Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Khotbah Tgl 1 Januari 2020 ; 2 Korintus 5 : 16-21

Khotbah Tanggal 1 Januari 2020

Invocatio:  Dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; (Kolose 3:10)

Ogen           : Yeremia 31: 1-6

Khotbah      : 2 Korintus 5:16-21

Tema          : Kehidupan Baru  Di Dalam Kristus

PENDAHULUAN

Selamat Tahun baru…

Beberapa jam yang lalu kita telah menutup lembaran hidup kita di tahun 2019, dan memulai kehidupan baru di tahun 2020. Ada banyak hal yang menyenangkan dan hal yangidak menyenangkan yang kita alami di sepanjang tahun 2019. Namun suatu  hal yang pasti bahwa Tuhan telah menyertai perjalanan hidup kita pada tahun yang sudah lewat. Harus diakui maka sering kali kita merasa takut dan kuatir dalam menghadapi berbagai persoalan hidup baik dalam tahun yang sudah lewat dan dalam tahun yang baru ini. Tapi Kasih Karunia Tuhan akan selalu memampukan dan menolong kita di sepanjang hidup kita, sebagaimana

URAIAN

·         2 Korintus 5:16-21

Rasul Paulus menulis kitab ini kepada jemaat di Korintus dengan tujuan mendorong mayoritas dalam di Korintus yang tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka. Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus menerus berbicara menentang dia secara pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan beritanya. Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan terus menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberotakan yang lebih lanjut.

Tentunya keadaan ini menjadi tantangan yang harus di hadapi oleh Paulus dalam melakukan panggilannya. Sehingga Paulus berjuang untuk terus mempertahankan identitasnya. Hal itu diawali dengan  menegaskan bahwa Paulus melakukan tugasnya dengan “pendamaian” antara Tuhan dan manusia. Tidak tujuan-tujuan lain seperti yang dituduhkan banyak orang yang meragukan integritasnya. Pelayanan pendamaian ini bertujuan agar mereka semakin mendisiplinkan diri untuk tidak berbuat dosa. Orang yang menerima pelayanan pendamaian dari Tuhan harus mampu merubah cara pandang dan sikap hidupnya. Seperti yang diuraikan dalam bahan khotbah kita saat ini.

·         Ayat 16: “tidak lagi menilai orang lain menurut ukuran manusia”. Berani berbeda dengan dunia  Dan jikalau pun dulu itu pernah dilakukan, maka sekarang tidak lagi. Ada keberanian meninggalkan masa lalu, untuk masa depan yang lebih berkenan bagi Tuhan. Paulus menyadari  mungkin dulu dia juga pernah melakukan hal seperti dilakukan oleh manusia saat ini. Tapi kita harus ingat masa lalu menjadi pengalaman tetapi masa saat ini dan seterusnya adalah harapan. Oleh sebab itu jika kita menyadari kesalahan kita saat ini dan dulu, hal yang paling bijak yang harus kita lakukan adalah meninggalkannya dan memperbaiki untuk kedepannya.

·         Ayat 17: Orang yang sudah menerima pelayanan pendamaian adalah” ciptaan yang baru”.  Ciptaan baru adalah gambaran sebuah harapan dimana orang percaya menerima Yesus dalam hidupnya, dan membiarkan Yesus memerintah dalam hidupnya dalam kemualiaanNya, dengan pengetahuan dan pengertian yang selalu dibaharui dan hidup dalam kekudusan. Pembaharuan terjadi secara terus menerus seperti yang ditegaskan kembali dalam invocatio kita.

·         Ayat 18-19: Pelayanan pendamaian antara Allah dan manusia bersumber dari Allah den tidak pernah memperhitungkan pelanggaran manusia.

·         Ayat 20: Paulus hanya sebagai alat/utusan yang ditugaskan untuk mengajak manusia masuk ke dalam proses pendamaian yang akan menghasilkan ciptaan baru. Dalam ayat ini juga dituliskan maka ada 2 oknum yang penting untuk itu yaitu kita/manusia itu sendiri yang mau memberi diri untuk diperbaharui dan Tuhan yang berinisiatif untuk melakukannya. Jadi walaupun Allah berkali-kali datang dan mau memperbaharui kita menjadi ciptaan yang baru, hal itu tidak akan terjadi jikalau kita tidak mau memberi diri. Oleh sebab itu Paulus dipakai untuk memberitakan pendamaian itu kepada kita.

APLIKASI

1.   Hendaknya di dalam tahun yang baru ini manusia dapat menjalani kehidupannya sebagai ciptaan yang baru. Ada pembaharuan yang terlihat dalam sikap hidup, pikiran, kesetiaan.

2.   Pembaharuan di dalam hidup kita terjadi secara terus menerus di sepanjang hidup kita.

3.   Kasih Tuhan tidak pernah berakhir dan selalu baru dalam hidup kita sebagaimana yang ditekankan oleh Yeremia kepada bangsa Israel (Yeremia 3:1-6) Allah akan “Membangun” dan “melanjutkan” kasihNya kepada manusia.

Pdt. Sri Pinta Br Ginting

GBKP Runggun Cileungsi

Khotbah Tutup Tahun Tgl 31 Desember 2019 ; Roma 8 : 31-39

 

BIMBINGAN KHOTBAH

 

 (TUTUP TAHUN ) Tgl. 31 Desember 2019

Invocatio      :        “Sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yesaya 30:18b)

Bacaan     : Yesaya 30:15-18

Khotbah   : Roma 8:31-39

Tema      : “Kasih Allah Senantiasa Beserta Kita”

I.      PENDAHULUAN

Tanpa terasa dalam hitungan menit kita akan meninggalkan tahun 2019 dan memasuki tahun yang baru 2020. Ibarat melakukan suatu perjalanan maka saat ini kita telah tiba pada akhir dari suatu perjalanan panjang selama satu tahun di tahun 2019 ini (12 bulan, 52 minggu, 365 hari, 8.760 jam, 525.600 menit, 31.536.000 detik). Kita meyakini bahwa semua yang telah dijalani itu bukan karena kemampuan dan kuat gagah serta kehebatan kita sendiri, tapi kita mengimani dan mengakui bahwa kita ada sampai saat ini, di sini dan di tempat ini hanya oleh kasih setia Tuhan (Ibr. Checed, kheh’-sed). Dia-lah yang telah menopang dan menyertai kita di sepanjang perjalanan hidup ini.

Penggalan syair lagu, “tiap langkahku di atur oleh Tuhan dan tangan kasih-Nya membimbingku” adalah pengakuan yang sungguh atas semua penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

II.      PENDALAMAN NAS

Jemaat Roma yang dihadapi Paulus dalam pekabaran Injilnya didominasi oleh orang-orang Yahudi. Kehidupan keagamaan yang terjadi pada saat itu sangat dipengaruhi Yahudisme hal ini terlihat jelas dalam kehidupan jemaat Roma yang memakai budaya ataupun tradisi Yahudi dan terkesan dipaksakan bagi umat yang non-Yahudi, misalnya tentang sunat dan Hukum Taurat. Inilah yang menjadi tantangan bagi Paulus dalam pekabaran Injilnya, sehingga ia memutuskan untuk mengirimkan surat terlebih dahulu sebelum berangkat ke Roma.

Kita dapat melihat banyak perikop sebelumnya membahas tentang tradisi ataupun doktrin Yahudi yang membuat jemaat dari bangsa lain semakin tertekan. Surat Paulus ini memberi penekanan bahwa bukan atas dasar doktrin maka manusia memperoleh keselamatan itu, Roma 3:20 “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”. Pengajaran tentang keselamatan yang sesungguhnya lah yang mau disampaikan Paulus kepada jemaat Roma.

Semua berkat rohani yang luar biasa ini dirangkum Paulus dalam sebuah kalimat pendek: “Jika Allah di pihak kita” (Yun: ei ho theos hyper hemon). Terjemahan yang lebih hurufiah adalah “jika Allah untuk kita”. Bukan hanya di pihak kita, melainkan untuk kita. Ini merupakan ungkapan yang begitu luar biasa. Jika ini yang terjadi, orang-orang Kristen bisa merasa aman, bukan berarti karena tidak ada perlawanan, namun karena tidak akan ada yang bisa menang di dalam perlawanan tersebut. Dapat diserang tapi tidak dapat dikalahkan.

Yang menjadi bukti bahwa Allah adalah untuk kita atau di pihak kita bisa kita lihat dalam ayat 32, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua”. Memberikan seorang anak demi kepentingan orang lain merupakan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Jika yang paling berharga “Anak-Nya” sekalipun sudah diserahkan untuk keselamatan kita, maka segala sesuatu yang lain juga akan dikaruniakan kepada kita bersama-sama dengan Dia. Kata “segala sesuatu” di ayat 32 b, merujuk kepada segala sesuatu yang mendukung dan diperlukan dalam keselamatan kita. Bukan lagi persoalan lahiriah atau materi tapi mengenai jaminan keselamatan kita. Sekali Allah menyelamatkan kita, Dia akan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan sehingga keselamatan itu tidak akan gagal.

Paulus meyakinkan kita bahwa keselamatan di dalam Kristus tidak bersifat spekulatif. Tidak ada kata “moga-moga”, “jika Allah berkenan”, “mbera-mbera (karo)” dalam kaitan dengan keselamatan kita. Kepastian ini diperoleh bukan berdasarkan apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan apa yang Kristus lakukan bagi kita. Karya penebusanNya sempurna bagi kita. Ia mati, bangkit, naik ke Surga (duduk di sebelah kanan Allah) dan menjadi pembela. kematianNya menyelesaikan persoalan terbesar kita, yaitu dosa (Roma 5:5-8).

Tak ada yang dapat memisahkan kita dari Kristus. Paulus berbicara tentang yang ada sekarang maupun yang akan datang. Kita tahu, bahwa orang Yahudi membagi waktu ke dalam masa sekarang dan masa yang akan datang. Paulus berkata, “dalam dunia yang sekarang ini, tak ada yang dapat memisahkan kita dari Allah di dalam Kristus; akan tiba saatnya dunia ini akan dihancurkan dan masa yang baru akan datang. Hal ini tidak menjadi soal, bahkan bila dunia ini berlalu dan dunia baru datang, ikatan ini akan tetap sama.

Tak ada kuasa-kuasa akan memisahkan kita dari Kristus. Paulus berbicara tentang yang di atas dan yang di bawah. Ini adalah istilah astrologi. Dunia purba dihantui oleh kuasa bintang-bintang. Mereka percaya bahwa manusia dilahirkan di bawah bintang tertentu dan di sana nasibnya ditentukan oleh bintangnya. Tapi kasih Kristus tidak akan dapat dipisahkan dari kita oleh karena apapun juga.

Bagi Paulus, kasih kristus bukan menghindarkan kita dari segala macam kesusahan dan penderitaan. Kasih Kristus juga tidak selalu berbentuk kelepasan dari semua hal buruk tersebut. Jangankan sekedar bahaya atau kesengsaraan, kematian pun bisa menimpa kita (ay. 35). Satu hal yang menghibur kita adalah kepastian kemenangan di dalam Kristus. Karena tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.

 III.        APLIKASI

Dalam menjalani kehidupan ini, baik dalam menjalani tahun yang sebentar lagi akan kita tinggalkan maupun tahun yang akan kita jalani dan masuki tahun 2020, tidak pernah kita dijanjikan akan hidup bebas dari masalah. Tapi kita percaya ada kasih Tuhan yang selalu beserta dengan kita, yang tidak pernah meninggalkan kita sehingga kita kuat dan mampu menjalaninya. Gelombang dan badai kehidupan pasti menerjang dan mau menghempaskan kita, tapi dengan kasih setia Tuhan kita akan tetap berdiri dan terus berjalan.

Ingatlah, masalah dan pergumulan itu tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus. Kita harus menyadari bahwa kasih karunia Tuhan tidak pernah berhenti dari hidup kita. Apapun permasalahan yang kita hadapi, kita tahu kasih setia Tuhan selalu ada menyertai kita. Tuhan punya cara untuk menolong kita. Allah tidak mau memisahkan diriNya dengan kita. Dia Allah yang peduli, mengerti, menolong setiap kita. Kasih karunia adalah pemberian/belas kasihan Tuhan. Apapun keadaan kita sadarilah bahwa kasih karunia Tuhan tidak pernah berhenti selamanya. Untuk itu jangan lemah, putus asa dan menyerah pada keadaan karena dalam segala perkara kita tahu Tuhan selalu beserta dan membela kita bahkan memberi kemenangan; kemenangan atas setan, kemenangan atas penyakit, kemenangan atas penderitaan. Sebab Dia, Allah, yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Dengan kasih Allah kita akan menjadi lebih daripada pemenang.

 Pdt. Irwanta Brahmana

(GBKP Rg. Surabaya)

Minggu 29 Desember 2019 ; Mazmur 77 : 6 -16

 

Invocatio      :  Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub Sebagai  penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya (Mzm. 146:5)

Bacaan         : I Timotius 1:12-17

Khotbah       : Mazmur 77:6-16

Tema            : Mengingat Besarnya Kasih Setia Tuhan

A.   Pendahuluan

Minggu ini menjadi minggu terakhir dalam tahun 2019 ini. Mengajak kita untuk mengingat, merasakan bagaimana kebenaran Firman Tuhan dalam hidup kita mengenai besarnya kasih setia Tuhan. Tuhan mengasihi dan menyayangi ciptaanNya. Segala yang telah diciptakanNya sungguh sangat berharga dihadapanNya. Kehidupan dalam alam semesta ini sudah lebih dari cukup menceritakan keberadaan, kekuasaan, pemeliharaan dan pengasihan Tuhan yang menjadikan segala sesuatunya. Terlebih kepada kita manusia ciptaanNya begitu mulia diantara ciptaan Tuhan yang lainnya, sampai Tuhan harus hadir ditengah-tengah kehidupan kita melalui Tuhan kita Yesus Kristus untuk menyatakan kasihNya yang besar. Namun demikian tetap saja manusia masih banyak yang meragukan kuasa Allah dalam hidupnya bahkan yang tidakmempercayai keberadaan Allah yang menjadikan kehidupan ini. Ketika manusia itu masih saja kuatir atas hidupnya, mencari kebutuhannya dengan cara-cara kecurangan bahkan dengan kejahatan, menggantungkan nasib hidupnya kepada berhala dan dukun-dukun. Ada beberapa hal yang boleh kita renungkan melalui nas khotbah ini: 

B.    Isi

Mazmur ini melukiskan seorang dalam kesulitan besar yang berseru kepada Allah, tetapi tidak dapat menemukan bukti bahwa Dia memberikan tanggapan (ayat Mazm 77:8-10). Orang percaya yang setia kadang-kadang mendapati dirinya dalam situasi yang sama. Apabila demikian, mereka harus bertindak seperti pemazmur: tetap berseru kepada Allah siang dan malam (ayat Mazm 77:2-3) sambil mengingat perbuatan-perbuatan kasih-Nya pada masa lalu. Dalam kelimpahan penyataan Allah dalam diri Anak-Nya, kita diyakinkan bahwa "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia" (Rom 8:32).Dalam mazmur ini ratapan dan puji-pujian bercampur-baur. Ayat-ayat pembuka (2-10) merupakan ratapan satu individu, yang mungkin mewakili bangsa yang sedang menderita. Ayat-ayat yang kemudian (11-21) merupakan kata-kata pujian yang melengkapi bagian pembukaan.

6-10. Mencari Jawaban.

Dan rohku mencari-cari. Dia diliputi kekhawatiran dan kegelisahan sehingga tidak dapat tidur.Dia menghitung hari-hari yang telah lalu, bukan menghitung domba. Akhirnya, dia mengajukan pertanyaan yang membingungkan dan menyusahkan dirinya.Dia tidak bisa mengerti, mengapa Allah yang berbelas kasihan, serta penuh kasih sayang, tetap diam dan tidak bertindak.

11-16. Jawabannya Dalam Sejarah.

Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan. Dengan mengingat perbuatan-perbuatan ajaib Allah pada masa lalu, harapan pemazmur bangkit.Allah membuktikan, bahwa Dialah yang melakukan perbuatan-perbuatan mulia; Dia telah mempertunjukkan kekuatan-Nya dan

telah menebus bani Israel. Di sini tersirat permohonan, agar Allah melakukan hal itu lagi sekarang

Mengingat kebaikan Tuhan yang sudah terjadi dalam kehidupan kita adalah hal yang baik dan perlu supaya keraguan dan keputusasaan dalam menghadapi pergumulan hidup berubah menjadi pengharapan kepada Allah yang hidup.

Mazmur ini memberitahu kita bahwa pergumulan orang percaya waktu itu sangat berat. Yedutun, seorang pelayan Tuhan dari suku Lewi, menyimpulkan bahwa tangan kanan Tuhan Yang Mahatinggi berubah (77:11), artinya pergumulan terasa semakin berat seolah-olah Tuhan tidak lagi menghiraukan pergumulan orang percaya saat itu. Dia memakai pergumulan dan kesusahan sebagai kaca mata untuk melihat Allah (77:2-11). Hasilnya, kesusahan membuat Allah terasa jauh (77: 2). Kesusahan membuat mengenang Allah terasa memilukan (77:3). Gambaran yang ideal tentang Allah terasa sangat mengecewakan bila dibandingkan dengan pergumulan yang dihadapi manusia. Kesusahan membuat Tuhan terasa seperti menolak dan tidak bermurah hati (77:8). Kesusahan membuat janji Tuhan terasa seperti tidak berlaku (77:9). Kesusahan membuat Allah nampak seperti melupakan janji-Nya (77:10).

Sekalipun demikian, dalam 77:12-21, Yedutun memakai kebaikan Tuhan sebagai kacamata untuk melihat kesusahannya. Hasilnya, dengan mengingat kebaikan Tuhan di masa lalu, dia mengaku bahwa Allah itu sangat besar dan berkuasa. Saat Yedutun mengalami pergumulan, Allah tidak berubah. Kebaikan Tuhan membuat Yedutun percaya bahwa Allah akan menuntun umat-Nya keluar dari kesusahan seperti di zaman Musa dan Harun (77:21). Kuatkanlah dan teguhkanlah hati Anda. Lihatlah kebaikan Tuhan agar kita bisa memiliki pengharapan saat menantikan Tuhan. 

"Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu."  Mazmur 36:8

C.   Aplikasi

Kutipan sebuah lagu Rohani yang menceritakan bagaimana Kuasa Tuhan yang melebihi dari segalanya.

KASIH SETIA-MU YANG KURASAKAN
LEBIH TINGGI DARI LANGIT BIRU
KEBAIKAN-MU YANG T'LAH KAU NYATAKAN
LEBIH DALAM DARI LAUTAN

BERKAT-MU YANG TELAH KUTERIMA
SEMPAT MEMBUATKU TERPESONA
APA YANG TAK PERNAH KUPIKIRKAN
ITU YANG KAU SEDIAKAN BAGIKU

SIAPAKAH AKU INI TUHAN
JADI BIJI MATA-MU
DENGAN APAKAH KUBALAS TUHAN
S’LAIN PUJI DAN SEMBAH KAU

Dalam perjalanan hidup kita di penghujung tahun ini, banyak hal yang kita rasakan untuk mengingat kasih setia Tuhan yang begitu besar. Apa yang kita miliki dan kita nikmati saat ini harus benar-benar kita sadari adalah berkat Tuhan bagi hidup kita.Oleh sebab itu sangat berbahaya jika kita berkata bahwa semua hal dalam hidup kita adalah karena kita pintar, kita mampu atau karena kita berprestasi.

Apa yang kita miliki saat ini semata-mata karena Tuhan mau menunjukkan kasih setiaNya bagi kita. Oleh sebab itu janganlah kita terjebak untuk membanggakan semua yang kita miliki.Membanggakan sesuatu yang lahiriah adalah hal yang tidak diperkenankan oleh Tuhan, sebab sekali waktu Dia bisa mengambil semua itu dari kita dalam sekejap mata.Adalah lebih benar jika kita berbangga karena mendapatkan kasih karunia Tuhan dalam hidup kita, jika hendak berbangga berbanggalah karena Tuhan.Daud dalam sebuah mazmur nyanyian mengatakan "Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau."

Pertanyaannya apakah kita masih menghargai Tuhan dalam setiap hidup kita? Apakah kita menyadari bahwa semua adalah berkat Tuhan bagi kita? Jika kita tahu dan sadar tentu kita akan belajar dan terus belajar untuk menjadi orang kristen yang rendah hati.Takut Tuhan yang dimaksud di atas adalah untuk menyimpulkan semua pernyataan sebelumnya, bahwa menyadari berkat Tuhan, menghargai Tuhan, dan hidup rendah hati harus timbul dari sikap yang takut akan Tuhan.Orang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan adalah orang yang takut akan Dia sehingga orang tersebut akan menjadi pribadi yang rendah hati dan mau menghargai Tuhan.

Ingatlah semua yang kita miliki adalah berkat kasih setia Tuhan yang kita alami dalam hidup kita. Seperti yang tertulis dalam Firman Tuhan Yohanes 15:5b “ Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” Amin.

Pdt Anton Kemit



 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate