Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

RENUNGAN

                       RENUNGAN JUMAT AGUNG,  29 MARET 2013

“MAHAR”
Ada tradisi yg cukup unik di sebuah daerah di Pasifik Selatan. Ketika seorang pria ingin melamar seorang gadis, maka dia harus membayar orangtua si gadis dengan ternak sebagai "mahar". Biasanya empat hingga enam sapi termasuk harga yg sangat tinggi untuk seorang wanita.
Satu kali ada seorang pria (Sebut saja Pa Menci) yg ingin menyunting seorang gadis yg penampilannya sangat sederhana, pemalu, kepalanya selalu tertunduk dan sama sekali tidak menarik.(Sebut saja Tikus alias Tiganku Sayang)
Namun luarbiasanya, Pa Menci memberikan mahar kepada orangtua Tikus sebanyak delapan sapi !!
Penduduk setempat heran melihat kegilaan Pa Menci, menurut penilaian mereka empat sapi saja masih kemahalan, tapi mengapa Pa Menci justru membayar ‘Mahar’ dengan delapan sapi.
Tetapi beberapa bulan kemudian, penduduk setempat dibuat takjub dengan perubahan Tikus si Istri Pa Menci . Tikus TELAH BERUBAH menjadi sosok wanita yang cantik, anggun, percaya diri dan sangat menarik. Melihat keheranan penduduk, Pa Menci berkata: 'Saya benar-benar menginginkan wanita yang seharga dengan delapan sapi, Bukan wanita yang Tidak Berharga .
Sewaktu saya membayar mahar seharga delapan sapi untuknya dan mulai memperlakukannya seperti wanita dengan ‘harga’ delapan sapi, dia mulai percaya diri dan merasa telah menjadi wanita dengan nilai delapan sapi ( suatu nilai yg sangat tinggi utk ukuran setempat ). Ia mendapati dirinya sangat berharga, dan itulah yg membuat perubahan di dalam dirinya."
Bapa, Nande, Turang ras Senina ketahuilah bahwa TUHAN telah MEMBAYAR LUNAS 'mahar' untuk kita SEHARGA TUHAN SENDIRI. Betapa berharganya kita yang telah ditebusNya dengan NyawaNya Sendiri,
"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."

SELAMAT JUMAT AGUNG

Dari Milis Tetangga

 

This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

Sekilas Tentang GBKP Klasis Jakarta-Kalimantan

Menindak lanjuti keputusan Sidang Sinode GBKP ke-XXXII, April 2000 di Sukamakmur tentang pemekaran Klasis Jakarta, maka pada Sidang khusus Klasis Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 13-14 Mei 2000 di Kinasih Bogor telah terlaksana pemekaran Klasis menjadi dua Klasis yakni Klasis Jakarta - Palembang dan Klasis Jakarta-Bandung.

Dalam Sidang Klasis khusus tersebut juga dilaksanakan pemilihan Badan Pengurus Klasis. Klasis Jakarta Palembang terpilih Pdt.Dharma Pelawi,S.Th dan Pdt.Masa Manik, S.Th sebagai ketua dan sekretaris Klasis, dan Klasis Jakarta-Bandung terpilih:

  1. Pdt.TR.Pinem,S.Th Sebagai ketua;
  2. Pdt.Miasi S.Meliala, S.Th sebagai wakil Ketua;
  3. Pdt.Rehpelita Ginting, S.Th sebagai Sekretaris;
  4. Pt.Tjanta Sinulingga sebagai wakil sekretaris; Pt.Amin Ginting Munthe sebagai bendahara;
  5. Pdt.Ratna Sriani Br.Meliala,S.Th dan Pdt.Bebas Ginting, S.Th masing-masing sebagai anggota.

Demikian juga Pt.Naik Sinukaban, Pt.Kelat Ginting dan Pt.Aren Tarigan sebagai anggota BPL Synode.

Majelis/Runggun yang tergabung ke dalam Klasis Jakarta-Bandung ada 14 Majelis/Runggun dan 2 bakal jemaat/perpulungen. Ke-14 Majelis/Runggun dan 2 Bakal Jemaat/perpulungen tersebut:

NO Majelis JEMAAT NO BAKAL JEMAAT
1. Majelis Bandung Pusat, 1. Bakal Jemaat malang
2. Majelis Yogyakarta, 2. Bakal Jemaat Denpasar
3. Majelis Cililitan    
4. Majelis Bogor    
5. Majelis Depok / Lenteng Agung    
6. Majelis Pontianak    
7. Majelis Cijantung    
8. Majelis Pondok Gede    
9. Majelis Surabaya    
10. Majelis Bekasi    
11. Majelis Semarang    
12. Majelis Bandung Barat    
13. Majelis Cisalak    
14. Majelis Klender  

Juni 2005 Sidang Klasis Jakarta-Bandung di Hotel Rudian Cisarua-Bogor, kembali terpilih:

  1. Pdt.TR.Pinem sebagai ketua Klasis periode 2005 s/d 2010;
  2. Pdt.Jenni Eva karo Sekali sebagai Kabid Koinonia;
  3. Pt.Hendri Sembiring sebagai Kabid Marturia;
  4. Dk.Ferdinand Marturia sebagai Kabid Diakonia; Pdt.M.K.Sinuhaji sebagai Sekretaris;
  5. Pt.Tjanta Sinulingga sebagai wakil sekretaris;
  6. Pt.Amin Ginting Suka sebagai bendahara.

Oleh karena mutasi Pdt.Jenni Eva Karo Sekali pada tahun 2008, maka pada Sidang Klasis Jakarta-Bandung September 2008 di Surabaya terpilih Pdt.Esra Bukit mengantikan Pdt.Jenni Eva Karo Sekali sebagai Kabid Koinonia, demikian juga dikarenakan Pt.Amin Ginting telah emeritus, maka pada Sidang Klasis Jakarta-Bandung maret 2009 di Hotel Rudian Cisarua-Bogor posisi bendahara tidak di isi/sisip melainkan disepakati Pt.Tjanta Sinulingga sebagai wakil sekretaris merangkap sebagai pelaksana bendahara.

Pada Sidang Klasis Jakarta-Bandung tanggal 28-30 Mei 2010 di Kaliurang-Yagyakarta terpilih Badan Pengurus Klasis Periode 2010 s/d 2015, yaitu:

  1. Pdt.Sabar S.Brahmana,S.Th,MA sebagai ketua;
  2. Pdt.Esra Bukit sebagai Kabid Koinonia;
  3. Pt.Hendri Sembiring sebagai Kabid Marturia;
  4. Dk.Ferdinand Marturia Sinuhaji sebagai Kabid Diakonia;
  5. Pdt.Rasmidi Sembiring sebagai Sekretaris; Pt.Eddy Temanta Keliat sebagai Wakil Sekretaris;
  6. Pt.Tjanta Sinulingga sebagai Bendahara.

Dalam kurun waktu 10 tahun Klasis Jakarata-Bandung semakin berkembang, dari 14 Majelis Jemaat dan 2 Bakal Majelis Jemaat menjadi 21 Majelis dan 11 Bakal Jemaat:

NO Majelis JEMAAT NO Majelis JEMAAT
1. Majelis Bandung Pusat 1. Bakal Jemaat Cibinong
2. Majelis Yogyakarta 2. Bakal Jemaat Purwakerta
3. Majelis Cililitan 3. Bakal Jemaat Cikarang
4. Majelis Bogor 4. Bakal Jemaat Karawang
5. Majelis Depok/Lenteng Agung 5. Bakal Jemaat Malang
6. Majelis Pontianak 6. Bakal Jemaat Parindu - Pontianak
7. Majelis Cijantung 7. Bakal Jemaat Makassar
8. Majelis Pondok Gede 8. Bakal Jemaat Banjarmasin
9. Majelis Surabaya 9. Bakal Jemaat Balikpapan
10. Majelis Bekasi 10. Bakal Jemaat Samarinda
11. Majelis Semarang 11. Bakal Jemaat Sukabumi
12. Majelis Bandung Barat    
13. Majelis Cisalak    
14. Majelis Klender    
15. Majelis Denpasar    
16. Majelis Graha harapan    
17. Majelis Harapan Indah    
18. Majelis Sitelusada    
19. Majelis Banadung Timur    
20. Majelis Tambun    
21. Majelis Celeungsi    

 

Sejarah Berdirinya Gereja Batak Karo Protestan

Pekabaran Injil pertama ke daerah Karo merupakan jamahan tangan Tuhan untuk menyampaikan berita Keselamatan kepada masyarakat Karo. Kehadiran Pekabar Injil pertama di daerah Karo, dibagi atas dua kurun waktu oleh Lembaga Penelitian dan Studi DGI. Kurun waktu yang pertama disebut masa-masa permulaan, mulai tahun 1890-1906. Kurun waktu yang kedua disebut masa-masa Penanaman dan Penggarapan, mulai tahun 1906-1940.

Masa-masa Permulaan (1890-1906)

Gereja GBKP yang pertama di desa Buluh Awar, Sibolangit yang dirintis oleh Pdt. J.K. Wijngaarden, kemudian ditahbiskan pada masa missionaris Pdt. Mient Joustra pada tanggal 24 Desember 1899. Jumlah jemaat saat itu baru 54 orang, baru 17 orang yang telah disidiPekabaran Injil periode pertama ini diterima masyarakat Karo dengan permusuhan. Masyarakat Karo menentang Belanda karena Belanda mengambil tanah rakyat untuk ditanami tembakau. Orang Karo menunjukkan perlawanannya dengan membakar gudang-gudang tempat menyimpan tembakau pada malam hari, merusak tanaman tembakau dan bahkan mengancam jiwa para pengusaha.

Mr. J.T. Cremer, kepala administrasi Deli Mij, mengumpulkan dana sebanyak f. 30.000,- pertahun, sebagai biaya penjinakan orang Karo dengan cara kristenisasi. Cremer berpendapat bahwa jalan satu-satunya untuk mengamankan perkebunan mereka adalah dengan melembutkan hati orang Karo dengan cara pemberitaan Injil. Kemudian Cremer mengadakan perjanjian dengan Nederlandsche Zending Genoothchac (NZG), sebuah zending yang ada di Negara Belanda untuk mengirim tenaga-tenaga Pekabar Injil ke Deli.

Tanggal 18 April 1890, Pdt. H.C. Kruyt dan Nicolas Pontoh, dari Minahasa, tiba di Belawan untuk penginjilan orang Karo. Mereka memilih desa Buluh Awar menjadi pos pelayanan. Di Buluh Awar, mereka mulai mempelajari bahasa Karo dan adat istiadatnya. Mereka mengadakan pendekatan-pendekatan dengan perbuatan baik untuk menciptakan suasana yang akrab dengan masyarakat setempat dengan tidak jemu-jemu.

Pekabar Injil Pertama, berani mempertaruhkan nyawanya, demi berita Injil untuk orang Karo. Motivasi penginjil NZG untuk menginjili orang Karo jauh melebihi motivasi dari pengusaha-pengusaha perkebunan yang membiayai penginjilan tersebut. Penginjil menghadapi banyak kendala, mulai dari kebencian orang Karo kepada orang Belanda, komunikasi dalam bahasa Karo yang belum mereka pahami, dan juga ancaman keselamatan nyawa mereka. Namun penginjil ini tidak mundur untuk memberitakan berita keselamatan kepada orang Karo.

Pada masa permulaan penginjilan, para penginjil memberikan pelayanan pendidikan umum di lima desa, masing-masing didirikan satu pos pelayanan. Masing-masing sekolah dipimpin oleh Guru Injil dari Minahasa serta mengadakan kerja sama dengan Kepala Desa setempat. Mereka membagi pos-pos sebagai berikut:

  1. Pdt H.C.Kruyt dan Nicolas Pontoh di desa Buluh Awar.
  2. Gr. Injil Benyamin Wenas di desa Salabulan.
  3. Gr. Injil Johan Pinontoan di desa Sibolangit.
  4. Gr. Injil Ricardo Tampenawas di desa Pernengenen.
  5. Gr. Injil Hendrik Pesik di desa Tanjung Baringin

Pendidikan yang dilakukan ini mendapat curiga dari masyarakat setempat. Masyarakat setempat menganggap ini adalah siasat Belanda untuk mencari simpati rakyat. Hambatan ini ditanggulangi dengan cara pendekatan melalui Kepala Desa setempat. Mereka secara bersama-sama mengadakan penyuluhan serta pertemuan-pertemuan dengan masyarakat desa. Setelah empat tahun pendidikan di lima desa itu, maka merekapun sudah mempunyai 39 orang murid.

Masyarakat Karo memiliki kepercayaan tertentu terutama mengenai pengobatan penyakit-penyakit. Banyak pengobatan tradisional Karo yang pada umumnya berbaur dengan kepercayaan leluhur. Banyak penyakit yang diobati dengan cara tradisional dan tingkat kematian tinggi karena sakit peyakit. Penginjil ditantang untuk bekerja keras dan belajar tentang perawatan kesehatan dan obat-obatan. Mereka tidak hanya mempelajari bidang pengobatan medis, tetapi juga mempelajari pengobatan tradisional Karo. Para penginjil ini pergi melayani, kapan dan dimana saja orang membutuhkan pelayanan kesehatan. Pekabar injil menggunakan kesempatan di mana saja dan kapan saja, untuk mengabarkan kabar kesukaan. Setelah tiga tahun kemudian, terjadi suatu kabar yang menggembirakan dan memang ditunggu-tunggu, yaitu pembabtisan pertama yang dilakukan kepada orang Karo sebagai buah Injil yang telah mereka beritakan. 22 Agustus 1893, dilakukan babtisan yang pertama terhadap enam orang suku Karo di desa Buluh Awar.

Tanggal 24 desember 1899 ditahbiskan Gereja Batak Karo yang pertama di Buluh Awar. Semua nyanyian yang dinyanyikan pada saat pentahbisan ini adalah nyanyian dalam bahasa Karo yang sudah duterjemahkan oleh para penginjil. Saat itu jumlah anggota jemaat 56 orang, sementara yang sudah dibabtis sebanyak 17 orang dan disidi 4 orang. Sekolah yang didirikan NZG 4 buah dengan murid 93 orang.

Masa-masa Penanaman dan Penggarapan (1906-1940)

Kurun waktu kedua dinamakan masa penanaman dan penggarapan, ini meliputi tahun 1906 sampai 1940. Dapat dikatakan bahwa yang berperan pada masa sebelumnya adalah seluruhnya di luar orang Karo. Tetapi, pada masa penanaman dan penggarapan ini orang Karo sudah ikut terlibat.

Pada masa penanaman dan penggarapan banyak dilakukan pembangunan-pembangunan, di bidang kesehatan masyarakat dengan membangun poliklinik-poliklinik dan rumah-rumah sakit. Leluhur Karo sangat mengkaitkan sedemikian rupa antara penyakit, kekuasaan alam gaib, dan roh-roh leluhur serta sistem pengobatan yang pada dasarnya adalah tanpa pembayaran materi, tetapi di dalam kaitan kekeluargaan. Merupakan suatu penghinaan terhadap seorang Guru Mbelin, yang dianggap masyarakat sebagai manusia keramat, mau ditantang oleh para pekabar injil pertama dengan penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan ini pada umumnya menolak hal yang tahayul. Tidak jarang pada zaman itu, pelayan harus menanggung berbagai penderitaan di dalam penyampaian kasih melalui pelayanan kesehatan ini.

Untuk pengembangan pendidikan masyarakat dibangun rumah-rumah sekolah dan sarana belajar lainnya. Lulusan sekolah ini akan menjadi pelopor di tengah-tengah masyarakat. Pengembangan prekonomian masyarakat Karo dilakukan dengan pengadaan sarana pertanian. Pembangunan irigasi dan pemanfaatan tanah dikembangkan bersama masyarakat. Pembukaan jalan sampai ke dataran tinggi Karo memberikan peluang yang besar kepada masyarakat untuk memasarkan hasil produksinya. Pembangunan yang dimotori oleh para penginjil membawa hasil yang cukup memuaskan, oleh karena tumbuh kesediaan dan kesadaran masyarakat Karo sendiri.

Pendidikan sebagai ujung tombak pelayanan sangat relevan, karena pemuda lebih terbuka dengan sesuatu yang baru. Serta di alam pikiran yang baru itu, mereka dengan berani mencetuskan pikiran-pikirannya sehingga pembaharuan tersebut lebih cepat tercapai. Sebagai generasi penerus, mereka menciptakan alam yang baru di dalam generasinya. Dengan demikian, pendidikan sekolah tersebut disamping mendidik para pembaharu, juga memberlakukan pembaharuan itu sendiri.

Semenjak itu Gereja Kristen Karo yang kemudian dikenal dengan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) berkembang sekalipun sangat lambat. Dari Buluh Awar penginjilan berkembang ke wilayah sekitarnya. Selanjutnya ke Kabanjahe, dan wilayah lain di dataran tinggi Karo. Seterusnya ke daerah Pancur Batu tahun 1927. Daerah Langkat dimulai penginjilan tahun 1921 dan gereja pertama ditakbiskan tahun 1929. Di Medan sudah ada kebaktian tahun 1937 dan di Jakarta tahun 1939 sudah ada perkumpulan masyarakat Karo Sada Kata dan di Bandung perkumpulan masyarakat Karo Sada Perarih.

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate