Sabtu Pengaharapan tgl 11 Februari 2020 ; Matius 12 : 38 - 42
Invocatio : Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari Roh-roh dunia (Kolose 2:20a)
Bacaan : Markus 15:42-43
Khotbah : Matius 12:38-42
Thema : Bertobat Dari Dosa
I. Pendahuluan
Sabtu suci merupakan hari terakhir dalam Pekan Suci yang dirayakan oleh orang Kristen sebagai persiapan perayaan Paskah. Hari Sabtu Suci memperingati pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan dikubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan. Keesokan harinya (Paskah) Yesus bangkit dari kematianNya. Yesus berada di dunia kematian jadi satu bentuk perjuanganNya untuk menyelamatkan kita dan menumbuhkan pengharapan kepada kita bahwa di dalam Kristus ada kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Perjuangan Yesus janganlah menjadi sia-sia, marilah kita hargai dan kita jadikan sebagai penyemangat kepada kita untuk memperbaiki kehidupan kita dengan bertobat dari dosa.
II. Isi
Bahan invocatio kita mengatakan jemaat Kolose telah mati bersama Kristus. Ini fakta yang telah terjadi pada jemaat Kolose dan bukan kondisional. Berdasarkan fakta ini sekarang jemaat Kolose tidak lagi berada di bawah kuasa roh-roh jahat. Dahulu, ketika jemaat Kolose belum percaya kepada Yesus, roh-roh dunia menguasai hidup mereka. Mereka hidup di bawah kendali roh-roh dunia. Akan tetapi, sekarang roh-roh dunia telah ditaklukkan dan kekalahannya telah dipertontonkan di muka umum. Roh-roh dunia tidak memiliki kuasa apapun atas orang Kisten. Karena jemaat telah mati bersama Kristus, maka mereka telah mati juga dari roh-roh dunia. Kematian membebaskan hamba dari kuasa tuannya. Demikian juga, kematian bersama Kristus membebaskan manusia dari cengkeraman roh-roh dunia.
Bahan bacaan kita menceritakan sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, hari menjelang Sabat. Karena Sabat dimulai sejak matahari terbenam, jenazah Yesus harus segera dikuburkan sebelum Sabat dimulai. Memindahkan dan menguburkan jenazah tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Karena itu, Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Hari telah malam dan besok adalah Sabat, hari ketujuh. Hari ini juga Yusuf harus menghadap Pilatus. Ia adalah anggota Sanhedrin, majelis yang menentukan kebijaksanaan atas diri Yesus. Tetapi besar kemungkinan penyaliban ini telah berlaku tanpa persetujuan Yusuf dari Arimatea. Sebagai anggota dewan kehormatan, Yusuf berada di posisi yang dapat membela Yesus. Tapi dia tampaknya tidak bisa (bnd. Yoh. 19:38). Publisitas Yusuf terjadi setelah penyaliban Yesus. Keberaniannya yang muncul terlambat beberapa jam. Namun dalam meminta tubuh Yesus, Yusuf mempertaruhkan reputasi dan kariernya. Dan dengan menyentuh jenazah, dia menajiskan dirinya, dan membuatnya tidak layak untuk ikut serta dalam perayaan Paskah, yaitu hari raya orang Yahudi yang paling ditunggu-tunggu. Yusuf orang Arimatea adalah orang kaya. Ia membaringkan mayat Yesus di kuburan miliknya sendiri, yang belum pernah dipakai, yang dilubangi pada dinding batu (bnd. Mat. 27:57-60; Yes. 53:9).
Kemunafikan orang Farisi terus diberitakan oleh Matius. Dalam bahan khotbah ini orang Farisi berpura-pura mau menjadi pengikut Tuhan Yesus yang masih mempunyai sedikit ganjalan. Tinggal sedikit lagi maka mereka akan menjadi murid Yesus, asalkan Yesus memberikan tanda. Ini pertanyaan yang menunjukkan kedegilan hati mereka. Apakah masih perlu tanda lagi? Benarlah apa yang dikatakan Paulus dan Yehezkiel. Orang Yahudi menghendaki tanda (1 Kor. 1:22) karena mereka bangsa yang tegar tengkuk (Yeh. 2:3-7). Setelah melihat tanda begitu banyak mereka masih minta tanda lagi. Tanda apakah yang mereka harapkan, dengan begitu banyaknya mujizat yang dibuat Tuhan Yesus? Itulah sebabnya Tuhan Yesus merespon mereka dengan mengatakan bahwa mereka adalah angkatan yang jahat dan tidak setia (ay. 39). Tuhan menegur mereka dengan teguran yang sangat keras. Mereka hanya akan mendapatkan tanda nabi Yunus. Apakah tanda Yunus itu? Tuhan Yesus menjelaskan bahwa tanda Yunus adalah bahwa Anak Manusia akan tinggal di perut bumi tiga hari tiga malam. Tetapi hal lain lagi yang sangat dimengerti oleh ahli Taurat dan orang Farisi adalah bahwa Yunus menjadi tanda penghakiman bagi Niniwe. Yunus menjadi alat menyatakan peringatan Tuhan bagi kota besar Asyur itu setelah dia keluar dari perut ikan besar yang menelan dia. Inilah peringatan yang secara implisit mau dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Dia akan tiga hari ditelan oleh kematian, tetapi setelah itu Dia akan bangkit untuk menghakimi manusia. Penghakiman oleh Yunus terjadi setelah dia dikeluarkan dari perut ikan, dan penghakiman oleh Yesus terjadi setelah Dia dibangkitkan dari antara orang mati. Tanda yang dialami oleh orang Farisi dan ahli Taurat adalah bahwa setelah bangkit dari kematian Yesus akan menghakimi mereka. Kecuali mereka bertobat sama seperti Niniwe bertobat, mereka akan segera dijungkirbalikkan (Yun. 3:4). Tanda Yunus adalah adalah tanda penghakiman yang menuntut respon pertobatan dengan segera. Penghakiman segera akan datang, cepatlah bertobat.
Tetapi pada bagian ini Tuhan Yesus tidak mau meninggikan diriNya sendiri. Dia tidak mengatakan bahwa setelah tiga hari di perut bumi Anak Manusia akan menghakimi setiap orang. Siapa yang menolak Dia akan dihukum dengan berat. Dia tidak memberitakan itu tetapi Dia mengatakan bahwa yang akan bangkit adalah orang Niniwe dan ratu dari Syeba. Mengapa begitu? Karena baik orang Niniwe maupun ratu Syeba tidak tertarik kepada mujizat dan tanda-tanda. Orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus. Mereka bertobat karena firman. Mereka tidak bertobat karena mujizat. Orang Yahudi menghina Yesus dan masih meminta tanda padahal Yesus jauh lebih berkuasa daripada Yunus. Jika Niniwe bertobat karena Yunus, apalagi jika mereka mendengar Yesus. Demikian juga Ratu Syeba mengadakan perjalanan yang sangat jauh untuk mencari hikmat Salomo. Dia tidak datang karena mendengar Salomo mampu mengerjakan tanda-tanda mujizat. Dia datang untuk mendengar hikmat Salomo. Itu sebabnya ratu ini pun akan menjadi ukuran bagi penghakiman untuk Israel. Isarel masih meminta tanda padahal Yesus jauh lebih berhikmat daripada Salomo. Jika hikmat Salomo saja membuat Ratu Syeba terkesan, apalagi jika ratu itu mendengar Yesus mengajar. Mereka dengan kebodohan yang luar biasa, menghina apa yang paling agung dan bernilai di bumi ini. Mereka menolak Anak Allah yang mempunyai kuasa dan hikmat melampaui semuanya. Celakalah mereka karena kebodohan mereka. Inilah tanda bagi mereka yang berpura-pura mau ikut Yesus.
III. Refleksi
Sabtu Suci (Sabtu Pengarapen) adalah momen kita merenungkan arti kasih setia Tuhan melalui kematian Yesus Kristus. Kematian adalah hal yang sangat ditakuti manusia. Bahkan kalau membicarakan tentang kematian pun banyak orang takut untuk membicarakannya apalagi membicarakan tanda-tanda kematian itu sendiri. Dan tambah lagi hancurnya hati kalau orang yang kita kasihi meninggalkan kita. Yesus sudah masuk ke dunia kematian, dan mengalahkan kuasa kematian. Kematian pun tidak sanggup lagi memisahkan kita dari kasih setia Tuhan itu sendiri. Sampai dunia kematian pun kita diperjuangkanNya dan diselamatkanNya. Kematian Kristus membawa keselamatan kepada kita dan juga kepada semua orang yang sudah mati dalam Kristus. Khotbah Sabtu Suci (Sabtu Pengarapen) ini membawa kita untuk lebih lagi menghargai pengorbanan Kristus yang mati di kayu salib dan berjuang di dunia kematian untuk mengalahkan kuasa dosa agar kita mendapatkan keselamatan. Kita mengetahui dan kita merasakan bahwa kematianNya karena dosa-dosa kita, untuk menebus kita. Untuk itu harus ada di dalam diri kita dan terlihat dalam kehidupan kita seperti thema khotbah kita “Bertobat Dari Dosa”. Itulah tandanya kita menghargai kematian Kristus. Bertobat dari dosa membuat kita tidak lagi menjadi musuh Allah, tapi menyatu dengan Dia.
Pdt. Andarias Brahmana, S.Th
Ketua Klasis Jakarta-Kalimantan