Suplemen PA Mamre : Efesus 5 : 25 -30 : Tgl 11 –17 Oktober 2020
“Mengasihi Isteri” (HUT 36 Tahun Moria GBKP)
Efesus 5:25-30
Tujuan PA : 1. Mempelajari cara Yesus mengasihi jemaat
2. Mengasihi isteri seperti Yesus mengasihi jemaat
Ada sebuah tulisan bijak mengatakan, "Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Bukan dari pundak untuk jadi beban. Bukan dari kepala untuk jadi atasan. Bukan dari kaki untuk jadi bawahan. Bukan dari tangan untuk jadi mainan. Tapi dari tulang samping untuk jadi pendamping, dekat dengan tangan untuk dapat dilindungi, dekat dengan hati untuk disayangi dan dekat dengan jantung untuk kehadirannya dapat dihargai" (anonim). Melalui tulisan ini, kita menyadari bahwa kehadiran isteri dalam rumah tangga harusnya menjadi sebuah sukacita bagi seluruh anggota keluarga. Terlebih dengan menyadari bahwa hubungan suami isteri adalah hubungan untuk saling mendampingi, melengkapi, menyayangi, melindungi dan menghargai.
Siapa yang tidak mau dikasihi? tentunya semua manusia merindukan kasih sayang. Karena tanpa kasih, kehidupan akan terasa hampa tidak bermakna, kehilangan rasa. Sebagian besar orang yang kurang atau bahkan tidak merasakan kasih sayang dalam hidupnya, akan menjadikan kepribadiannya menyimpang (keras hati, kurang berempati, mudah tersinggung dan kecewa, cepat marah, mendendam dsb). Oleh sebab itu mengasihi sangatlah penting sebagai tindakan "saling" khususnya di antara pasangan hidup. Agar satu dengan yang lain dapat memberi kebaikan yang juga dilihat dirasakan orang disekitarnya sebagai kesaksian hidup.
Surat Paulus kepada jemaat Efesus kali ini, merupakan bagian surat yang menekankan nasihat pengajaran tentang hubungan suami isteri. Dimana hubungan tersebut harus didasari pada kasih Kristus. Paulus memberi nasihat agar kasih yang terjalin bukan semata-mata pemuas nafsu kedagingan, bukanlah suatu beban berat yang dianggap sekedar kewajiban. Sehingga hanya terbatas status, waktu atau situasi tertentu. Melainkan ikatan suami isteri berlandaskan kasih sempurna, seperti Kristus telah lebih dulu mengasihi seorang suami dan isteri pribadi lepas pribadi.
Firman Tuhan ini disampaikan Paulus sebagai perintah yang menentang tradisi dan kebiasaan yang merendahkan isteri (dianggap sebagai budak suami). Suami dan isteri memiliki relasi yang setara sederajat. Namun, relasi tersebut bukan merupakan relasi gender namun relasi fungsi. Terlebih di dalam Tuhan, baik suami atau isteri haruslah saling mengasihi, menghormati, menghargai dan saling melayani. Karena Kristus telah memberi teladan kasih, di tengah jemaat. Kasih Kristus tidak membeda-bedakan siapaun. Seseorang yang hidup dalam kasih Kristus juga dimampukan melakukan tugas, kewajiban dan fungsi sosialnya dengan hati sepenuh (bukan terpaksa atau tertekan). Begitu pula mampu menghargai keberadaan orang lain dan memandangnya sebagai rekan untuk saling mengasihi. Misalnya seorang suami yang telah hidup dalam kasih Kristus, pastilah dapat menghasihi isterinya seperti mengasihi dan menghargai dirinya sendiri. Terlebih saat mengingat bahwa isteri adalah penolong baginya yang diberikan dan diberkati Tuhan untuk bersama menikmati berkatNya.
DalamrangkamemperingatiHUTMoriaGBKP,makaMamretentunyasiapmemberikanhadiahyangterbaik.Agardapatselalumenjadirekanbertumbuhdalamkasihdaniman,khususnyauntukmembangunkehidupankeluargayangtakutakanTuhan.Hadiahterbaiksalahsatunyaadalahdengansetiadalamkasihsayangyangditeladanidari kasih Kristus.
Membangun dan mengisi kehidupan berumah tangga dan berkeluarga, tidaklah mudah. menyatukan dua kepala menjadi satu membutuhkan proses panjang dan tidak berhenti belajar. Dalam relasi ini pasti ada saatnya seseorang akan menemukan kesalahan orang lain. Namun jika kita telah mengenal kasih Kristus dan mau hidup didalamnya, maka kekurangan seseorang yang bisa membuat kita merasa kecewa, marah atau sedih, tidak akan merubah kasih mula-mula khususnya dalam hubungan suami dan isteri. Artinya kita memberi diri untuk menerima kesalahan. Tidak ada yang tidak melakukan kesalahan. Juga mau bersama belajar menjadi lebih baik dari kesalahan yang ada.
Zaman sekarang banyak sekali godaan dan tantangan yang dapat mengubah kasih diantara pasangan. Kadang ada rasa bosan, jenuh, perasaan yang terpendam. Apalagi godaan dari luar, menawarkan kenikmatan sesaat seperti perselingkuhan, seks bebas, narkoba, judi, korupsi dll, Perasaan, karakter dan kebiasaan buruk tersebut dapat merusak citra kasih Kristus dalam rumah tangga. Oleh sebab itu ingatlah betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan kita. Memberi berkat dan penolong, bukan hanya materi, kesehatan tapi juga kehadiran seorang isteri. Keberadaan isteri dalam kelebihan dan kekurangannya pandanglah sebagai cara Tuhan memberkati seorang suami sebagai Mamre GBKP. Mau belajar untuk tetap mengasihi, menerima satu dengan yang lain seperti kasih Kristus bagi jemaat. Amin.
Pdt Deci Kinta br Sembiring
Rg GBKP Balik Papan