Kebaktian Pekan Keluarga Wari Ke pitu 2021 : Pilipi 4:8-9
Invocatio :“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat.5:16)
Bacaan : Pengkhotbah 12: 13-14
Kotbah : Pilipi 4:8-9
Tema : Keluarga Yang Baik ( Jabu Si Mehuli)
Tiba saatnya kita masuk kepada pekan kebaktian keluarga yang terakhir tahun ini. Mulai dari hari 1-6, kita sudah banyak mendengarkan Firman Tuhan yang memperlihatkan dengan jelas bagaimana pentingnya peran keluarga dalam perubahan hidup berjemaat. Walaupun keluarga adalah komunitas sosial terkecil, tetap dalam gereja peranan keluarga sangatlah penting, karena kehidupan berjemaat itu dimulai dari keluarga yang takut yang Tuhan dan Jemaat yang baik dimulai dari keluarga yang baik.
Teks
Bagian renungan pekan kebaktian keluarga yang terakhir merupakan bagian dari “Nasihat-nasihat terakhir” yang ditulis Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi. Hal ini dimulai dari nasihat yang diberikan kepada Euodia dan Sintikhe, supaya sehati dan sepikir dalam Tuhan. Rupanya ada ketidak sepahaman antara mereka dalam kehidupan mereka sebagai jemaat. Lebih jauh Rasul Paulus tidak mencari siapa yang benar dan salah, yang akan memerlukan waktu dan bisa membawa jemaat ke arah perpecahan, ia juga tidak mengatakan saling meminta maaf, menahan emosi, mengampuni tetapi Paulus mengatakan “supaya mereka sehati-sepikir”, apalagi mereka adalah orang-orang “berjuang dngan aku, (Plp. 4:3)”, jadi sebagai orang percaya pasti mau menyisihkan kepentingan pandangan pribadi untuk menempatkan Tuhan diatas segala kepentingan. Dalam konteks inilah Paulus dalam ay.8-9, memberikan sebuah rangkuman atas nasehatnya di Flp.4:2-7.
Ada 7 kata sifat yang sebaiknya dipikirkan orang percaya dalam ayat 8:
- Semua yang “benar” (Yun: Aletheia)
- Semua yang “mulia” (Yun: Semna)
- Semua yang “adil” (Yun: Dikais, yang menunjuk pada apa yang sesuai dengan aturan)
- Semua yang “suci” (Yun: Hagna)
- Semua yang “manis” (Yun: Prosphilia, hal yang menimbulkan kasih)
- Semua yang sedap didengar (Yun: Euphema, hal-hal yang layak untuk didengar oleh Allah)
-Semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (mutu yang sangat baik dan mendatangkan kesaksian yang baik)
“Jadi akhirnya”, dengan memikirkan hal-hal diatas berarti orang percaya menempatkan pikiran dan fokus kepada Allah dan pengajaranNYA. Karea pola pemikiran yang positif adalah pola utama cara berpikir orang yang percaya kepada Tuhan.
Setelah Paulus, mengajak untuk memiliki pikiran yang positif, maka lanjutannya adalah melakukan perbuatan yang positif. Hal ini bukan teori saja, karena Rasul Paulus pun sendiri sedang (Present) dan sudah (Past) melakukannya. Dan ayat 9 ditutup denganhasil dan janji ”Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu”, (bnd:Mat.28:20..dan ajarlah mereka melakukan segala yang telah Ku perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” Dengan katalain, penyertaan Tuhan, akan mampu kita rasakan hanya dengan memikirkan dan melakukan hal yang baik). Hal itu juga yang dipertegas dalam Mat. 5:16, hendaklah bercahaya dengan memperlihatkan perbuatanmu yang baik, dan orang lain akhirnya memuliakan Allah. Dan juga pembacaan yang pertama Pengkhotbah 12: 13-14, sekalipun hidup dipenuhi dengan kesia-siaan yang akan segera berakhir tetapi hidup harus memiliki makna. Takut akan Tuhan, ketaatan kepada perintah-perintah-Nya membawa tujuan dan kepuasaan yang tidak dapat ditemukann melalui apapun.
Aplikasi
1.Keluarga yang baik adalah keluarga yang visoner dan misioner dengan memikirkan yang baik, melakukan yang baik.
2.Keluarga Visioner selalu mampu melihat peluang yang ada di depan dan selalu belajar mengenal potensi diri. Keluarga Visioner akan selalu memperbaharui diri dengan menerapkan 7 kata sifat yang harus ada dalm hidup orang percaya, siap melayani dan mau bermitra dengan orang lain. Tahun pelayanan “generasi menjadi berkat” akan segera berakhir dan kita akan menyonsong tahun pelayanan “ Kreatif merawat Lingkungan”. Tentu untuk menyukesekan tahun pelayanan juga dimulai dari keluarga, setiap anggota keluarga diharapkan menjadi misioner2 yang mendengar dan melakukan. Tentu kesadaran bahwa Allah yang pencipta (kreator), mengharapkan partisipasi aktif kita sebagai ko-kreator untuk menjaga dan merawat lingkungan yang ada disekitar kita, sebagai ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah.
1.Keluarga tidak boleh berhenti meningkatkan daya kreatifitasnya menuju komunitas yang kreatif, kalau dulu kita mendengar slogan “buang sampah pada tempatnya”, maka sekarang kita mendengar “sebelum buang sampah, jangan lupa pilih dan pilah dulu”,atau mungkin ada kretifitas-kreatifitas lainnya, yang belum pernah ada tetapi bisa kita pikirkan maka marilah kita lakukan. Karena keluarhga yang baik adalah keluarga yang sudah dan akan selalu mendengar dan melakukan, visioner dan misioner.
Pdt. Sri Pinta Br Ginting, S.Th
GBKP Rg.Cileungsi