagaimana keluarga hanya bisa menyaksikan dari kejauhan, dimakamkan dengan peti yang dipacking sedemikian rupa. Keluarga yang terpapar juga hanya disapa dengan jarak 1 meter. Begitu cepatnya perubahan hidup terjadi sehingga tak sedikit yang mengalami gangguan kesehatan mental, gangguan kecemasan karena dijauhi oleh tetangga maupun keluarga, ketakutan, dan kekuatiran.  Pertanyaannya, Dimanakah Allah saat manusia mengalami pandemi covid 19 ini? Apa peran Allah ditengah Wabah?

Firman Allah di Malam Natal ini  diambil dari  Mazmur 147 : 1-11 adalah mazmur ajakan untuk memuji Tuhan atas kuasa dan pemeliharaanNya dalam kehidupan umatNya. Mengapa kita harus memuji Tuhan bukankah kita sedang berduka? Mengapa harus memuji Tuhan saat kita patah hati karena tragedy hidup? Mengapa harus memuji Tuhan jika kita kehilangan orang yang kita cintai? Mengapa harus memuji Tuhan jika kita mengalami kebangkrutan? Mengapa harus memuji Tuhan jika kita mengalami kegagalan dalam rumah Tangga? Mengapa harus memuji Tuhan jika kita mengalami perubahan ekonomi yang drastis? Dimanakah Allah saat hati ini Patah?

ISI

Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang Jauh, Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang hanya duduk di tahta kebesaran Nya tanpa mau perduli dengan derita ciptaanNya. Allah yang kita sembah adalah Allah yang bekerja dari Alpha hingga Omega. Bukankah hal itu yang kita baca dari Alkitab. Alkitab pertama-tama adalah buku iman yang berisi tentang kesaksian iman akan karya keselamatan Allah. Awalnya diwariskan secara lisan, kisah kesaksian ini kemudian dituliskan. Kisah-kisah ini dituliskan dalam Kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram, dan YunaniKitab-kitab tersebut ditulis dengan berbagai macam gaya sastra oleh sejumlah penulis yang tidak kita kenal. Penulisan tersebut terjadi dalam jangka waktu sekitar satu millenium, sekitar 2000-3000 tahun yang lalu, yang zaman dan kebudayaannya tidak kita kenal dengan baik saat ini. Maka pandanglah Alkitab bukan sebagai satu buku/kitab saja, namun sebagai suatu perpustakaan dari buku-buku kuno yang masih tetap bermakna bagi orang zaman sekarang.Penulis Alkitab yang pertama kali disebutkan adalah Musa. Ia hidup sekitar tahun 1400-an sM atau 1200-an sM : “Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel” (Kel 34:27). Pada masa Daud bertakhta sebagai raja, para pejabat istana mulai mencatat sejarah bangsa Yahudi – termasuk kisah-kisah yang telah diwariskan secara turun temurun. Hal ini semakin berkembang pada zaman pemerintahan Salomo.

Dari awal penciptaan langit, bumi dan isinya, Allah terus bekerja. Dalam kisah kisah Alkitab, dari Abraham sampai kisah Para Rasul dan murid muridNya Allah terus bekerja memulihkan hati terluka. Allah mendengar erangan Israel  yang menjadi Budak  Mesir. Allah mendengar mereka mengerang, lalu ia mengingat  kepada perjanjiannya dengan Abraham. Maka Allah melihat orang Israel itu dan Allah memperhatikan mereka ( Keluaran 2:23, 25) Lalu Allah Mengutus Musa membebaskan Israel dari perbudakan. Lalu Paskah menjadi momentum perayaan Karya Allah bagi bangsa Israel.

Demikian pula Yesus diutus karena banyak hati yang patah dan terbelenggu karena Dosa. “Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16)

Jika kita membaca kembali 17 : 1- 11, doa Yesus pada Bapa tentang pengikutnya akan tampak betapa KasihNya bagi manusia. Akan terlihat bahwa Allah akan menyertai CiptaanNYA dan yang Percaya PadaNya selama lamanya.

 Lalu Ia menengadah ke langit k  dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; l  permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. m  17:2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, n  demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal o  kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. p  17:3 Inilah hidup yang kekal 2  itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, q  satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. r  17:4 Aku telah mempermuliakan s  Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. t  17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku u  pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu v  sebelum dunia ada. w  17:6 Aku telah menyatakan nama-Mu x  kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku y  dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu 3 17:7 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. 17:8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku z  telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, a  dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. b  17:9 Aku berdoa

untuk mereka. c  Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, d  sebab mereka adalah milik-Mu 17:10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, e  dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. 17:11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, f  tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. g  Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu h  sama seperti Kita. i

Kini waktunya, kita masing masing menelaah, mengingat KasihNYA dalam kehidupan kita.

Kita sepakat bahwa Allah hadir dalam duka, Allah hadir dalam Suka kita, Allah Hadir dalam setiap musim kita lalui. Namun seringkali kita focus pada persoalan? Mengapa kita harus memuji Allah saat hati kita patah? Mazmur 147 : 1-11 adalah Testimoni Daud atas Karya Allah dalam hidupnya. Pelajaran penting yaitu :

Bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan  indah dan layaklah memuji muji itu

Kita dididik dengan paradigma Problematika oriented sejak kecil sampai tua. Disekolah yang menjadi Langkah pertama adalah “ latar belakang masalah” Kita Khotbah juga akan diawali dengan masalah. Sehingga melihat kehidupan sosial kita selalu dengan masalah menekankan kelemahan, problematika. David Cooperidier mengembangkan paradigma Pendidikan Potential Oriented yang ditulis Pak Banawiratma dalam buku Apreciative Inquiry. Kita diminta melihat potensi, keindahan. Jauh sebelum itu Mazmur sudah mengajarkan bermazmur atas kebaikan Allah baik. Bermazmur ditengah kesesakan penting untuk berjarak dari masalah dan melihat kembali keindahan hidup yang Tuhan berikan

Ia membangun Yerusalem dan  mengumpulkan dan menyembuhkan orang yang patah hati. Pekerjaan Bapa adalah pekerjaan yang bersifat konstruktif. Pekerjaan yang membangun, memelihara, mengumpulkan dan menyembuhkan. Berkaitan dengan pelayanan terhadap komunitas, tidak mudah melayani banyak orang yang beragam. Namun menjadi Kristen atau pengikut Kristus berarti berani siap untuk hidup bersama banyak orang dan saling berbagi. Saling menguatkan, saling memulihkan dan membangun Komunitas yang bersifat dan berkarakter Kristus.

Dia yang menutupi langit  dengan awan, Dia yang memberi makan hewan, anak anak burung gagak yang memanggil. Allah yang Maha kuasa juga Allah yang sangat perduli kepada entitas terkecil dari ciptaanNYA. Dalam kelompok selalu ada yang minoritas atau merasa minoritas,  tidak dianggap, di kucilkan, dibuang. Allahlah yang menjadi Tiang Doa kita. Allah mendengar doa doa. Akan percuma jika kita bercerita pada manusia tanpa menceritakan pada TUHAN. Doa doa kita menjadi media katarsis kita, membuang emosi negative sembari Doa menjadi undangan agar Allah bekerja membuat keadaan kita lebih baik.

Tuhan menegakkan kembali orang tertindas tetapi merendahkan orang orang fasik sampai kebumi. Ia tidak suka kepada kegagahan Kuda, Ia tidak senang pada Kaki Laki-Laki.

Bagi kita yang percaya akan Ajaran Kristus, Bagi kita yang meneladani Yesus Kristus akan memahami ayat diatas. Apakah Allah membenci Laki-Laki? Jadi apa yang dimaksud? Kegagahan menjadi kata penting dalam ayat diatas. Seekor kuda menjadi symbol kekuatan atau kegagahan. Demikian bagi seorang laki laki wibawa atau kegagahan penting sekali, mengingat peran sosialnya dalam budaya Patriarkhi. Tapi jika kita kembali pada penyaliban Yesus, dimana kegagahannya ketika ia di vonis bersalah pada perbuatan yang tidak dilakukannya? Dimana kegagahan Yesus ketika ia di ludahi? Dimana Kegagahan Yesus ketika Ia di telanjangi? Dimana kegagahannya ketika ia dimaki? Dimana Kegagahannya ketika ia ditukar dengan Penjahat yang sebenarnya? Dimana kegagahannya Ketika Murid yang sudah ia beri makan dan pengetahuan meninggalkanNya, menyangkalNya bahkan menjualNya. Dimana kegagahannya?

Tuhan senang kepada orang orang yang takut akan Dia, Tuhan Senang  kepada orang orang  yang berharap  akan kasih SetiaNYA. Apakah Tuhan ingin muridnya menjadi lembek dan lemah? Tidak. Tapi Tuhan menginginkan CiptaanNya menyadari mereka hanyalah Ciptaan. Bahkan Yesus yang adalah AnakNYA senantiasa berdoa kepadaNYA. Bahkan Yesus yang adalah Firman Allah senantiasa berkomunikasi dengan Allah dalam menjalani hidup sebagai manusia. Mengapa kita yang hanya ciptaanNYA (yang disebut Andar Ismail sebagai manusia rapuh.) mengapa melupakanNYA?

Akhirnya dimalam natal ini, marilah kita merenungkan kembali kehadiran Yesus sebagai bukti KasihNYA ALLAH bagi CiptaanNYA. Malaikat Tuhan memberikan penjelasan kepada Yusuf Dia adalah Yesus, nama Yunani “ Yehoshua, atau Yoshua, yang artinya” Tuhan menyelamatkan” . Marilah kita Serukan bahwa YESUSLAH PENYELAMATKU PENYEMBUH HATI YANG TERLUKA!

Pdt. Sastrami Tarigan, S.Th

Khotbah Jumat Agung Tgl 02 April 2021 ; Lukas 23 : 44-48

Invocatio    : “Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” (Efesus 5:2).

Bacaan       : Mazmur 22 : 2-12 (Antiponal)

Kotbah       : Lukas 23 : 44-48  (Tunggal)

Tema          : Kuserahkan Nyawa-Ku (Kuendesken TendingKu)

I.             PENDAHULUAN

Banyak hal yang perlu kita pahami pada peristiwa penyaliban Yesus, peristiwa yang sangat menggetarkan jiwa kita dan sangat mempengaruhi seluruh hidup kita. Sebab peristiwa ini bukanlah peristiwa yang memperlihatkan ketidakberdayaan Yesus Kristus tetapi sebaliknya menyatakan kemuliaan dan keagungan Yesus Kristus.

Hanya ada satu peristiwa “Jumat Agung” yaitu saat Yesus memberikan diri-Nya disalibkan di bukit Golgota. Lalu setiap tahun kita merayakan dan mengingat keagungan Yesus Kristus. Dari sekian tahun yang telah kita lalui, dengan “Jumat Agung” yang kita rayakan berulang-ulang, apakah kita sudah menghargainya dengan layak? Sudahkan kita menunjukkan penghormatan dan pengakuan sungguh-sungguh akan pengorbanan Yesus Kristus untuk menebus kita dari dosa-dosa pelanggaran kita?

Yesus tidak mati untuk dosa-dosa-Nya sendiri karena Ia sungguh tidak berdosa. Ia mati karena dosa-dosa kita. Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai korban penebusan dosa. Hal ini yang terpenting kita pahami, karena dosa kita Yesus menderita, karena dosa kita Yesus disalibkan, karena dosa kita Yesus mati; seharusnya kita berbalik dari dosa-dosa kita, hidup dalam penyucian diri oleh darah Yesus Kristus yang telah tercurah bagi kita

II.           PENDALAMAN NATS

Dalam bacaan kita Mazmur 22 amat jelas bahwa “segala penderitaan yang akan menimpa Kristus” dinyatakan bagi penulis Mazmur ini yaitu Raja Daud yang hidup dan bertahta sekitar 1.011 tahun sebelum Kristus. Mari kita bandingkan Mazmur 22:2 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” dengan Matius 27:46 “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Hal ini bukan sebuah kebetulan, tetapi sebuah perencanaan dan penggenapan, sekaligus juga menjadi sebuah jawaban. Sebab pertanyaan Raja Daud “mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Menyatakan kehilangan tanda-tanda perkenanan-Nya, karena ditindas oleh beratnya beban dan pergumulan hidup, kehabisan daya oleh dukacita dan kengerian, sehingga berseru-seru dengan sungguh-sungguh untuk dibebaskan. Perasaan ditinggalkan secara rohani merupakan penderitaan yang paling pedih. Sedangkan Yesus mengucapkan kalimat mazmur ini untuk menyatakan diri-Nya yang telah dijadikan dosa karena kita. Betapa besar dampak yang harus ditanggung-Nya karena dosa kita, supaya kita benar-benar benci dengan dosa kita. Dan yang terutama pertanyaan Raja Daud dijawab Tuhan Yesus, bahwa “Aku menderita bagimu”, lalu mengapa engkau berkata ditinggalkan? Tuhan hadir dalam penderitaan kita untuk memberikan jalan keluar bagi kita.

Selanjutnya kita mendalami Lukas 23 : 44-48 untuk melihat keajaiban dan keistimewaan Yesus dalam penderitaan-Nya bagi kita.

Ayat 44-45a: “Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar.” Kegelapan tiga jam adalah suatu keajaiban. Peristiwa tersebut bukanlah gerhana matahari karena gerhana matahari tidak mungkin terjadi pada masa Paskah ketika bulan sedang purnama. Kegelapan tersebut dikirim Allah untuk menutupi salib Anak-Nya ketika Ia dijadikan dosa karena kita (bd. 2 Kor. 5:21). Seluruh alam seakan-akan turut berduka bersama Pencipta ketika Ia menderita dan mati.

Ayat 45b: “Dan tabir Bait Suci terbelah dua.” Kejadian ajaib itu hendak menyatakan kepada para imam dan orang-orang Yahudi bahwa jalan masuk ke dalam hadirat Allah telah terbuka bagi semua yang datang kepada-Nya oleh iman di dalam Kristus Yesus (bd. Ibr. 9:1-10:25). Orang-orang berdosa tidak memerlukan Bait Allah, altar, korban-korban, atau imam dunia lagi karena semuanya telah digenapi di dalam karya Anak Allah yang telah tuntas.

Ayat 46: “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.” Sebenarnya ungkapan itu merupakan doa menjelang tidur bagi anak-anak Yahudi, dan dengan doa itu terlihat bagaimana kematian Tuhan kita itu penuh keyakinan, penyerahan dan kemenangan. Mereka yang menerima Yesus sebagai Juruselamat dapat menghadapi kematian dengan keyakinan dan kepastian yang sama (bd. Flp. 1:20-23, 2 Kor. 5:1-8).  Kata-kata Yesus juga mengambil kata-kata Daud dalam Mazmur 31:6 “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku”. Bukan hanya berarti Yesus mengutip kata-kata Daud, tetapi juga Tuhan telah menanamkannya dalam mulut raja Daud sehingga nyata bahwa Yesus menggenapinya.

Ayat 47: “Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"” Kepala pasukan adalah orang yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan eksekusi penyaliban Yesus dari awal sampai akhir. Tentunya ia telah memperhatikan dengan seksama setiap momen yang dilalui. Dan mungkin saja kepala pasukan ini telah banyak menyaksikan penyaliban para penjahat. Tetapi ia melihat hal yang berbeda pada diri Yesus sehingga ia mengakui “Sungguh, orang ini adalah orang benar!” Dia tidak menemukan satu pun kesalahan Yesus pada proses penyaliban ini. Pengakuan ini keluar dari mulut orang romawi, bukan dari mulut orang Yahudi. Dia kagum dan sangat terkesan dengan bagaimana Yesus menghadapi penderitaan serta kematian-Nya.

Ayat 48: “Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.” Apakah ini merupakan tanda pertobatan? Atau hanya sekedar kecewa dan menyalahkan diri. Mereka memukul-mukul diri lalu pulang. Kelihatannya mereka akan segera lupa dan menlanjutkan hidup mereka. Sebab mereka tidak menindaklanjuti penyesalan mereka. Mereka adalah para penonton yang tertarik untuk melihat pelaksanaan hukuman mati tersebut, tetapi tentu saja apa yang telah mereka lihat dan dengarkan cukup untuk menyadarkan mereka akan dosa-dosa mereka, tetapi nyatanya tidak mengubah apa-apa dalam diri mereka.

III.         POINTER APLIKASI

Kata-kata Yesus yang Agung yang sangat berarti bagi kita yaitu “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dalam penderitaan-Nya Yesus memanggil Allah sebagai Bapa. Saat Ia menyerahkan hidup dan jiwa-Nya bagi kita, Dia melakukannya bagi kita dengan memanggil Allah sebagai Bapa, supaya melalui Dia kita bisa diangkat menjadi anak-anak Allah. Kristus sengaja memakai kata “Bapa” untuk menunjukkan peran-Nya sebagai Perantara. Dia adalah Imam dan sekaligus Korban persembahan, korban tebusan untuk melepaskan kita dari penghukuman. Harga mahal harus dibayarkan ke tangan Allah, sebagai pihak yang dirugikan oleh pelanggaran dosa itu. Dialah yang membayar lunas semuanya itu kepada Allah. Ya Bapa, terimalah nyawa-Ku dan jiwa-Ku sebagai ganti nyawa dan jiwa para pendosa yang Kutebus melalui kematian-Ku. Kristus mengungkapkan kerelaan-Nya untuk mempersembahkan diri-Nya.

Kapan kita belajar untuk mengungkapkan: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Ada orang yang mengatakan, hafalkanlah kata-kata ini untuk diucapkan menjelang kematian. Maka kata-kata ini dijadikan persiapan untuk menjelang kematian saja. Walau bagaimanapun hidupnya, yang penting ia sempat mengucapkan kata-kata ini menjelang kematiannya. Tentu pengajaran ini tidak tepat seperti yang Tuhan kehendaki. Bahwa jauh sebelum kematian, kita telah mengucapkan kata-kata ini dengan benar, bahwa kita telah menyerahkan nyawa atau hidup kita kedalam tangan Bapa. Orang yang telah menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Bapa tentu menjadikan hidupnya menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan.

Kita harus tetap memusatkan pikiran-pikiran kita kepada Kristus, dan membiarkan hati kita tenggelam dalam penderitaan-penderitaan-Nya sampai kita mengalami persekutuan dengan penderitaan-penderitaan-Nya itu. Dengan kita berbagian dengan Kristus dalam penderitaan-Nya hingga kita dimampukan menjalani penderitaan kita dan tetap merasakan Tuhan beserta kita. Kita mengakui kebaikan Tuhan bukan hanya dalam keberhasilan tetapi juga kita mengakui pengaturan Tuhan dalam penderitaan kita untuk membentuk diri kita seperti Tuhan ingini.

Kita ikut menyaksikan Kristus disalibkan melalui Firman dan Sakramen Perjamuan Kudus. Ada yang merasakan sedikit tersentuh dan cepat melupakannya, perasaan tersentuh itu tidak terus berlanjut. Seharusnya dan selayaknya hati kita sangat tersentuh dan kasih Tuhan tertanam secara mendalam dalam hati kita hingga kita merespons dengan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus. Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th
GBKP Runggun Harapan Indah

Khotbah Kamis Putih Tgl 01 April 2021 : Yohanes 13 : 31-35

 

Invocatio    : “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” (Mazmur 103:13)

Bacaan       : Mazmur 116:1-9 (Responsoria)

Khotbah      : Yohanes 13:31-35 (Tunggal)

Tema          : Aku Telah Mengasihi Kamu (Aku Enggo Engkelingi Kam)

I.             PENDAHULUAN

Kamis putih atau Kamis suci adalah hari kamis terakhir sebelum Paskah. Pada perayaan Kamis putih, orang percaya mengikuti ibadah memperingati saat terakhir Yesus memimpin perjamuan kepada murid muridNya, juga memperingati kedalaman kasih Kristus yang membasuh kaki murid-muridNya. Kasih seperti yang dilakukan Yesus tersebut tidak pernah terjadi dalam tradisi Yahudi, sebab di dalam kelompok Yahudi mustahil seorang guru membasuh kaki murid-muridNya. Kita belajar tentang pelayanan yang penuh kasih, kerendahan hati, kebersamaan dan kesederhanaan. Melayani bukan untuk dilayani. Kesedihan hati Yesus sebab penghinatan Yudas Iskariot dan saat saat penderitaan yang sudah semakin dekat.

 II.           PEMBAHASAN TEKS DAN PEMBERITAAN

Perasaan apa yang kita miliki jika kita tahu kita di hianati? Marah, merancang pembalasan, benci, dendam, dan kalau ada orang yang duduk dan mendukung kita mungkin kita akan mengajaknya untuk membenci orang yang berhianat tersebut. Sering akhirnya orang orang yang merasa di hianati tidak dapat menentramkan dirinya sehingga ia merancangkan pembalasan yang jahat terlepas apakah ia akan melakukan rancangan pembalasan itu atau hanya memikirkannya saja tetapi kemarahannya membuat hatinya tidak tentram.

Berbeda dengan sikap Yesus yang penuh kasih itu, mengetahui bahwa Yudas telah menghinatiNya dan tetap pergi untuk menyerahkanNya walaupun sebelumnya Yesus telah memperingatinya. Pastilah Yesus sedih dengan sikap penghianatan Yudas, tapi demi misi Kerajaan Allah Yesus menerima dan memandang yang dilakukan Yudas tersebut adalah saat dimana Yesus akan dipermuliakan, dan Ia mempermuliakan Allah. Kesetiaan kepada Allah membuat Yesus bersikap rela menghadapi penderitaan untuk memuliakan Allah. Penghianatan yang dilakukan Yudas dilihat Yesus dengan kaca mata misi Allah, bahwa saat kematian yang semakin dekat adalah saat kemuliaan Yesus yang semakin dekat.

Kemanusiaan Yesus yang di dalamNya ada Allah membuat Yesus tetap berjalan di dalam misi Kerajaan Allah bahwa dengan jalan kematian itu Allah akan memuliakan Yesus dan kesetiaan Yesus sebagai manusia menghadapi kematian itu adalah untuk memuliakan Allah. Ini sangat berbeda dengan “manusia duniawi” yang kami maksudkan manusia yang segala aspek hidupnya dipenuhi harapan duniawi, jika menghadapi penghianatan sahabat dan dengan tujuan yang jelas yaitu membunuh maka akan diresponnya dengan cara duniawi, diawali bertahan dan selanjutnya menghancurkan lawan, si penghianat.

Dengan misi apa kita memandang pergumulan dunia ini?

Penderitaan yang akan dialami Kristus bukanlah karena kejahatan yang dilakukanNya tetapi karena kuasa iblis yang telah menguasai hati Yudas yang menjual Yesus. Diperlakukannya Yesus seperti ternak peliharaan yang diperjual belikan. Penderitaan Yesus karena kesalahan dan dosa dunia dan untuk menyatakan kemuliaan Allah yang telah kabur bagi manusia oleh karena dosa.

Dengan jalan salib Yesus telah mempermuliakan Allah dan menyatakan kasih Allah kepada dunia dan kesudahan di dalam kebangkitan Ia akan dipermuliakan Allah di dalam di dalam KerajaanNya. Iblis telah menguasai Yudas untuk menghinakan Yesus mati di atas kayu salib, namun Yesus menerima jalan itu sebab di dalam peristiwa salib dan kebangkitanNya iblis dan kuasa dosalah yang ditaklukkan.

Yesus telah melihat keakanan dari penderitaan yang akan di jalaniNya adalah kesukacitaan, dan semakin dekat saat kematian itu saat sukacita itu juga semakin dekat. Penderitaan dalam penuh kekejaman oleh karena kebencian dan kuasa iblis dan dosa memang menyakitkan, karena itu Yesus memohonkan kepada Allah supaya cawan itu dicabut dari padaNya. Tetapi Yesus mengerti penderitaan itu tidak akan terlalu lama, hanya sampai kematian dan penguburanNya dan Ia akan bangkit mengalami sukacita yang besar dipermuliakan.

Yesus berbicara kepada ke sebelas muridNya bahwa hanya sedikit waktu lagi mereka bersam. Saat itu tentunya harus dipergunakan dengan baik untuk mempersiapkan segala sesuatunya bagi tujuan yang semula yaitu pemberitaan injil bagi Kerajaan Allah. Yesus ingin memperlengkapi murid muridNya siap menghadapi segala pergumulan pelayanannya tanpa kehadiran Yesus bersama mereka. Murid murid harus dapat meneruskan pelayanan tanpa kehadiran Yesus secara fisik.

Yesus menjelaskan bahwa ketempat dimana Yesus akan pergi mereka tidak akan bisa datang, seperti yang telah di jelaskanNya juga kepada orang orang Yahudi (7:34). Yesus menghibur murid-muridNya bahwa sepeninggal Yesus mereka akan sangat kehilangan Yesus. Mereka tidak akan dapat mengandalkan Yesus lagi, tapi Yesus mengingatkan akan teladan kasih yang telah disampaikanNya.

Yesus memberi pesan yg termahal, seperti halnya orang yang akan meninggal memberikan warisan yg termahal kepada orang yang dikasihinya yang ditinggalkannya. Yesus menyampaikan warisan perintah yang baru supaya mereka saling mengasihi. Kehadiran Yesus secara fisik sebentar waktu lagi tidak akan kelihatan lagi, tetapi kasihNya akan tetap ada bersama-sama dengan mereka jikalau mereka saling mengasihi. Mereka harus bersatu terikat erat di dalam kasih untuk Injil, sebab Yudas telah menghianati kasihNya, supaya tidak ada lagi penghianatan dan perpecahan diantara mereka.

Kasih Allah yang besar akan menyelamatkan mereka di dalam pelayanannya. Seperti di dalam pembacaan Pemazmur menyampaikan pengalamannya berulang kali ia menghadapi pergumulan yang membahayakan nyawanya, kesesakan dan kedukaan tetapi ketika ia berseru kepada Tuhan mengharapkan belas kasihan dan keadilan Tuhan maka Tuhan meluputkannya. Tuhan peduli bagi teriakan orang orang yang sederhana dan lemah dan Tuhan selalu memberi harapan baru, dipeliharaNya orang-orang yang berlindung pada kasihNya. Tuhan penuh kasih yang tidak mempertimbangkan keadaan orang orang yang berseru memohon kasihNya dan keadilanNya, Dia pertolongan bagi yang berseru kepadaNya.

Warisan kasih itu disebut perintah baru. Perintah mengasihi bukan baru kali itu disampaikan Yesus, sebelumnya sudah di ajarkan dan dilakukan Yesus (bd 1 Yohanes 2:7-17). Perintah baru bermakna apa yang harus diperhatikan, menjadi penekanan yang harus mereka tumbuh kembangkan dan pelihara. Kasih itu adalah menjadi perintah, menjadi keharusan, hukum dasar bagi para murid dan orang percaya. Kasih itu menjadi warna pengutusan para murid dan alat mereka untuk menyatakan tujuan Kerajaan Allah. Orang- orang percaya harus saling mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi kita (Yohanes 15:12,17, 1 Yohanes 2:7-8, 3:11, 16, 23, 4:7-8, 10-12, 19-20; 2 Yohanes 1:5).

Penghianatan Yudas adalah keegoisannya mencari untung bagi dirinya sendiri, sehingga tidak sedikitpun nilai kasih menjadi pertimbangannya. Yudas “menjual Yesus” kepada orang orang farisi untuk mendapatkan keuntungan. Ia melupakan persahabatan yang sejati dengan Yesus dan para murid dan kehilangan rasa hormat kepada Yesus sebagai gurunya. Ke egoisan telah meniadakan kasih kasih Yudas, meniadakan pertimbangan moralnya.

Karena itu Yesus meneguhkan kesebelas murid itu dengan mengatakan “Aku memberi perintah baru kepadamu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Mengasihi sebagai perintah baru adalah penegasan bahwa mereka harus terus melakukannya dan hidup di dalamnya, jika tidak diantara mereka akan ada yang diperalat iblis lagi menjadi egois seperti yang dilakukan iblis kepada Yudas.

Mereka harus bersatu, saling memperhatikan, saling mendukung dan bersama sama menanggung beban penginjilan yang akan mereka lakukan. Yesus tidak meninggalkan warisan emas, perak atau harta benda lainnya selain hanya perintah baru untuk saling mengasihi. Dengan melakukan kasih itu mereka melakukan tanggung jawabnya menyatakan kehadiran Yesus bagi dunia, memperkenalkan Yesus sebagai juruselamat bagi dunia, dan melalui kesaksian kasih mereka membuat dunia percaya.

III.         PENUTUP

SepeninggalNya Yesus tidak menyuruh para murid hebat melakukan mujizat mujizat, berbahasa roh, hebat di dalam pemberitaan bahkan rela mati sebab semuanya itu tidak akan berarti jika tidak di dasarkan kepada kasih, tanpa kasih tidak akan berarti apa apa. Yang diperintahkanNya adalah supaya mereka bertekun melakukan kasih, sebab segala kehebatan rohani tanpa di dasari kasih tidak akan berarti apa apa (1 Korintus 13:1-3). Prestasi iman bagi para murid dan orang percaya yang di kehendaki Yesus adalah “prestasi kasih.” Orang percaya harus saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi dunia ini.

Pdt. Ekwin Wesly Ginting Manik, S.Th, M.Div.
Ketua Klasis Bekasi-Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate