Kebaktian Jumat Agung : Markus 15 : 21-32 ; Tgl 19 April 2019
Jumat Agung
Invocation : Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.(1 Koritus 2 : 2)
Khotbah : Markus 15:21-32
Tema
Yesus Tergantung di Kayu Salib
I. Pendahuluan
Jumat Agung adalah satu peristiwa yang sulit Kita bayangkan, sebab biasanya orang yang bersalah berat (keriminal berat) yang mendapatkan hukuman seperti Yesus, namun Yesus di salibkan bukan oleh kriminal, dan bukan perbuatan yang melanggar hukum, namun justru Ia melakukan perbuatan baik menolong, melayani dan mengajarkan kebenaran Allah. Ia di bunuh lewat perbuatan yang tidak manusiawi (bandingkan Luk 23:14-15). Tapi semuanya kejadian yang di perhadapkan pada Yesus itu adalah sesuai dengan apa yang di nubuatkan tentang Dia, Dia akan disiksa dan mati di kayu salib. Tindakan ini lah yang hingga saat ini suatu perbuatan aneh dan konyol, bagi orang yang tidak percaya itu adalah suatu tindakan yang aneh, sehingga lewat peristiwa penyaliban itu kita dan dunia tau bahwa keselamatan itu punya nilai yang mulia dan tinggi. Dan tidak akan ada di bumi ini merelakan dirinya untuk dikorbankan dikala ia melakukan kebaikan tentunya hanya Yesus. Kesaksian tentang kematian Yesus itu sungguh luar biasa, diantaranya sang prajurit yang berjaga-jaga disaat Yesus tergantung. “sungguh, orang ini adalah orang benar”. Maka mereka memuliakan Allah (Lukas 23 : 47)
II. Uraian Nats
Secara jasmani Yesus kelelahan dan berkali-kali ia terjatuh, sebab beban kayu salib teramat berat, dan juga saat itu Yesus sudah hampir kehabisan darah oleh karena badannya tercabik-cabik akibat dari pada cambukan, maka ia dibantu untuk memikul salibnya, yakni simon dari kirene. Ternyata derita itu tidak cukup hanya di sesah dan di olok-olok, begitulah kejinya perbuatan sesama anak bangsa (Yahudi). Namun Yesus tiada melawan, walaupun ia punya kuasa untuk memanggil Malekatnya (Mat 26:53). Dan bukit golgota yang disebut bukit tengkoraklah tempat penyaliban Yesus, dan ke bukit itulah simon dan Yesus memikul salib, tiada belas kasihan sang algojo dan prajurit-prajurit romawi yang akan melaksanakan tugas keji itu, dan di saksikan orang banyak. Dan tidak cukup hanya di sesah adn di olok-olok, namun ia juga memberi anggur, mungkin untuk menghilangkan rasa sakit, namun Yesus menolak, sebab dia tidak pernah mengeluhkan tentang deritanya, sebab ia disertai kasih Allah. Dan ternyata Yesus tidak lagi mengenakan jubah, dari itu jubahNya juga menjadi rebutan sang algojo, maka harus di lakukan pengundian, untuk siapa yang akan memiliki jubah itu.
Sebenarnya mereka juga mengakui bahwa Yesus itu Raja orang Yahudi, hal ini terlihat tulisan yang ada pada kayu salibNya, namun ini juga kan penghinaan bagi orang Jahudi sendiri, sebab RajaNya tergantung sebagai orang tidak berdaya, dan bagi Yesus adalah biasa sebab menulis adalah pasukan romawi. Sebagai raja orang Jahudi maka dia dihukum, disini terlihat bahwa orang jahudi kalah, ditaklukan penguasa (iblis), begitulah gambaran orang Jahudi saat iitu, orang berbuat baik justru di salibkan, dan selalu di suguhi berita bohong tentang Yesus. Namun Yesus tetap tabah dan semuanya dia perhadapkan pada BapaNya, sebab dia telah melakukan semua apa yag di kehendaki BapaNya, (melakukan kehendah Allah)
Ternyata saat ia tergantung di kayu salib, ikut juga bersama dia penjahat yang disalibkan di kanan dan di kiriNya, Hal ini menunjukan kepada dunia bahwa Yesus itu sejajar dengan penyamun itu, sebagai orang yang di sejajarkan dengan penjahat itu, maka muncul olok-olokan/ejekan dari orang –orang yang lewat dari bukit tengkorak itu dengan hinaan “engaku yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali tiga hari” (ay 29b). dan turunlah dari salib itu dan selamatkanlah dirimu (ay 30). Dan tidak cukup sampai di situ, namun para imam-imam kepala bersama ahli taurat mengolok-olokan dia.
Hinaan yang paling menyedihkan dari imam itu, baiklah Mesias Raja Orang Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya. Aneh bukan, justru dia melecehkan kata Mesias itu, mereka tidak sadar bahwa mereka juga menista agamanya sendiri. (ay 32)
Begitulah perjalanan akhir hidup Juruslamat itu, demi keselamatan dunia ini. Semuanya ia tahankan, dan tiada keluhanm tiada jeritan dan tiada hujat dan cacian
III. “Pengorbanan untuk menyelamatkan kita”.
a. Sejarah penyaliban Yesus adalah suatu peristiwa yang belum dan tidak akan terjadi lagi, cukup hanya pada Yesus
b. pengorbananNya mengingatkan agar tetap mendorong kita untuk terus melaksanakan tugas panggilan walaupun terkadang ada tantangan, dan jadikan tantangan itu menjadi tentengan. [keberhasian injil]
c. penyaliban itu bukanlah terus menerus jadi penghinaan, namun lewat salib itu injil kristus di tekuni oleh manusia di dunia ini
Selamat Jumat Agung
Pdt Andarias Brahmana
(Ketua Klasis Jakarta Kalimantan)