Khotbah Markus 8:31-38, Minggu 1 Maret 2015
Invocatio :
Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu (Kejadian 17:7)
Bacaan : Kejadian 17:1-7, 15-16; Khotbah : Markus 8:31-38
Thema :
PERCAYALAH ANUGRAHNYA (TEKLAH NANDANGI PERKUAH ATENA)
Jemaat yang dikasihi
Kita semua adalah orang-orang yang mengaku percaya kepada Kristus. Mengapa kita harus percaya kepada Kristus, apa yang menjadi alasan untuk kita percaya kepada-Nya? Seberapa baik kita mengenal Dia? Melalui perikop hari ini, ada dua hal mengapa kita harus percaya, yakni:
1. Kristus adalah Mesias utusan Allah
Pada ayat 31 dikatakan bahwa Yesus sedang mengajarkan kepada para murid bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli taurat lalu dibunuh dan bangkit sesudah hari yang ketiga. Hal ini bukan terjadi begitu saja (bukan pengajaran Yesus semata/ sesukan hatinya), melainkan hal ini telah dinubuatkan sejak lama, bahkan sebelumnya di dalam Perjanjian Lama juga telah dicantumakan bahwa ia dihina dan dihindari, bahkan dianiaya, dia tertikam, tetapi sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggungnya (bandingkan Yes. 53:1-12). Artinya bahwa Allah mengetahui seluruh kehidupan manusia, dan Ia mengutus Yesus Kristus kepada dunia yang telah rusak dan tercerai berai, dengan tujuan dipulihkan kembali. Oleh karena iitu, sebagai seorang yang telah mengaku ating , tidak ada hal yang membuat kita tidak percaya kepada Kristus yang adalah utusan Allah.
Pada ayat 32-33, dikatakan bahwa ketika Petrus mendengar hal pengajaran Yesus, maka ia menarik Kristus lalu menegor Dia. Pada perikop sebelumya, Petrus adalah orang yang pertama berkata bahwa Yesus adalah Mesias (ayat 30). Seharusnya, ketika Petrus berkata bahwa Yesus adalah Mesias, hal ini menunjukkan bahwa ia telah begitu mengenal Yesus sangat dekat. Akan tetapi, pada perikop kita hari ini memperlihatkan bahwa Petrus juga tidak benar-benar mengenal Yesus, sebab ia tidak tahu apa yang Yesus lakukan. Jika kita berpikir secara manusiawi, maka dapat dikatakan bahwa petrus sedang memperlihatkan “kasihnya” kepada Yesus, artinya bahwa ia tidak ingin Yesus mati. Tetapi, ia belum mengenal Yesus yang sebenarnya, sehingga Yesus berkata kepadanya: Enyalah engkau iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus memang sungguh-sungguh utusan Allah, sebab Ia memikirkan dan menjalankan apa yang menjadi kehendak Allah, dan pada saat yang sama juga Yesus menyadari bahwa Petrus sedang diperalat oleh Iblis untuk menggoda diri-Nya. Dengan kematian Yesus menanggung semua dosa manusia dan bangkit pada hari yang ketiga. Dengan demikian, kita juga ikut dibangkitkan bersama dengan Dia. pengorbananNya sekali untuk selama-Nya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, pada minggu passion yang ketiga hendaklah kita juga mengingat kembali peristiwa 2000 tahun yang lalu di mana Yesus merasakan menderita dan dianiaya untuk semua manusia, sehingga melalui hal tersebut kita mampu untuk mengucap syukur atas yang kita peroleh dalam kehidupan masa sekarang ini. Yesus telah membayar dosa-dosa kita melalui penderitaannya, dia dicambuk dan disalibkan. Tujuannya tidak lain adalah keselamatan semua umat manusia. Demikianlah Allah yang kita kenal, yang rela ating dari atin yang mulia, lalu menjadi sama dengan manusia dan bergaul dengan manusia itu serta menebus manusia yang berdosa itu untuk berdamai kembali bersama dengan Allah.
2. Kristus merupakan jalan manusia berdamai kepada Allah
Jemaat yang dikasihi Tuhan, pada ayat 34, jelas sekali dikatakan bahwa setiap orang yang mau mengikut Dia, harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia. Hal ini jelas sekali bahwa Yesus jalan satu-satunya untuk ating kepada Allah, yakni dengan mengesampingkan kepentingan pribadi/keegoisan, berani dalam menyatakan kebenaran, dan mengikut Allah. Yesus tidak pernah mengandalkan kekuatan dan kedahsyatan-Nya sebagai Allah, melainkan Ia berserah kepada Bapa di atin. Hal ini senada dengan ayat 35-37 dikatakan Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ating ena Injil, ia akan menyelamatkannya. Harta kekayaan tidak akan mampu memberikan keselamatan kepada dunia, demikian juga dengan manusia. Hanya Allah yang dapat memberikan keselamatan secara murni dan tulus, tanpa ada embel-embel di belakangnya, misalnya seperti sekarang ini. Banyak sekali promosi yang ating kepada kita dengan janji yang manis-manis dan indah. Tetapi ujung-ujungnya duit atau harus begini-harus begitu. Demikianlah dunia sekarang ini. Hanya Yesus yang murni memberikan keselamatan kepada manusia. Allah yang sudah rela menyangkal diri, memikul salib, demi kebaikan manusia.
Selanjutnya dikatakan bahwa Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Perkataan ini sebenarnya ingin menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang lebih berharga daripada nyawa. Buktinya bahwa kita rela membayar hingga jumlah yang besar, agar orang-orang yang kita kasihi cepat memperoleh kesembuhan. Sebab ketika manusia telah mati, maka semua yang dimilikinya, tidak akan mampu mengganti nyawanya itu.
Oleh karena itu hanya Yesus jalan satu-satunya untuk kita dapat kembali berdamai dengan Allah. Mengapa Yesus? Sebab Yesus telah terlebih dahulu melakukan itu semua, sehingga kita juga dituntut untuk menjadi sama seperti Kristus di dalam kehidupan kita.
Benar bahwa melakukan itu semuanya bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, orang ating harus percaya bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih. Ia tidak akan meninggalkan kita dalam setiap pergumulan kita. Ia akan menopang kita. Terkadang kita tidak menyadari, kita merasa sendiri, namun sesungguhnya Allah sedang berjalan bersama dengan kita. Atau pada saat yang lain, kita hanya melihat sepasang telapak kaki, dan kita merasa bahwa itu adalah telapak kaki kita sendiri. Tetapi kita tidak tahu bahwa Allah sebenarnya sedang menggendong kita. Allah tidak pernah terlambat menyatakan kasih-Nya kepada kita melalui pertoongan-Nya. Namun, juga tidak terlalu cepat untuk memberikan memberikan keperluan kita. Allah tepat waktu dalam setiap kehidupan kita.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, berdasarkan dua point di atas, jelas digambarkan bahwa dasar dari yang semua Allah lakukan tidak lain adalah KASIH yang tak terhngga kepada manusia. Sekalipun manusia telah jatuh dalam dosa, tetapi Allah tidak menginginkan manusia itu sendirian, Allah ingin manusai ciptaan-Nya itu kembali kepada-Nya, sekalipun Ia harus mengorbankan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Padahal jika kita pikirkan menurut keadilan dan kebenaran, seharusnya seseorang yang bersalah/berdosa sudah sepantasnya ia mendapatkan hukuman dan dihukum atas kesalahannya. Tetapi oleh karena kasih yang begitu besar, maka Allah di dalam kedukaan-Nya atas dosa manusia, tidak selamanya Ia menghukum. Di dalam geram-Nya pun terdapat kasih yang luar biasa kepada manusia. Oleh karena itu, percayalah akan kasih setia-Nya dalam setiap liku-liku kehidupan kita. Ingatlah bahwa dalam hal yang tidak mudah sekalipun, Yesus telah melewati semuanya. Jangan takut, dan menyerah tetapi berserah kepada kasih-Nya yang besar. Semakin kita menjalani kehidupan dengan keyakinan akan kasih-Nya, maka semakin kita mengenal dan mengalami iman di dalam kehidupan kita. Yakinlah bahwa Allah adalah kasih yang nyata dalam kehidupan kita, sehingga kita ati ada hingga sekarang ini, tidak lain karena pengorbanan-Nya di kayu salib.
Selanjutnya pada ayat 38, dikatakan:Sebab barangsiapa malu karena Aku ating ena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia ating kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Dalam hal ini, juga menegaskan bahwa kepercayaan kita, jangan disembunyikan. Tetapi nyatakanlah iman kita itu dalam setiap kehidupan kita. Jangan takut dan ragu, percayalah bahwa Allah senantiasa menyertai. Sering sekali untuk mendapatkan keuntungan, kepercayaan, posisi yang bagus, kita menyangkal Tuhan. Kita lebih memilih untuk disenangi oleh manusia, ketimbang menyenangkan Tuhan. Ingatlah bahwa manusia tidak akan selalu menyukai kita dalam segala hal, tetapi Allah yang setia menunggu kita dalam setiap keluh kesah kehidupan kita. Lingkaran manusia dengan Allah berbanding terbalik. Manusia akan menghargai kita, ketika terlebih dahulu kita memiliki bakat, keahlian, dan prestasi. Sedangkan Allah, terlebih dahulu ia menghargai kita dan kita berharga di mata-Nya, lalu ia memperlengkapi kita untuk dapat berkembang. Demikianlah kasih-Nya kepada manusia. Selamat percaya Tuhan memberkati.
Nanda br Tarigan – Mahasiswa Cipanas