Khotbah 1 Korintus 6:12-20, Minggu 18 Januari 2015
Bacaan : 1 Samuel 3:11-20; Khotbah : 1 Korintus 6:12-20 (Responsoria)
Thema : Muliakanlah Tuhan dengan Tubuhmu
PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki motto atau filosofi hidup dalam menjalani hidupnya. Misalnya RAJIN PANGKAL PANDAI, TETAP LAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK SEMUA ORANG, JIKA TIDAK MENDAPAT APA YANG KITA SUKA MAKA BELAJARLAH UNTUK MENYUKAI APA YANG KITA DAPAT. Motto atau filosofi hidup memberikan pengaruh yang besar dalam hidup kita. Seperti jemaat Kristen di Korintus yang memiliki motto SEGALA SEUATU HALAL BAGIKU, mereka menganggap bahwa karena mereka sudah ditebus oleh Kristus, maka mereka bebas untuk melakukan apa saja, termasuk dosa seksual yang tidak jadi masalah menurut mereka sebab segala sesuatu itu halal. Mereka telah memperhambakan tubuh mereka pada hasrat seksual, akibatnya rusaklah pernikahan yang seharusnya menjadi cerminan hubungan Tuhan dengan jemaatNya. Anggapan seperti ini bersumber dari konsep mereka tentang kebebasan Kristiani dan tubuh yang salah. Sama seperti kasus percabulah dengan istri ayahnya yang justru dibanggakan oleh mereka (1 Kor. 5:1). Perzinahan dengan pelacur pun tidak membuat mereka malu, bahkan mereka memiliki berbagai macam alasan untuk membenarkan perbuatan ini.
PENJELASAN
Saudara-saudara, perikop khotbah minggu ini membahas tentang respon dan koreksi Paulus terhadap kesalahpahaman theologis jemaat Korintus tentang arti kebebasan Kristiani dan tubuh (ay. 12-14). Orang Kristen itu bebas tapi bukan semuanya berguna. Terlebih kebebasan pribadi dalam menggunakan tubuh sendiri yang tidak selalu ditujukan untuk kebaikan. Paulus menambahkan tekadnya bahwa ia tidak akan membiarkan dirinya diperhamba oleh suatu apapun di dalam memakai kebebasannya. Kebebasan untuk bertindak apa saja sesuai kehendak kita, dan bukan apa yang dikehendaki Allah adalah perhambaan yang paling parah dari semuanya, hal ini berarti hidup dalam perhambaan keinginan dan nafsu sendiri. Paulus menekankan kebebasan tidak dapat dipergunakan sebagai alasan untuk melakukan kejahatan, sebab kebebasan tanpa kasih adalah sikap yang tidak bertanggung jawab (Gal. 5:13). Umat kristen yang percaya kepada Kristus telah memiliki kebebasan tapi kebebasan dalam Kristus. Kebebasan di dalam Kristus tidak berarti memiliki hak atau ijin untuk melakukan segala sesuatu yang kita kehendaki, tapi kebebasan itu harus memperhatikan apakah melalui kebebasan itu orang lain dapat keuntungan atau terbangun dalam tindakan kita? Atau justru kebebasan itu justru memperbudak kita?. Paulus menegaskan bahwa tubuh kita adalah anggota Kristus yang tidak boleh diserahkan kepada percabulan (ay. 15). Orang percaya sudah diikatkan dengan Kristus secara rohani, sehingga mereka tidak boleh mengikatkan diri dengan pelacur. Tubuh ini adalah bait Roh Kudus, sehingga tidak boleh dicemarkan dengan dosa perzinahan.
Melalui 1 Korintus 6:12-20, Paulus menegaskan betapa pentingnya untuk menjaga tubuh ini sebagai sebuah ungkapan rasa syukur atas keselamatan yang sudah diberikan Allah melalui Kristus sehingga kita sudah dibebaskan dari maut. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu. Mengapa kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita? Melalui nats khotbah ini paling tidak kita menemukan 3 alasan mengapa kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita.
1. Tubuh untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh (ayat 14)
Orang Korintus memahami manusia seperti cara pikir orang Yunani atau Helenistik. Manusia sebagai susunan yang terdiri atas tubuh, jiwa, daging dan roh, sementara pribadi manusia yang kekal adalah jiwa atau rohnya. Tapi Paulus menolak pemahaman ini, sehingga tubuh tidak mempunyai nilai rohani. Walau pun tubuh pada suatu hari akan membusuk di dalam kubur, tidak berarti bahwa tubuh untuk percabulan. Menurut Paulus, Tubuh bukanlah semata-mata bagian dari manusia yang dapat rusak melainkan mewakili manusia itu sendiri. Sebagai pribadi, ia adalah seseorang dan bukan sekedar roh yang dapat melakukan apa yang ia sukai dengan tubuhnya yang fana. Paulus menolak untuk memisahkah kehidupan rohani dari keberadaan dan tindakan-tindakan fisik seseorang. Tubuh untuk Tuhan seperti halnya Tuhan untuk Tubuh. Tubuh kita adalah milik Kristus karena melalui tubuhNya sendiri yang mati Ia telah menebus dosa-dosa kita (1 Petrus 2:24). Kristus mati untuk seluruh diri manusia bukan hanya untuk roh dan jiwa saja. Dalam Roma 8:11, dan jika Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu. Oleh sebab itu seharusnya kita sebagai orang percaya mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadah yang sejati (Invocatio).
2. Tubuh kita adalah anggota Kristus (ayat 15)
Paulus menegaskan tubuh kita sebagai anggota Kristus berkaitan tentang kebagkitan, dalam kebangkitan tubuh kita dipersatukan dengan tubuh Kristus, sehingga kebangkitanNya menjadi dasar dari kebangkitan kita (Roma 6:3). Karena tubuh kita sudah disatukan dengan tubuhNya, maka tubuh kita adalah bagian dari tubuhNya. Tubuh kita adalah untuk Dia dan Dia untuk tubuh (ayt. 13). Jadi jika tubuh kita anggota Kristus layakkah kita menyerahkannya kepada percabulan (pelacur)? Sekali-kali tidak. Dalam baptisan, orang-orang percaya telah dipersatukan bersama Kristus, sehingga mereka ikut serta di dalam kematian dan kehidupanNya yang baru (Roma 6:3,4). Kita adalah anggota dari satu Tubuh Kristus, gereja (1 Kor. 12:12,13) dan dikukuhkan dalam kesatuan sakramen Perjamuan Tuhan (1 Kor. 10:16,17). Oleh sebab itu sebagai anggota Kristus tubuh kita tidak boleh memperhamba nafsu dunia. Seperti yang dilakukan oleh anak-anak Eli yang telah memakai hidupnya dan tubuhnya untuk memuaskan keinginan dagingnya sehingga TUHAN menghukum keluarga Eli untuk selamanya (bnd. Bahan bacaan).
Seseorang tidak dapat mengikatkan tubuh yang adalah milik Kristus dengan tubuh seorang pelacur (dalam hubungan seksual). Itu berarti membuat Kristus sendiri berhubungan dengan seorang pelacur. Jikalau Kristus sangat menghargai tubuh kita dengan penebusan dan jaminan kebangkitan maka kita pun harus menghormati tubuh kita. Kita harus mampu menjaganya dari semua dosa, terutama dari dosa-dosa yang langsung bersentuhan dengan tubuh kita misalnya percabulan dengan pelacur (ayt 18). Orang kristen yang masih terjebak pada percabulan adalah orang-orang yang tidak menghargai tubuhnya sebagaimana Tuhan menghargainya.
3. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus (Ayat 19)
Paulus kembali menegaskan bahwa seluruh gereja sebagai Tubuh Kristus adalah bait Roh Kudus (1 kor. 3:16), tetapi masing-masing tubuh adalah bait Roh Kudus. Dalam Yohanes 2:21 Yesus berbicara tentang bait suci yang baru dari tubuhNya sendiri, dan RohNya tinggal di dalam masing-masing orang percaya (Rm. 8:9) sebagai pemberian kasih karunia dari Allah. sebagai bait Roh Kudus memang sudah seharusnya kita menjaganya dari segala yang kotor dan cemar menurut Allah. Ketika kita memanggil Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat, Yesus tinggal di dalam kita karena kita sudah dibeli dan sudah lunas. Kita tinggal menikmatinya dan menerimanya dengan iman. Sebab tubuh kita menjadi rumah Allah. Tapi sering sekali kita tidak menyadari dan menganggap bahwa Allah melalui Roh Kudus ada dalam diri kita, sehingga tubuh kita selalu dikotori dengan hal-hal yang bersifat duniawi seperti yang tertulis dalam Galatia 5:19-21, percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraaan, roh pemecah. Kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Kita adalah bait Roh Kudusoleh sebab itu mari kita pergunakan untuk kemulian Tuhan.
KESIMPULAN
Tubuh ini bukan untuk perzinahan atau dosa-dosa seks lainnya, juga bukan untuk melakukan dosa lain. Sebagai milik Allah kita memakai tubuh ini untuk melakukan kehendak Allah, sehingga kita ada dalam kehendak dan rencanaNya. Kebebasan yang sudah kita terima melalui Kristus bukan berarti kita boleh sesuka hati memakai hidup dan tubuh kita ini, tetapi kebebasan yang sudah diperoleh kita pakai hanya untuk memuliakan Tuhan sesuai dengan Firman Tuhan.
Pdt. Endaria Mulianta Br. Purba, S.Th – GBKP Graha Harapen