Kebatian Pekan Keluarga Wari Pertama tahun 2021 : Kisah Para Rasul 2 : 43-47
Tema Umum : Jabu si Mehuli
Invocatio : “Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik. Ibrani 13:18
Ogen :Daniel 1:8-17
Kotbah : Kisah Para Rasul 2:43-47
Tema : Bersekutu bersama dalam keluarga (Pulung Ersada ibas Jabu )
Kata pembuka
Pada Pekan Kebaktian Keluarga tahun 2021 ini, kita akan kembali mempersiapkan diri membenahi kehidupan keluarga dari berbagai sisi. Mencakup spiritual, pendidikan, kumunikasi, kesehatan, berbudaya, menyambut natal dan tahun baru. Tentunya Firman Tuhan akan menuntun kita untuk semakin mengerti dan dapat mempraktekkan kehidupan Keluarga Yang Baik, seturut tema besar pekan keluarga tahun ini.
Ditengah berbagai tantangan membina keluarga yang baik, spiritualitas tentu sangat penting dibangun sebagai tameng dalam keluarga. Karena dengan dasar iman yang kuat, setiap anggota keluarga mendapatkan hikmat membedakan yang baik dan yang buruk. Spiritualitas memberikan ketenangan dan sukacita yang memampukan seseorang tetap teguh menjalani kehidupan pada berbagai situasi. Tentunya keluarga menjadi wadah pertama dan utama membangun nilai spiritualitas seorang manusia.
Isi
Cara hidup dan persekutuan jemaat mula-mula, sering sekali digambarkan sebagai patokan gereja yang ideal. Karena dalam keadaan yang masih sedehana, para murid tetap melanjutkan pekerjaan pemberitaan Firman dengan kesehatian. Pola pelayanan dimulai dari persekutuan, sebagai sesama orang yang mengaku percaya kepada Kristus. Mereka dengan tekun mendengarkan pengajaran para Rasul, berkumpul sambil memecah roti dan berdoa (ay 42). Hal ini menjadi pondasi yang kuat dalam kehidupan beiman, saat jemaat belajar tentang Firman dan keteladanan Tuhan. Menyaksikan mujizat, menjadi percaya dan bersatu. Segala kepunyaan mereka menjadi milik bersama dan rela membagikan kepada yang memerlukan (ay 43-44). Tentunya pertumbuhan iman dapat dirasakan saat ‘gereja’ secara komunal bahkan dalam konsep terkecil yaitu pribadi masing-masing orang percaya, dapat mewujudkan persekutuan penuh kasih. Ada aplikasi nyata.
Persekutuan, tidak hanya membangun iman secara pribadi, tapi juga secara bersama-sama. Karena di dalam persekutuan mereka dapat saling mendukung pertumbuhan iman, saling mengasihi, peduli dan berbela rasa (ay 45). Persekutuan tidak membuat para murid menarik dan memisahkan diri dari orang lain disekitarnya, melainkan semakin kuat menjalin kebersamaan ke dalam dan keluar. Persekutuan tidak hanya dilakukan di rumah masing-masing bergiliran dan makan bersama, tapi juga berkumpul dalam Bait Allah (ay46). Tidak hanya pada saat Sabat atau hari raya saja mereka belajar tentang Firman Tuhan, melainkan dalam setiap kesempatan dalam setiap tempat. Hal ini menjadi gambaran betapa indahnya persekutuan tanpa dibatasi ruang tertentu. Di rumah atau Bait Allah tetap menjadi tempat persekutuan dan beribadah. Dimana pun mereka turut menunjukkan rasa saling mengasihi selayaknya keluarga.
Dalam persekutuan, mereka bergembira dan dengan tulus hati memuji Allah (ay 47). Sehingga Tuhan membahkan bagi mereka kualitas dan kuantitasnya orang percaya. Ini menjadi suatu bukti bahwa persekutuan erat mereka tidak muncul begitu saja, melainkan kerinduan mengerjakan Firman Tuhan yang dipelajari dalam kesungguhan.
Jika dibandingkan dengan pengalaman Daniel dan teman-temannya, mereka pun memiliki keteguhan hati dalam imannya. Sekalipun diperhadapkan dengan pilihan hidup, makanan, minuman, jabatan yang enak dan nyaman. Bagi Daniel dan temannya, tawaran itu tidak sebanding dengan pentingnya persekutuan dengan Allah. Sehingga jelas mereka memilih untuk tetap menjalankan kehendak Allah dalam hidupnya. Hikmat Allah menuntun mereka untuk bersikap tepat dan tenang sekalipun ancaman datang. Bahkan Tuhan mengaruniakan berkat kepandaian, kesehatan dan keselamatan bagi mereka yang memilih untuk tidak meninggalkan kesetiaan pada Allah.
Refleksi
1. Keluarga pun adalah gereja. Dimana dalam keluarga kita dapat bersekutu bersama tiap anggota dan juga berjumpa dengan Tuhan. Mengapa penting membangun persekutuan dalam keluarga saat ini? Karena tantangan zaman, sangat rentan menghancurkan kesatuan hati rumah tangga. Banyak hubungan yang rusak antara suami dan isrti, orang tua dan anak, anak yang satu dengan lainnya sebagai saudara. Pertengkaran, perselisihan, perceraian dsb. Ruang persekutuan akan memberikan waktu bagi kita untuk berteduh hati, mencari hikmat Tuhan yang menuntun pada kesatuan dalam keluarga. Sehingga sekalipun ada tantangan yang datang, keluarga Kristen dapat tetap merasakan kasih dan kesatuan hati seperti jemaat mula-mula. Kasih persekutuan yang dilakukan bukan sekedar sebagai rutinitas dan kewajiban tanpa makna, melainkan dilakukan dalam ketulusan dan aksi nyata.
2. Persekutuan menjadi wadah berkat Tuhan bagi pribadi yang mau menerima pengajaran dan kebersatuan hati. Persekutuan tidak hanya menjadi perjumpaan dengan sesama tetapi juga dengan Tuhan. Sehingga sebagai orang yang percaya kepada Tuhan keluarga kita pun harus selalu rindu membangun persekutuan di dalamnya. Karena bukan kemampuan kitalah sehingga kasih dalam keluarga merekat. Melainkan melalui pertolongan Kuasa Roh Tuhan, kita merasakan keluarga kita selalu diberkati dan menjadi berkat, karena kuatnya persekutuan dengan Tuhan dalam keluarga.
3. Waktu berkualitas dengan keluarga adalah saat dimana anggota keluarga dapat melakukan persekutuan untuk beribadah dengan kesatuan hati. Sungguh sulit saat ini bagi keluarga mencari waktu bersama. Waktu teduh, berdoa, beribadah, bahkan makan bersama pun mungkin moment yang jarang terjadi karena kesibukan masing-masing. Anggota keluarga yang terpisah jarak. Dalam pekan keluarga ini, kita diajak untuk kembali menjalankan persekutuan yang indah bersama Tuhan dan keluarga, dengan hikmat Tuhan mengaturkan waktu yang tepat juga menemukan media yang tidak lagi menjadi pembatas bagi kita bersekutu bersama. Khususnya melalui masa pandemi covid, kita merasakan tantangan yang berat, namun tentunya sisi baik dapat dirasakan. Bahwa perbedaan ruang dan waktu tidak lagi menjadi penghalang bagi kita sehingga dapat bersekutu dan beribadah bersama. Saling meneguhkan dan mengasah kepedulian berempati. Semakin banyak latihan dan kesempatan kita untuk membuka rumah sebagai tempat beribadah bersama anggota keluarga. Tentunya itu menjadikan kita semakin merasakan kasih satu dengan yang lain.
Penutup
Semangat persekutuan akan menjadi berkat bagi diri kita, keluarga dan banyak orang jika benar-benar dijalankan dengan ketaatan dan sikap hidup yang sungguh dalam Tuhan. Persekutuan yang efektif bukanlah sekedar kehadiran fisiknya, melainkan juga hati dan pikiran. Sehingga mari kita membuka ruang untuk berjumapa dengan Tuhan dalam keluarga. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pdt Deci Kinita br Sembiring
Rg Studio Alam