Suplemen PA Moria ; Esekiel 33:7-9 ; Tgl 20-26 Juni 21
Bahan : Esekiel 33:7-9
Tema : Njagai Kegeluhen Anak
Tujuan : Gelah Moria:
Ø Ngidah erbage-bage kejahaten ibas kegeluhen
Ø Megenggeng ibas njagai kegeluhen anak.
1. Anak hadir kedunia seperti kertas putih dan setelah lahir maka tergantung orang tua mau menulis dan atau menggambar apa dikertas tersebut. Ungkapan ini sering kita dengar bahkan mungkin ada beberapa diantara kita yang sepakat dengan ungkpan diatas. Dan kemudia akan muncul persoalan ketika anak bertumbuh menjadi pribadi yang tidak baik, melawan orang tua, jahat, kejam bahkan criminal dalam hal ini apakah orang tua yang menuliskannya? Tidak mungkin donk ada orang tua yang dengan sengaja menuliskan yang tidak baik. Atau mungkin orang tua salah tulis dan tidak punya penghapus atau tipex? Pemahaman ini kurang tepat karena setiap anak lahir dalam keunikan mereka masing-masing, jika diibaratkan kertas anak merupakan kertas dengan warna dan jenisnya masing-masing sehingga perlakuan dan kegunaan yang diterima juga akan disesuaikan dengan kebutuhan. Bahkan diatas kertas berwarna dan berbagai enis tersebut juga telah ada tulisan-tulisan yang berarti mereka sudah punya sifat dan karakter mereka masing-masing. Karena itu tugas orang tua sebenarnya adalah menjaga, mendidik, membimbing dan mengajar dan mengarahkan anak untuk mendapatkan bentuk terbaik dari versi dirinya sendiri.
2. Salah satu tugas orang tua terhadap anak yaitu proteksi, penjagaan. Belajar dari Nabi Ezekiel yang dipanggil Tuhan menjadi penjaga atas bangsa Israel. Penjaga yang bertugas menyampaikan firman Tuhan, menyampaikan peringatan demi nama Tuhan. (ay 7). Nabi Ezekiel bertanggung jawab memperingati mereka yang berlaku jahat supaya bertobat, tanggung jawab ini cukup berat karena bisa saja ia akan menjadi sasaran kejahatan tapi peringatan harus disampaikan. Sangat baik jika orang jahat tersebut bertobat namun jika tidak maka orang tersebut akan mati dalam kesalahannya. Jika peringatan tidak disampaikan maka Allah akan menuntut pertanggung jawaban dari pada sipenjaga. Bila seseorang mati karena penjaga tidak membunyikan sangkakala sebagai peringatan ketika musush menyerang maka yang dituntut bertanggungjawab adalah si penjaga. Demikianlah tugas Yehezkiel yang adalah penjaga Israel.
3. Dari pemahaman teks ini maka jika orang tua adalah penjaga atas anak-anaknya tentu memiliki tanggung awab juga untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan juga berkewajiban untuk menegur dan memperingati anak jika salah jalan dan sesat dalam hidupnya. Penjagaan orang tua terhadap anak tentu menyeluruh tidak hanya sebatas penjagaan secara fisik saja yaitu dengan mencukupi segala keperluan dan kebutuhannya tapi juga memberi rasa aman dan nyaman dan tidak kalah penting yaitu menjaga kehidupan rohaninya dekat dengan Tuhan sehingga tidak akan jatuh dalam godaan si jahat. Peranan orang tua adalah memberitahu apa yang baik dan yang ahat, mengingatkan supaya senantiasa melakukan apa yang berkenan dihadapan Allah. Mengetahui yang jahat dan yang tidak baik bukan dengan mencobanya tapi bisa juga dengan belajar dari pengalaman dan literature yang ada, seperti halnya narkoba, miras, seks bebas, tawuran/ kekerasan, judi, pornografi, bullying, hoax dan lain lain, tentu orang tua berkewajiban terlebih dahulu menjaga anak dari pengaruh hal negative dengan memberi pemahaman dan pengertian sehingga anak-anak kita akan menjauhi hal yang tidak baik tersebut. Jika orang tua alpha dalam penjagaan yang dimaksud tentu ketika anak jatuh dalam kesesatan maka orang tua akan dituntut pertanggung jawabannya namun jika sudah melakukan penjagaan dan memberi peringatan dan si anak tetap jatuh dalam kesesatan maka si anak menanggung kesalahannya sendiri.
4. Dalam kaitan hal inilah maka diawal kami sebutkan bahwa anak bukanlah kertas putih karena mereka sudah dengan kekhasannya masing-masing dan tentu saja ketika mereka sudah dewasa akan menjadi pribadi mandiri yang akan mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri jadi ketika seorang anak sesat dan sebelumnya orang tua sudah menjaga dengan baik tentu hal tersebut menjadi pilihan dan tanggung jawab si anak sendiri.
5. Penjagaan yang berlebihan(baca: dimanja) juga akan berdampak tidak baik terhadap perkembangan karakter dan mental anak. Secara psikologis si anak akan menjadi malas, tidak termotivasi dan juga mudah marah jika keinginannya tidak terpenuhi dan pada akhirnya mereka akan tumbuh besar tanpa kematangan emosional dan akan kesulitan mengatasi masalah saat dewasa. Karena itu sebagai orang tua kita harus melakukan tugas penjagaan dengan baik dan benar dalam tuntunan hikmat yang datangnya dari Tuhan. Amsal 1:8-9 “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu dan suatu kalung bagi lehermu”. Tuhan kiranya memampukan setiap orang tua menjaga melindungi anaknya dengan didikan yang akan menadi perhiasan terindah bagi si anak.
Pdt. Erlikasana Purba, M. Th.