Khotbah Mazmur 47:1-10, Minggu 3 Mei 2015
Invocatio :
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu (Kolose 3:16)”.
Bacaan : Wahyu 15:1-4 (Tunggal); Khotbah : Mazmur 47:1-10 (Responsoria)
Tema :
Pujilah Tuhan Karena Perbuatan-Nya/Pujilah Tuhan Erkiteken PerbahanenNa
Dalam setiap ajang penghargaan bergengsi, di puncak acara sering diberikan penghargaan yang diberi nama Lifetime Achievement Award. Pemberian penghargaan ini biasanya didasarkan pada penilaian terhadap seseorang yang dianggap telah mendedikasikan diri dan berkontribusi besar bagi perkembangan sesuatu bidang tertentu, misalnya dalam bidang perfilman, musik, politik dan lain-lain.
Ketika pemenangnya di umumkan, biasanya sontak seluruh tamu yang hadir akan memberikan standing applause, tepuk tangan yang meriah dari hadirin sekalian. Hal ini menunjukkan rasa ”hormat, kagum, penghargaan” yang tinggi diberikan pada orang tersebut. Tidak bisa kita pungkiri bahwa seseorang itu juga akan dinilai, diperhitungkan dan dihargai dari perbuatannya, apa yang telah dia perbuat selama hidupnya. Manusia memang akan selalu demikian, sadar atau tidak sadar kita akan lebih mampu menghargai, memberikan rasa hormat dan pujian kepada seseorang yang telah kita tahu betul dia sudah berbuat sesuatu yang baik apalagi itu bagi kita. Tentunya kita akan hargai betul orang itu atas segala jasa dan pemberian yang telah kita terima. Bagaimana dengan Tuhan? Apakah kita selama ini sudah memberikan rasa “hormat, kagum dan pujian” kepadaNya?
Tema kita pada Minggu Kantate (Cantate Domino canticum novum=nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan) ini adalah “Pujilah Tuhan Karena Perbuatan-Nya”. Bahan khotbah yang diambil dari Mazmur 47:1-10 merupakan Mazmur yang ditulis oleh bani Korah* yang ditujukan kepada segala bangsa untuk memuji Tuhan (ay. 1-2). Mazmur 47 ini merupakan nyanyian pujian yang berisi seruan kepada umat untuk mengagungkan Allah “Raja seluruh bumi” yang terdiri dari dua penggalan yaitu penggalan pertama (ayat 2-6) dan penggalan kedua (ayat 7-10). Dengan pembagian ini, maka tiap penggalan diawali dengan seruan sukacita: “bertepuktanganlah (ay.2)” dan “bermazmurlah (sebanyak lima kali dalam ay.7-8)
Seruan untuk memuji Tuhan ini didasarkan pada perbuatan Tuhan, Yang Mahatinggi itu begitu dahsyat dan Dia adalah Raja yang besar atas seluruh bumi (ay.3). Pemakaian kata “dahsyat” (Inggris: awesome) di sini artinya sebagai “rasa hormat yang sangat dalam, mengerikan, hebat luar biasa” gambaran Tuhan itu bagi sang pemazmur. Pemazmur memahami bahwa perbuatan Tuhan yang demikian dilakukanNya untuk kebaikan dan keselamatan umatNya (Israel) dengan menaklukkan bangsa-bangsa dibawah kuasa mereka, memilih mereka menjadi kepunyaanNya yang begitu dikasihiNya (ay. 4-5). Tuhan telah turun untuk menolong dan menyatakan diriNya untuk keselamatan umatNya. Apakah yang patut dilakukan oleh umat Tuhan dalam merespon perbuatanNya yang demikian? Selayaknyalah umat Tuhan memuji dan memuliakanNya. Dia telah turun dengan penuh kuasa untuk menyelamatkan umatNya dan naik kembali diiringi sorak-sorai (ay.6; bd. Wahyu 15:1-4 yang menjadi bacaan Firman Tuhan bagian pertama kita tadi)
Sebanyak lima kali diserukan ajakan “bermazmurlah” (NIV: sing praises) dalam ayat 7-8. Hal ini memperlihatkan kepada kita betapa meluap-luapnya semangat ajakan ini. Tak perlu diragukan lagi, jika penulisnya (bani Korah) memang sudah sungguh-sungguh merasakan kebaikan Tuhan itu dan menempatkanNya sebagai “Raja seluruh bumi” yang patut dipuji dan dimuliakan dengan nyanyian yang indah/nyanyian pengajaran (ay. 8b). Senada dengan apa yang menjadi introitus kita “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu (Kolose 3:16)”. Inilah keindahan itu, ketika mampu mengajar, menegur seorang akan yang lain dengan hikmat Tuhan. Kita bagaimana?
“Pujilah Tuhan karena PerbuatanNya” adalah seruan yang sama seperti pemazmur dalam pasal 47 ini bagi kita untuk memuji Tuhan dalam hidup ini. Mari kita renungkan bersama akan perbuatan-perbuatan Tuhan yang sungguh luar biasa bagi kita. Kita bisa tiba dan berada di sini pada saat ini juga merupakan dari perbuatan Tuhan yang baik atas hidup kita. Apakah kita menyadarinya sebagai kebaikan Tuhan bagi kita? Ketika kita sudah menyadarinya, maka seperti pemazmur kita akan mampu mengenal siapa Tuhan itu dan memuji Dia dalam hidup kita. Pemazmur adalah bani Korah yang merupakan nenek moyang dari pemusik-pemusik kudus yang bertugas di Bait Allah untuk menaikkan pujian dengan segala kemampuan yang ada padanya untuk Tuhan sebagai bentuk pujian dan rasa syukurnya kepada Tuhan. Kita juga pun diajak untuk memuji Tuhan dan bentuk rasa syukur kita kepadaNYa dengan menjalani hidup ini sebaik mungkin sesuai dengan keberadaan kita masing-masing.
Beberapa Catatan:
(1) Bani Korah berarti anak-anak (keturunan) dari Korah bin Yishar, seorang Lewi keturunan Kehat dari keluarga Yishar yang merupakan nenek moyang dari pemusik-pemusik kudus yang namanya terdapat dalam judul Mamur 42 dan sebelas Mazmur lainnya (1 Tawarikh 6:22). Secara rinci, keturunan Korah disebutkan menjadi:
- Penulis Mazmur (Mazmur 42:1-11, 44:1-49:20; 48:1-15; 84:1-85:13; 87:1-88:18).
- Penjaga pintu (1 Tawarikh 9:19; 26:1).
- Penyanyi di dalam kenisah (Bait Allah) pada zaman Raja Yosafat (2 Tawarikh 20:19). Adapun nama penyanyi dari bani Korah dapat dijumpai dalam 1 Tawarikh 6:22-38.
(2) Lagu Pujian dari SEE GBKP No. 147 dapat dijadikan sebagai ajakan secara “reflektif” kepada seluruh jemaat untuk memuji Tuhan. Ajak jemaat untuk melihat lebih dalam kehidupan mereka, bagaimana sikap kita merespon kebaikan Tuhan selama ini?
Pdt. Andinata Ginting Munthe
GBKP Rg. Palangka Raya