Suplemen PA Moria : Ester 4 : 12-17 ; Tgl 21 - 27 Maret 2021

OGEN           : ESTER 4: 12-17

TEMA            : MEGENGGENG NGALAKEN PERBEBEN

TUJUN          : Gelah Moria         : Ngidah cara Ester ngalaken situasi

  Pang muat keputusen i tengah lit perbeben Covid-19

Kitab Ester adalah kitab yang unik karena tidak menyebut nama TUHAN atau ALLAH satu kalipun. Saat membacanya, kita akan bisa melihat bahwa Tuhan tetap berkarya meskipun namaNya tidak disebut. Dalam kitab Ester, Tuhan seperti bekerja di balik layar. Ratu Ester adalah tokoh utamanya. Seorang tokoh perempuan yang dipakai Tuhan melakukan penyelamatan bagi bangsa Yahudi. Ia anak melumang, tapi iangkat jadi anak oleh Mordekhai, janah erkiteken usaha Mordekhai me Ester banci seh jadi ratu. Ibas paksa e Ester enggo tading ibas istana Raja Ahasyweros, tapi identitasna irahasiakenna denga. Bas sada wari Mordekhai ersoal ras Perdana Menteri gelarna Haman, erkiteken la nggit ia erjimpuh i lebe-lebena, nina: ‘Aku kalak Jahudi, aku la banci nembah man manusia.’ Erkiteken si e nembeh ate Haman, la puas iakapna adi Mordekhai ngenca si kena ukumen tapi kerina bangsa Jahudi si tading serap-serap i belang-belang kerajaan e pe harus ibunuh. Ibas situasi enda peran Ester iperluken. Pang entah lang ia membela bangsana. Arah Ester 4: 12-17 banci ibuat piga-piga penekanen si jadi renungan PA:

1) Ester nggit ngukurken kepentingen si nterem

Banci ikataken perbeben kalak Jahudi si nggeluh serap-serap i tengah rakyat kerajaan e lanai mungkin ialami Ester, sebab ia enggo ibas zona nyaman ras zona aman. Tapi nggit ia mengambil resiko demi kepentingen bangsana. Ia la egois. Kalau orang berjuang demi kepentingan sendiri itu hal biasa, tapi kalau orang berjuang demi kepentingan orang lain sama dengan pahlawan. Jiwa nasionalisme Ester sangat kuat, walaupe fasilitas kerajaan Persia, kemewahan uis ras perhiasan ratu banci inikmatina tiap wari, la erbanca ia terlena ras lupa diri. Keleng atena bangsana, emaka nggit ia jadi alat Tuhan guna mereken kebebasen man bangsana.

Renungan: Sejak pandemi Covid-19 banyak orang jadi egois. Menumpuk bahan makanan, menumpuk stok masker supaya harga dijual tinggi, bahkan ada yang menyalahgunakan bantuan sosial. Orang egois hanya memikirkan diri sendiri dan tega mengorbankan orang lain. Sebagai Moria mari kita memiliki jiwa seperti Ester, yang mau berjuang untuk kepentingan orang lain, bukan hanya diri kita sendiri. Hanya dengan tertib melakukan protokol kesehatan kita sudah melindungi sesama kita, mari kita lakukan. Kalau kita mempunyai berkat lebih, mari kita lakukan aksi nyata seperti memberikan sumbangan bagi yang memerlukan.

2) Ester nggit megiken ras ngaloken pendapat kalak (ayat 12-14)

Perkataan Mordekhai cukup tajam bagi Ester, seperti mau mengatakan: janganlah lupa diri, Tuhan sudah menjadikan kamu ratu di kerajaan Persia ini walaupun kamu orang Yahudi, jangan terlalu menikmati zona nyaman, ingat kaum sebangsamu sedang bergumul, jangan cari aman sendiri. Ester adalah seorang ratu di Kerajaan Persia, dimana orang se-istana akan sangat berhati-hati bicara kepadanya. Tapi perkataan Mordekhai, orang yang dia anggap sebagai orangtua masih ia hargai. Ester tidak tersinggung, justru ia menuruti apa yang dikatakan Mordekhai.

Renungan: Sepintar dan setinggi apapun pangkat kita, tetaplah hargai pendapat orang lain. Walaupun kadang kita diberi peringatan yang tajam, kalau itu memang untuk kebaikan maka terimalah masukan dan teguran itu dengan rendah hati. Contoh sederhana ibas pandemi enda mawen la sikap sipake maskerta, atau kita la menjaga jarak, adi itegur ras ipersingeti kalak sideban ula min kita nembeh. Kerina e guna kebaikan bersama.

3) Jangan overthinking! Ada kuasa dalam doa dan puasa (ayat 11, 15-17)

Siapapun yang menghadap raja di pelataran tanpa dipanggil akan dikenai hukuman mati, kecuali raja mengulurkan tongkat emasnya. Logika Ester berpikir bahwa ia sama saja membahayakan nyawa sendiri dengan menghadap raja tanpa dipanggil, dan sudah 30 hari raja tidak memanggil Ester. Ia takut mengambil langkah, karena aturan istana sangat tegas. Awalnya Ester terlalu memikirkan resiko hukuman matinya, bukan fokus pada kemungkinan raja akan mengulurkan tongkat emasnya. Ini yang dinamakan overthinking, yaitu istilah untuk perilaku memikirkan segala sesuatu secara berlebihan. Ini biasanya dipicu oleh kekhawatiran berlebihan sehingga tidak bisa berhenti memikirkan hal tersebut. Tapi dengan lebih mengandalkan Tuhan ada keberanian baru dalam diri Ester. Ia bertekad berpuasa selama  3 hari, dan meminta semua orang Yahudi di kota Susan juga melakukannya, sehingga dalam dirinya ada keyakinan dan keberanian: ‘kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati’. Kenyataannya, di hari ketiga saat Ester menghadap raja, ia mendapat uluran tongkat emas raja, bahkan raja berkata setengah kerajaanpun akan diberikan jika Ester menginginkannya.

Renungan: Kalau kita sedang mengkhawatirkan sesuatu sampai overthinking, itu saatnya kita berserah penuh pada Tuhan, semakin mendekat pada Tuhan melalui doa dan puasa. Puasa adalah menekan segala keinginan diri, agar dapat lebih mendengar keinginan Tuhan. Tidak ada yang bisa memprediksikan kapan pandemi Covid-19 berakhir, kita takut dan cemas, namun jangan sampai overthinking sampai tidak bisa memikirkan hal lain yang lebih penting. Imani bahwa Tuhan tetap bekerja memulihkan keadaan,walaupun saat ini IA bekerja ‘dibalik layar’.

Pdt. Yohana Samuelin br Ginting

GBKP Rg.Samarinda

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate