Suplemen PA Moria : Matius 7 : 24-27 ; Tgl 21 -27 Februari 2021

Ogen: Matius 7:24-27

Tema: Mbangun ibas Palas Si Nteguh

Tujun: Gelah moria/ Agar moria:

Ø  Meteh maka si megiken ras si ngikutken Kata Dibata eme kalak pentar desken kalak si majekken rumah i  babo batu (mengetahuidan melakukan Firman Tuhan adalah orang yang bijakasana yang membangun rumah di atas batu)

Ø  Pang ngalaken tantangan ibas jabu alu megiken ras makeken Kata Dibata (berani menghadapi tantangan/persoalan dalam keluargadengan mendengar dan melakukan Firman TUHAN)

Moria terkasih di dalam Tuhan Yesus,

Palestina secara alami adalah tanah perbukitan dan pegunungan, dan akibatnya, hujan lebat dan banjir bisa dating tiba-tiba. Sungai Jordan setiap tahun meluapdan berbahaya. Aliran yang mengalir melalui perbukitan bisa tiba-tiba meluap karena hujan dan menumpahkan air dalam jumlah besar ke dataran di bawahnya, menyapu segala sesuatu di hadapannya. Rumah-rumah yang didirikan yang dilewati air bah yang tiba-tiba ini — terutama yang didirikan di atas pasir atau fondasi lain yang tidak kuat — tidak kokoh sehingga rumahnya yang ikut disapu air. Aliran yang naik mengguncang sebuah rumah hingga fondasinya dan mengikis alasnya hingga jatuh. Namun, bebatuan ada di sana sebagai fondasi, sehingga rumahnya menjadi kuat dan kokoh

Dengan keadaan ini, Yesus dalam Khotbah di Bukit memakai ilustrasi manfaat dari mendengar dan menaati firman-Nya. Tidaklah cukup hanya mendengarkan FirmanNya; namun harus ditaati. Dia membandingkan orang yang mendengar dan menaati-Nya dengan orang yang membangun rumahnya di atas batu. Memperkenalkan Perumpamaan tentang Dua Pembangun (Matius 7: 21-28), Dia berkata, "Karena itu barangsiapa mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, Aku akan menyamakan dia dengan orang bijak" (ayat 24). Dia kemudian menggambarkan orang bijak ini membangun rumahnya, yaitu, seluruh hidupnya, dibangun di atas batu, yaitu Tuhan Yesus. Sebaliknya, para pembangkang menggunakan material/ pasir yang tidak layak sebagai tumpuan hidup mereka. Yesus menggambarkan seperti orang Farisi saat itu yang tidak percaya pada Tuhan Yesus dan hanya mengetahui serta mengajar Taurat tapi tidak melaksanakanya dengan baik dan benar.  Di bawah ini akan diuraikan penjelasan teks diatas

1.   Fondasi batu menggambarkan apa? Lukas 6:48; Matius 7:24; Ulangan 32: 1-4; Mazmur 18: 2

Lukas menggambarkan tukang bangunan yang bijak itu menggali lebih dalam dan meletakkan fondasinya di atas batu. Batu karang tempat kita membangun adalah Kristus Sendiri. Dalam perumpamaan ini, Kristus mengajarkan kepada kita pentingnya melakukan dan juga mendengar. Dalam uraian-Nya tentang dua pembangun, Dia menilai mereka, tidak hanya dari perhatian mereka dalam membangun rumah mereka, tetapi juga berdasarkan fondasi tempat mereka membangun. Landasan batu melambangkan pemahaman yang benar dan tindakan yang benar — keyakinan dan komitmen sejati yang diwujudkan dalam kesalehan. Hanya dalam ketaatan dan dedikasi pada hubungan pribadi dengan Kristus Batu Karang kita dapat menemukan stabilitas emosional dan spiritual — tanpanya bahkan tujuan kita yang paling berdedikasi terletak pada pergeseran pasir.

2.   Fondasi pasir menggambarkan apa? Matius 7:26; Lukas 6:49; II Samuel 22: 4-5.

Kristus tahu bahwa beberapa orang yang datang untuk membangun akan tertarik pada permukaan pasir yang sudah disiapkan sebelumnya daripada ke situs yang harus digali untuk mencapai batu yang keras dan kasar. Sifat manusia sering memilih apa yang terlihat mudah di permukaan. Tetapi setelah banjir musiman, yang merupakan cobaan dan ujian, pembangun seperti itu tidak akan memiliki apa-apa selain tumpukan reruntuhan. Fondasi berpasir menggambarkan pemikiran dan pilihan-pilihan dunia yang mudah didasarkankan pada pengetahuan palsu. Pasir merefleksikan pergeseran, perasaan tidak pasti yang dimiliki beberapa orang bodoh, satu-satunya landasan yang mereka gunakan untuk bertindak. Rumah ini kelihatan mirip dengan rumah pertama namun rumah kedua ini  berdiri di atas fondasi yang bergeser, dan karena itu pasti akan hancur. Orang yang keputusannya tidak bergantung pada pertolongan Tuhan , orang yang memiliki kebajikan tanpa akar — hidup dalam posisi yang berbahaya. Orang Farisi membangun harapan mereka pada berkat dan hak istimewa, merasa berpengathuan dan menjadi orang pilihan namun tidak percaya pada Tuhan Yesus, yang mengasingkan pikiran mereka dari Batu Karang keselamatan mereka yaitu Yesus Kristus.

3.   Pembangun itu menggambarkan apa? Matius 7:24, 26; Lukas 6: 47-49; Mazmur 111: 10; Yakobus 3: 13-15.

Pembangun yang bijaksana dan bodoh, Kristus menggambarkan dua kategori ini dalam menggambarkan pembangunan sebuah rumah. Kedua rumah tersebut tampak sama menarik dan substansial, tetapi kekuatan dan kestabilannya sangat berbeda. Dalam konstruksinya, bahan dan tenaga kerja yang digunakan serupa, dan kedua rumah tersebut tampak tegak, kokoh, dan bagus. Namun akan terlihat kualitasnya rumah apakah fondasi kuat atau tidak ketika datang hujan, badai dan angin. Seringkali, orang-orang yang tampaknya baik, tampaknya membangun kehidupan mereka dengan baik dan bijaksana dalam hal uang, harta benda, dan keluarga. Semua hal ini tampaknya baik bagi pikiran manusia, tetapi akhirnya bisa menjadi bencana, rapuh dan hancur ketika  fondasi  BUKAN Batu yang kokoh. Rumah ini menggambarkan hidup dan diri manusia/Umat pilihan Allah. Jika manusia membangun rumah mereka berdasarkan batu yang kokoh yaitu Yesus dan FirmanNYa  akan tampak hidup kokoh dengan ketaatan setiap hari, pelayanan, membaca firman, doa dan melakukan firman Tuhan dengan sukacita.

4.   Hujan, banjir, dan angin itu menggambarkan apa? Matius 7:25, 27;; Yehezkiel 13: 8-16; Yakobus 1: 12-18.

Banjir dan angin topan dapat merusak rumah-rumah yang tampaknya kuat dan menghancurkan mereka yang kurang kuat dibangun. Ketika Kristus berkata, "hujan turun," Dia membandingkan waktu pengujian dengan kekuatan hujan badai yang mengancam atap rumah dan ketakutan yang ditimbulkannya. "Banjir datang" menggambarkan arus deras yang menggerogoti tembok. "Angin bertiup" menggambarkan sapuan angin seperti badai yang mengancam dinding rumah. Kekuatan alam gabungan ini mengingatkan kita bahwa elemen spiritual mencoba dan menguji rumah spiritual kita sama seperti Tuhan menguji dan menghukum Israel. Kadang-kadanghujan, banjir dan angin ini datang dengan cara permasalahan, ujian kehidupan, sakit penyakit, penganiayaan, penderitaan, atau godaan — yang semuanya akan mengikis fondasi yang lemah dan tidak kokoh. Kristus menggambarkan bencana yang menimpa rumah yang dibangun di atas pasir sebagai “sangat hebat runtuhnya." Dengan demikian, Dia memperingatkan kita untuk menghindari tujuan yang sama. Pembangun yang bodoh harus memperhatikan peringatan-Nya dan kita hendaknya membangun di atas fondasi Batu yang kokoh, yaitu Yesus Kristus.

5.   Kesimpulan

Jadi sebagai Moria yang bijaksana digambarkan disini sebagai ‘pembangun rumah’, rumah itu adalah hidup dan pribadi kita maka harus membangun hidup dengan percaya pada Yesus dan firmanNya sebagai dasar hidup kita. Moria yang tidak hanya mendengar saja namun Firman Tuhan itu berbuah dalam kehidupan kita. Tampak di dalam kehidupan kita moria sebagai anak-anak Tuhan dengan kualitas sangat baik, tahan uji dan tidak gampang goyah, tidak terbawa arus atau hancur. Walaupun banyak masalah, rintangan dan penderitaan datang yang kadang tidak disangka-sangka, dengan tiba-tiba dalam hidup kita (virus C-19, ekonomi yang tak menentu, kesehatan terganggu, harus dirumah dan menjadi guru bagi anak-anak, baying-bayang maut mengancam setiap saat, berita-berita yang membuat kita stress, dsb), moria hendaknya tetap kuat dan kokoh di dalam penyertaan Tuhan. Tidak menjadi putus asa dan kehilangan harapan. Rumah kita akan tetap berdiri kuat di dalam Tuhan Yesus. Dia akan memyertai dan bersama kita selamanya. Yesus adalah dasar/fondasi kita yang kuat dan tak tergoyahkan.

Melalui teks khotbah Yesus ini, kita berani menghadapi semua tantangan baik dalam keluarga, sosial masyarakat, lingkungan pekerjaan dan dimanapun kita berada. Bukan karena kekuatan kita namun hanya menganadalakan kekuatan dari Roh Tuhan yang dianugerahkanNya bagi kita, moria pasti kuat, mampu berdiri teguh  serta yakin bahwa badai, banjir dan hujan persoalan akan berlalu namun jika belum berlalu kita akan senantiasa diberi kekuatan, ketabahan dan kesabaran dalam menghadapinya. Jadilah moria yang tangguh, beriman pada Batu yaitu Yesus dan selalu taat pada firman dan perintahNya. Hiduplah dalam pertobatan dan taat pada ALLAH. Tuhan Yesus memberkati kita semua

Pdt  Rosliana br Sinulingga

Rg  GBKP Bumi Anggrek

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate