Suplemen Bimbingen Khotbah Pekan Doa Wari VI, Tgl. 22 Mei 2015
Bacaan I : Matius 5: 13-16; Khotbah : Mazmur 85: 9-14
Pendahuluan
Kitab Mazmur adalah kumpulan dari 150 nyanyian, doa, dan syair yang berisi pujian, doa minta pertolongan, rasa suka dan duka, keputusasaan dan pengharapan, dsb. Mazmur-mazmur ini digunakan dalam ibadah umat Israel di Bait Allah. Kitab Mazmur memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan Allah hadir dalam setiap masa kehidupan kita. Segala yang kita lakukan dan rencanakan dalam hidup, secara pribadi maupun komunal (gereja), haruslah mengarah semata-mata untuk kemuliaan Tuhan.
Pembahasan
Mazmur 85 kemungkinan ditulis saat orang Israel kembali ke Yerusalem setelah pembuangan di Babel. Ketika itu umat berupaya membangun kembali kota dan Bait Allah. Akan tetapi muncul permasalahan sehingga pembangunan Bait Allah terhambat. Bagi umat Israel, ini sebuah wake up call bahwa sekalipun Tuhan telah mengizinkan mereka kembali ke Yerusalem, ada yang harus dibenahi dalam perbuatan mereka. Ia meminta Allah penyelamat untuk memulihkan keadaan. Pada ayat 9 pemazmur menyatakan bahwa ia mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah. Firman Allah yang hidup haruslah menjadi fokus utama ketika umat melakukan pekerjaan Tuhan, dalam hal ini membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Allah. Ketika mengalami hambatan, pemazmur mengarah kembali kepada Allah yang berfirman. Ia percaya bahwa Tuhan Allah menjanjikan adanya damai dan kesejahteraan. “Ia menjanjikan kesejahteraan kepada kita, umat-Nya, asal kita tidak kembali kepada dosa.” (ayat 9, terj.BIS). Damai dan sejahtera akan diberikan Tuhan kepada umat dan orang-orang yang dikasihi-Nya. Yang harus ada dalam diri umat adalah jera (tidak kembali kepada kebodohan/dosa) dan takut akan Tuhan. Jika demikian, Tuhan akan melimpahkan segala yang baik: keselamatan dari pada-Nya, kemuliaan, kasih dan kesetiaan, keadilan dan damai sejahtera (ay. 10-11). Tuhan akan memberikan segala yang baik kepada umat dan kepada negeri orang Israel. Akan ada pemulihan karena Tuhan itu adil. Keadilan akan berjalan di depan Tuhan. Keadilan menurut pemahaman umum saat ini biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, yakni berhubungan dengan pembagian yang merata atau tidak, atau ganti rugi yang cukup pantas atau tidak, bahkan hukum yang ditegakkan. Dalam pemahaman Alkitab, keadilan Tuhan lebih dari sekedar itu. Keadilan Tuhan bukan semata-mata tentang penegakan hukum, tetapi juga hidup dalam relasi kasih dan kepedulian. Segala aturan yang Tuhan berikan kepada umat adalah untuk menjaga hidup umat-Nya agar tetap sesuai dengan apa yang baik menurut Tuhan. Umat Israel sebagai bangsa yang dipilih Tuhan, menjadi model/contoh bagaimana Tuhan mendidik umat-Nya. Jika mereka mengikuti perintah Tuhan, Tuhan akan memberkati dengan memberi kesejahteraan. Jika mereka meninggalkan Tuhan, Tuhan akan memberi hukuman kepada mereka. Semua ini tetap menunjukkan bahwa Tuhan mencintai umat-Nya. Pemazmur percaya bahwa jika umat mendengarkan apa yang difirmankan Tuhan, akan terjadi pemulihan.
Aplikasi
Renungan tentang umat Israel yang mengharapkan pemulihan dari Tuhan mengantar kita untuk berdoa bagi program-program pelayanan GBKP, baik di Moderamen, Klasis, dan juga Runggun. Kita perlu menyadari beberapa hal:
Berdoa adalah berkomunikasi dengan Tuhan. Berkomunikasi bukan hanya berbicara tetapi juga mendengarkan. Ada kalanya dalam doa kita terlalu banyak kata-kata sehingga kita tidak memberikan bagian untuk hening dan tenang untuk mencari keteduhan hati dalam berdoa. Janganlah kita terlalu sibuk berkata-kata dalam doa, meminta ini dan itu, tetapi justru karenanya kita tidak mendengar jawaban Tuhan atas doa kita. Kita perlu membangun kepekaan diri dan batin akan Allah yang berbicara, melalui hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan yang dibangun terus menerus setiap waktu.
Coba secara pribadi kita cek “Menu Saat Teduh” kita, umumnya meliputi bernyanyi, berdoa, baca Alkitab. Adakah waktu untuk merenung? Mungkin ada. Adakah waktu untuk merasakan keteduhan bersekutu dengan Allah? Jarang. Mari kita tambahkan waktu teduh untuk merasakan kedamaian dan keteduhan hati saat kita menghadap Allah secara pribadi.
Gereja yang berjalan sesuai kehendak Tuhan akan menerima damai dan sejahtera dari Tuhan. Jika ada masalah dalam menjalankan program sehingga kehilangan damai dan sejatera, gereja harus introspeksi diri. Sudahkah pelayanan gereja mengarah dan bertujuan bagi kemuliaan Tuhan? Kita melayani untuk membuat orang lain merasakan kasih dan berkat Tuhan, dan kita adalah penyalur kasih dan berkat itu, bukan sumbernya. Bacaan Matius 5: 13-16 mengingatkan kita untuk menjadi garam dan terang, ayat 16 katakan: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Saat program pelayanan gereja sukses, pujian dan kemuliaan hanyalah untuk Bapa di sorga. Semua pelayan-pelayan-Nya bersukacita untuk itu. Mari kita doakan agar semua pelayan Tuhan di GBKP tetap melayani (menyusun dan menjalankan program) dengan semangat memuliakan Tuhan.
Seringkali kita mendengar ungkapan: “Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi Dia beri apa yang kita butuhkan.” Ini benar tapi biasa. Invocatio Yohanes 15: 7: “Jikalau kamu tinggal di dalam aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Bapa di sorga akan memberikan apa yang kita kehendaki, berarti keinginan kita. Tetapi syaratnya tidak mudah, kita harus tinggal di dalam Tuhan dan firman Tuhan tinggal di dalam kita. Jika kita sudah hidup sedemikian, maka kehendak/keinginan kita adalah selalu melakukan yang baik di mata Tuhan, bukan lagi keinginan daging. Mari kita berjuang untuk hidup bersatu dengan Tuhan sehingga keinginan kita adalah memuliakan Tuhan. Kita berdoa untuk GBKP agar menjadi gereja yang memuliakan Tuhan melalui program-programnya.