Khotbah Mazmur 150:1-6, Minggu 03 April 2016

Invocatio    :
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam  kumpulan pencemooh (Mazmur 1:1)
 
Bacaan    :
Yohanes 20:19-31
 
Thema    :
Pujilah Tuhan Hai Semua yang Bernapas
 
Pendahuluan
Lirik lagu anak sekolah minggu: anak monyet di atas pohon, anak cacing di dalam tanah, anak burung di dalam sangkar.. anak Tuhan di dalam gereja.. dsb. Jikalau kita pikirkan apakah sebenarnya makna dari lirik lagu tersebut? Apakah hanya yang di dalam gereja saja yang disebut anak Tuhan? atau bagaimana?
 
Pembahasan
Mazmur 150 ini merupakan mazmur yang diawali dan diakhiri dengan pujian “Pujilah Tuhan”. Orang Yahudi menyebut kitab ini Tehilim, yang berarti puji-pujian. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam setiap ibadah mereka diawali dan diakhiri dengan pujian kepada Tuhan. Di dalam perikop telah kita lihat bahwa umat diajak memuji Tuhan melalui penggambaran Allah itu sendiri, yakni tempat maha kudusNya, cakrawalaNya yang kuat, keperkasaanNya dan kebesaranNya yang hebat (ayat 1-2). Di sini pemazmur menempatkan dirinya bukan siapa-siapa di hadapan Tuhan dan hanya Tuhanlah yang pantas untuk mendapat pujian yang begitu luar biasa.

Tempat maha kudusNya menunjukkan bahwa tak seorangpun dapat menghampiri tempat itu, selain daripada Allah sendiri. Lalu cakrawalaNya yang kuat menunjukkan bahwa cakrawala buatan Tuhan begitu kuat. Ada begitu banyak isi daripada alam semesta ini dan berbagai hal terjadi di dalam dunia ini, tetapi cakrawala tersebut masih tetap saja sebaimana adanya. Selanjutnya, dikatakan pujilah Dia karena keperkasaan dan kehebatanNya. Di sinilah pemazmur menyadari bahwa tiada yang lebih hebat dan kuat selain daripada Allah bahkan diriNya sendiri tidaklah apa-apa di hadapan Allah.

Lalu, pada ayat 3-5, umat diajak memuji Tuhan dengan diiringi semua alat musik yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang memperoleh penghormatan yang demikian. Dengan kata lain, semua alat yang diciptakan manusia, terlepas dari alat musik saja, hendaknya memuji Tuhan. Hal ini juga menuntut manusia dan segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, itu juga bertujuan untuk memuliakan Allah.

Selanjutnya, pada ayat 6, semua mahkluk diajak untuk bergabung bersama untuk memuji Tuhan. Di sinilah terlihat keyakinan iman pemazmur bahwa segala yang ada berasal daripada Allah dan semua ciptaan itu memiliki tujuan yang pada akhirnya mengkrucut menjadi satu, yakni memuji Tuhan. Di inilah terdapat inti kosmogoni yang sesungguhnya, bahwa yang terutama bukanlah ciptaannya, melainkan penciptanya. Jelas bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang bermartabat, yang berbeda dari yang lain. Akan tetapi dalam hal ini, bukan menjadikan manusia itu sombong atau melihat ciptaan yang lain menjadi kecil, sehingga manusia seolah menjadi raja ataupun penguasa atas ciptaan yang lainnya. Manusia jelas hanyalah ciptaan! Tidak lebih! Semua ciptaan diciptakan memiliki kegunaan dan tujuannya masing-masing.  Tidak ada seorangpun manusia yang memiliki kekuatan yang menyamai Allah. Dengan demikian, tidak boleh ada orang yang bermegah diri atau ingin sekali agar dirinya menjadi puji-pujian ataupun yang terutama dan pertama.

Sebagaimana tadi lirik lagu sekolah minggu, anak monyet di atas pohon, dsb, menujukkan bahwa semuanya ciptaan itu ada oleh karena seizin Tuhan, dan keberadaan mereka untuk menunjukkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Bayangkan saja, jika ayam tidak ada, tentu kita tidak akan pernah mengenal ayam, apalagi memakannya. Artinya dengan adanya ayam juga menunjukkan kebesaran dan keperkasaan Tuhan, sekalipun  kegunaan ayam itu untuk membantu kelangsungan hidup manusia dan masih banyak yang lainnya.

Jemaat, yang dikasihi Tuhan,   sebagaimana bacaan kita tadi, bahwa Yesus tampil di hadapan murid-murid dan memperlihatkan bahwa IA tidak mati, menunjukkan kepada kita hanya Dialah Tuhan, dan hanya Dia yang dapat melalukan hal yang demikian, tidak seorang pun dapat melakukannya.
 
Sekali lagi, bahwa hanya Yesus, Dia yang dapat melakukan hal yang demikian. Dia yang disalib, mati, bangkit dan hidup. Maka memang layaklah mazmur itu dinyanyikan kepada Yesus yang adalah Allah, di hari kebangkitanNya. “Haleluya, Pujilah ALlah” semua yang bernafas pujilah Dia. Kemenangan Yesus bukan hanya untuk manusia saja, tetapi seluruh alam semesta juga terbebas dari kuasa belenggu dosa. Oleh karena itu, semua yang bernafas pujilah Dia.
Akhirnya, jika kita mendengar gemuruh, petir, halilintar dan sebagainya, jangan hanya rasakan ketakutan saja, tapi mari rasakan bahwa betapa hebat Tuhan kita yang mampu melakukan itu semua. Bahkan burung, lembu, kambing, saja mampu bertegur sapa dengan bahasa mereka mereka. Indah bukan...
Haleluya, Pujilah Tuhan. Amin.
 
Pdt. Andreas Joseph Tarigan S.Th, M.Div
Runggun Harapan Indah
 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate