Suplemen PA Moria ; Titus 2: 1-8 ; Tgl 30 Mei seh 05 Juni 2021
Bahan : Titus 2:1-8
Tema : Ngkuhi Pengalamen
Tujuan :
- Meteh Pengajaren situhu
- Ngasup nehken pengajaren situhu-tuhu sendalanen ras pengalamen sue ras situasi anak.
1. Ada pribahasa yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga. Karena pengalaman adalah persentuhan langsung panca indra dengan situasi dan kondisi tertentu. Atau pun peristiwa yang langsung dialami seseorang ataupun diri sendiri. Dan sering kali juga kita temukan istilah kurang berpengalaman yang tentu saja berarti belum atau kurang mengalami. Dalam proses belajar tentu dengan mengalami langsung akan membuat lebih paham tapi akan sangat membantu juga ketika seseorang bisa belajar terlebih dahulu dari orang yang sudah terlebih dahulu mengalaminya disebut meneladani. Hal ini juga bermanfaat sehingga kesalahan tidak dilakukan secara berulang.
2. Rasul Paulus memiliki anak rohani yang sangat dia kasihi bernama Titus sekaligus dia adalah rekan kerja yang dapat diandalkan. Titus bukanlah orang Yahudi dan Paulus lah yang membimbing dia mengenal Kristus. Kedekatan Paulus dan Titus digambarkan dalam Tit 1:4, yang menyebutkan bahwa dia adalah anak paulus didalam iman. Dalam suratnya Paulus menugasi Titus untuk meluruskan pengaaran yang tidak benar yang berkembang di jemaat Kreta, karena ditengah jemaat memang rentan berkembang ajaran yang mengacaukan keluarga dan jemaat hanya untuk mendapatkan keuntungan (Tit. 1:11). Pasal 2 yang menjadi bahan perenungan kita adalah cara yang diajarkan Paulus untuk menanggapi ajaran tidak benar tersebut.
3. Paulus mau menekankan pengajaran yang sehat untuk semua golongan dalam jemaat. Semua pihak punya tugas dan tanggung jawab untuk menyatakan ajaran sehat yang berkenan dihadapan Allah.
Ø Laki-laki yang tua : hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
Ø Perempuan-perempuan yang tua : hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur tapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik, mendidik perempuan-perempuan muda.
Ø Perempuan-perempuan muda : mengasihi suami dan anak-anak, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangga, baik hati dan taat kepada suami, agar Firman Allah jangan dihujat orang
Ø Orang-orang muda, dinasehati supaya menguasai diri dalam segala hal dan jadikan dirimu suatu teladan dalam berbuat baik.
Ø Titus (Pelayan), jujur dan bersunggu-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menadi malu, karena tidak ada hal-hal bukruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.
Ø Para hamba, taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tulus dan setia, sehingga Allah dimuliakan.
4. Dapat disimpulkan bahwa Titus harus menanggapi ajaran sesat didalam jemaat dengan pengajaran mengenai hidup yang diperkenankan Allah. Firman Allah harus diwujud nyatakan dalam cara hidup jemaat. Yang tua menjadi teladan hidup yang benar dan sekaligus mengajarkan ajaran yang sehat bagi kaum muda. Namun orang muda juga janganlah hanya menuntut keteladanan tapi juga mengupayakan dirinya menjadi teladan dalam lingkungan pergaulannya.
5. Satu hal yang pasti yaitu bahwa cara yang paling efektif menangkal segala ajaran dan pengaruh yang tidak baik didalam keluarga dan jemaat adalah Titus 2:7 “ Dan jadikanlah dirimu sendiri dalam berbuat baik”
Tidak ada perbedaan antara teori dan aplikasi dalam menjalankan Firman Tuhan. Dan apa yang dialami orang yang lebih tua tentang menjalani hidup dalam kebenaran Firman Tuhan haruslah menjadi pengalaman berharga yang akan di bagikan untuk anak-anak dan orang mudadalam kelaurga dan jemaat.
6. Apa yang dialami dan yang dialami anak mungkin dalam konteks waktu yang berbeda namun perlu dipahami ada nilai yang tdk tergerus zaman yang selalu bisa diteladankan yaitu kebenaran Firman Tuhan. Moria memberi waktu untuk sharing pengalaman hidup didalam Tuhan bersama anak dan orang muda yang ada disekitar. Kesaksian hidup moria janganlah menjadi batu sandungan tapi membangun semangat untuk mengasihi dan menjadi teladan dalam perbuatan baik.
Pdt. Erlikasna Purba, M. Th