Suplemen PA Mamre : Perbahanen Rasul-rasul 27 : 34-36 ; Tgl 04 - 10 April 2021

Nggeluh Sehat (Pola Hidup Masa Pandemic)

Ogen   : Perbahanen Rasul-rasul 27:34-36

Tema   : Jagai Kesehaten (menjaga Kesehatan)

Tujun   : Gelah Mamre:

1.      Meteh erti pentingna njagai kesehaten (mengetahui pentingnya Kesehatan)

2.      Ngasup njagai kesehaten guna keselamaten ras peningkaten pelayanen di masa pandemic (sanggup menjaga Kesehatan untuk keselamatan dan peningkatan pelayanan di masa pandemic)

KATA PENGANTAR

            Sudah lebih dari 1 tahun lamanya kita hidup di masa pandemic Covid-19. Selama pandemic covid-19, kita sering mendengar salam (sapaan) yang di ucapkan oleh orang lain, yaitu; “SALAM SEHAT”. Istilah salam sehat ini, sebenarnya sudah lama muncul bahkan sebelum masa pandemic. Hanya saja lebih popular pada masa pandemic. Sugesti dari kata salam sehat merujuk kepada kita, agar mementingkan Kesehatan. Baik Kesehatan tubuh, Kesehatan jiwa (pikiran) dan Kesehatan iman. Kadang kala kita mengucapkan salam sehat, tapi pikiran kita tidak sehat terhadap sesama, walau tubuh tampak sehat. Atau kita mengucapkan salam sehat, tapi kita tidak tahu, apakah kita benar-benar sehat. Tubuh, jiwa (pikiran), dan Roh (iman percaya) adalah bagian dari kehidupan kita, jikalau salah satu bagian tersebut tidak sehat, maka akan mempengaruhi system kekebalan imunitas kita.

TAFSIRAN

Dikisahkan terdapat 276 jiwa berada dalam satu kapal yang sedang mengalami pencobaan yang sangat berat saat menempuh perjalanan menuju Roma.  Kapal tersebut terkena angin sakal sehingga terombang-ambing di tengah lautan.  Lebih mengerikan lagi, saat kejadian berlangsung langit dalam keadaan gelap gulita sampai-sampai mereka tidak melihat matahari selama hampir 14 hari.  Begitu dahsyatnya angin sakal dan gelombang laut yang menghantam kapal, orang-orang menjadi tawar hati dan hilang pengharapan.  "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami."  (ayat 20).  Alkitab menyatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).

     Ketika orang-orang sudah sangat pesimistis dan merasa sudah tidak memiliki harapan untuk selamat, rasul Paulus yang kebetulan menjadi salah satu penumpang di kapal itu-, memiliki sikap hati yang berbeda.  Di tengah kepanikan yang hebat rasul Paulus mampu menguatkan orang banyak itu:  "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini."  (Kisah 27:22).  Dengan penuh iman ia berkata, "Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya."  (Kisah 27:34b).

Rasul Paulus mengerti apa artinya tabah. Dalam pelayaran menuju Roma untuk menghadapi persidangan karena imannya kepada Yesus, Paulus mengetahui dari malaikat bahwa kapalnya yang diamuk badai akan tenggelam. Namun, Paulus tetap memberi semangat kepada semua orang yang bersamanya di kapal itu. Paulus menyuruh semua orang di kapal untuk makan karena “hal itu perlu untuk keselamatan mereka” (ayat 33-38). Normal menghadapi situasi tantangan kesulitan yang berat dalam hidup kita, kita lupa makan. Mau makan pun juga susah, tidak ada keinginan. Kita lihat manusia di tengah stress situasi kapal itu mereka tidak makan sampai empat belas hari lamanya tidak rasa apa-apa. Tetapi makan tidak makan, kamu juga tidak bisa merubah apa-apa; kamu tetap berada di atas kapal terombang-ambing. Namun ini yang penting dan perlu kita perhatikan, Paulus bilang makanlah karena ini perlu untuk keselamatanmu. Mungkin mereka berpikir, “buat apa makan? Toh sebentar lagi kita semua akan mati”. Makan, karena engkau perlu itu untuk keselamatanmu. Tuhan sudah janji untuk menyelamatkan mereka. Mereka hanya perlu satu hal: siap-siap berenang dan berjuang untuk bisa hidup. Mau berenang, engkau perlu kuat. Mau kuat, engkau perlu makan. Tidak selamanya Tuhan mengerjakan segala sesuatu untuk kita; tidak selamanya Tuhan angkat kita dengan cara ajaib mengeluarkan kita dari kesulitan itu. Tetapi bisa jadi Tuhan bekerja MELALUI kita, melalui segala kekuatan yang Tuhan beri kepada kita. Tetapi pada saat kita perlu “berenang keluar dari kapal yang karam itu” kita mungkin tidak selamat kalau kita tidak punya kekuatan untuk berenang sampai ke pantai. Itu sebab Paulus bilang, kita semua perlu makan. Tidak punya nafsu makan? Jelas tidak ada nafsu makan. Tetapi dengan Paulus memecah-mecahkan roti di hadapan mereka semua, mengucap syukur kepada Allah, itu menjadi satu kesaksian yang indah, lalu dia makan sehingga orang lain menjadi kuat hatinya dan juga ikut makan.

APLIKASI

Senina-senina Mamre, ketika melapetaka datang, kita cenderung mengharapkan Allah akan segera membereskan semuanya. Namun, Allah memberikan iman agar kita tetap tabah, bertekun, dan bertumbuh. Paulus menulis kepada jemaat di Roma, “Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan (ketabahan dalam terjemahan lain)” (Roma 5:3). Kita yang mengetahui hal tersebut dapat menguatkan satu sama lain untuk tetap mempercayai Allah di masa-masa sulit. Di masa pandemic Covid-19, kita terkadang lebih memikirkan hal-hal yang buruk dari pada yang baik, lebih memikirkan hal negative yang terjadi pada kita dari pada hal yang positif. Terkadang muncul kepanikan yang berlebihan dari diri kita. Panik adalah serangan takut mendadak dan membuat kita sulit berpikir tenang. Biasanya, hal ini terpicu oleh sebuah situasi genting, mengancam, dan muncul tiba-tiba. Dalam keadaan seperti ini, kita kerap bertindak di luar akal sehat dan menjadi tidak tenang. Dari pengalaman Paulus, kita melihat kekuatan firman Allah. Firman Allah bisa menyalurkan energi penenang saat kita menghadapi masalah. Ia mampu membuat kita tabah dalam mengatasi masalah di tengah situasi genting. Bukan hanya menolong diri sendiri, firman Allah juga mampu menguatkan orang lain. Nast kali ini mengajak kita menghayati dan menghidupi firman Allah. Bahwa harus ada keseimbangan antara tubuh, jiwa dan Roh dalam diri kita agar kita bisa merasakan kesehatan yang prima. Kesehatan yang prima dimaksudkan yaitu (tubuh pikiran dan Iman). Persekutuan dalam Gereja menjadi akses kita untuk mendapatkan Kesehatan tersebut. Kegiatan gereja memfasilitasi kita untuk share mengenai beban hidup kita, saling memberikan solusi, saling mendoakan (Galatia 6:2, 10). Maka berkat Tuhan akan mengalir bagi kita dalam saling menjaga Kesehatan.

 Pdt. Anton keliat

Runggun Semarang.

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate