Khotbah Filipi 3:17-4:1, Minggu 21 Februari 2016

Invocatio    :
Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. 1 Yohanes 5 : 9

Bacaan    :
Kejadian 15 : 1 – 12; 17 - 18

Thema    :
Berdiri Teguh (Tetap Ibas Kristus)
 
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebuah pertanyaan kecil ingin saya sampaikan pada saat ini… Secara logika, adakah orang yang merasa bahwa pada saat ia mengatakan sudah cukup puas dengan capaian kehidupannya; tidak akan menginginkan ada lagi yang bertambah lagi dalam hidupnya, atau bila ada yang ditambahkan dalam kehidupannya maka ia akan menolaknya. Sepertinya akan sangat sulit untuk menemukan sosok orang yang seperti itu, karena manusia senantiasa hidup dengan apa yang disebut dengan “KEINGINAN”, dan yang namanya keinginan akan tetap hidup seiring dengan kehidupan manusia itu sendiri. Bahkan ada banyak ungkapan-ungkapan yang terkadang menggambarkan ketidaksesuaian dari kenyataan atau realita dengan keinginan. Contohnya, ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai, seperti pungguk merindukan bulan, bahkan yang agak nyeleneh seperti nafsu besar tenaga kurang. Ini semua menunjukkan betapa “keinginan” dalam kehidupan manusia itu bersifat tak terbatas dan tak pandang situasi.

Bila kita mengaitkan dengan keberadaan keimanan kita, alangkah luarbiasanya bila dalam perjalanan kehidupan kita, pengenalan akan Tuhan, pengertian akan Tuhan dan penyerahan hidup kepada Tuhan juga tidak pernah berhenti. Seperti Rusa rindu sungai, demikian jiwaku rindu akan Engkau… demikian sebuah ungkapan dalam Alkitab.

Saudara/i dalam kasih Kristus,
Khotbah minggu ini akan diawali dengan sebuah proses kehidupan keberimanan yang ditunjukkan oleh orang yang disebut dengan Bapa Orang Percaya yakni Abraham yang pada saat itu masih bernama Abram. Apa yang bisa kita pelajari dari cerita Abram dalam perikop bacaan pertama kita. Memang kita bisa melihat bahwa pada akhirnya Allah “menganugrahkan” gelar tersebut padanya. Tapi, apakah kita melihat ada proses peneguhan yang membuat pada akhirnya Abram bisa percaya pada “janji Allah”. Tentu ada, ada sebuah pergulatan antara realita dan janji yang disebabkan situasi yang dihadapi oleh Abram adalah sebuah situasi dimana dunia mengatakan bahwa tidak akan mungkin “Janji Allah” akan terwujud mengingat kondisinya tersebut. Ia sudah tua, istrinya juga sudah tidak memungkinkan lagi untuk bisa mengandung. Namun di sisi lain, yang bericara padanya bukanlah sosok biasa, tapi sosok yang tiada bandingnya yaitu Allah. Allah yang menyuruhnya untuk meninggalkan kampong halamannya. Allah yang selama ini menjadi sosok yang sangat diagungkannya.  Perseteruan antara realita dan janji itu pada akhirnya dimenangkan oleh Percaya pada Janji itu. Pointnya, dalam menentukan sikap apakah Tuhan ada dan peduli kepada kehidupan kita; bisa saja kita diperhadapkan pada situasi yang mungkin sama tapi tak serupa dengan Abram. Artinya, pikiran kita, dan juga persepsi kebanyakan mengatakan maka tidak akan mungkin. Namun di sisi lain, yang menyatakan bahwa Ia akan menyertai kita sampai sepanjang jaman itu kan Tuhan Allah. Tuhan Allah yang sepanjang sejarah Alkitab senantiasa menunjukkan bahwa Ia tetap ada dan berpihak pada orang-orang yang percaya. Pergulatan seperti inilah kita harusnya mampu mengambil keputusan bahwa Tuhan Allah yang harus dimenangkan, walau sepertinya hal itu tidak mugkin. Namun sekali lagi…. TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN

Saudaraku dan Saudariku…
Selanjutnya, pada bagian bacaan selanjutnya, ada dua hal penting yang hendak diungkapkan oleh Paulus. Yang pertama Penekanan akan identitas pengikutnya sebagai warga istimewa… bukan sekedar warga biasa tapi Warga Surga. Lalu yang kedua, penekanan untuk hidup tidak mengikut keinginan daging. Yang menjadi sorotan paulus adalah realita kehidupan yang ada di hadapannya dimana begitu banyaknya orang yang menganggap bahwa keinginan daging adalah tuhan dalam kehidupannya. Mengejar, memuaskan diri dengan upaya mencapai keinginan dengan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran tidak masalah bagi mereka. Hidup cemar di mata Tuhan, juga bukan hal yang patut diperdulikan. Rasa malu dikalahkan oleh keserakahan dan kehidupan yang benar di hadapan Tuhan…. jauhhhh. Mungkin bila kita gambarkan dalam bayangan kita, seperti apa bentuk kehidupan mereka…..jangan-jangan seperti kebanyakan jemaat kita saat ini. Dimana, kehidupan saleh dan taat bukanlah prioritas dalam dirinya, bergereja, bersekutu adalah bagian kehidupan yang akan dilakukan apabila tidak menghalangi pengejaran akan nilai2 duniawi..  Yang utama adalah harta, tahta dan kuasa. Kepuasan diri tidak ditentukan oleh kedekatan hidup kepada Tuhan. Inilah yang disoroti oleh Paulus.

Paulus merasa sangat sedih melihat situasi yang ada tersebut dan dia sangat merindukan agar pengikutnya tetap hidup pada ajaran yang pernah diajarkannya pada mereka. Ia menekankan bahwa tujuan hidup yang sempurna bukanlah dunia tapi Surga. Memang manusia belum akan ke sana sebelum kedatangan Yesus. Untuk itulah ia berupaya untuk “menyadarkan” para pengikutnya agar tidak mengikut pola hidup yang jauh dari keinginan Tuhan dan menjadikan keinginan daging menjadi target hidup.

Saudara-saudari jemaat kekasih Tuhan,
Dua sosok yang dihadirkan pada khotbah Minggu ini adalah “orang-orang yang Menang”. Orang-orang yang dalam kehidupannya mengalami proses kehidupan yang pada akhirnya menjadikan Hidup dan Percaya pada Tuhan adalah Pilihan Hidup yang tidak akan tergoyahkan lagi. Dua sosok ini diperhadapkan pada Janji Tuhan Allah, dan dua sosok ini memilih untuk Percaya pada Janji itu. Apakah ada tantangan? Kembali pada dua ulasan tadi, tantangan itu pasti ada…. Namun tantangan itulah yang dijadikan sebagai alat pendewasaan bagi keduannya untuk pada akhirnya tidak goyah.
Artinya, mengikut Tuhan, Percaya pada Tuhan, Setia pada Tuhan bukanlah perkara mudah. Akan banyak yang akan kita hadapi ketika kita menjalaninya. Bisa dari diri sendiri, orang-orang terdekat, lingkungan, sakit penyakit, dan segala macam penyakit2 dunia isa saja silih berganti mencoba menjatuhkan kita agar kita menjadi Orang Gagal. Lihat kembali pada bagian pengantar khotbah ini bahwa rasa puas tidak akan pernah berhenti. Namun diakhir khotbah ini mari kita menoleh pada perkataan Paulus yang mengatakan : Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!    Jangan pernah jauh apa lagi meninggalkan Yesus dalam kehidupan kita. Amin.

Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
        081361131151
 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate