Minggu 09 Maret 2020 ; Roma 5 : 1 - 11
Invocatio : Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia (Yohanes 1:16)
Bacaan : Keluaran 17:1-7
Khotbah : Roma 5:1-11
Tema : Kasih Karunia Allah
Pendahuluan
Siapakah diantara kita yang tidak pernah berbuat salah ? Adakah diantara kita yang tidak pernah berbuat dosa ? Kesaksian Alkitab jelas bahwa “upah dosa adalah maut”, Orang yang berbuat salah sudah selayaknya dihukum, orang yang berdosa sudah dibawah cengkeraman maut.
Tetapi syukur pada Tuhan yang sudah memberikan kasih karunia kepada kita, sehingga kesalahan, pelanggaran serta dosa-dosa kita tidak di perhitungkan oleh Tuhan (bd. Rm. 4:7-8). Dia tidak memberikan hukuman setimpal dengan kesalahan dan pelanggaran kita, tetapi justru Dia rela mati untuk menebus dosa kita, Dia rela digantung di kayu salib agar tidak ada tempat bagi kita di kayu salib, Dia rela meninggalkan surga agar kita punya tempat di surga.
Seberapa dalam kita merasakan Kasih Karunia Allah ? Untuk memahami betapa besar dan dalamnya kasih karunia Tuhan, kita harus tahu siapa kita sebelum menerima kasih karunia. Setelah kita tahu bagaimana hidup kita sebelum dan sesudah menerima kasih karunia, akan melahirkan pikiran dan tidakan yang benar sebagai respon atas kasih karunia itu.
Pembahasan Rm. 5:1-11
Ay. 1-2 Dibenarkan Karena Iman
Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Yesus datang ke dunia adalah inisiatif Allah mrnjadi “persembahan penganpunan dosa manusia”, siapa yang percaya dosanya akan diamupuni tetapi yang tidak percaya akan binasa.
Hal ini juga yang di tekankan Paulus pada jemaat di Roma, bahwa manusia dibenarkan oleh iman, bukan karena perbuatan baik manusia, bukan karena manusia sudah kudus karena dengan sempurna melakukan semua hukum Tuhan. Paulus jelas mengatakan bahwa “tidak ada yang benar seorang pun tidak (bd.Rm.3:10-18).
Buah pembenaran adalah “hidup damai sejahtera dengan Allah. Pemberontakan manusia terhadap perintah Allah membuat manusia menjadi seteru Allah. Oleh karena pelanggaran Adam dia “diusir” dari taman eden, manusia menjadi takut bertemu dengan Allah, banyak konsekwensi dosa yang harus di tanggung manusia bahkan harus menanggung :kematian”.
Perseteruan dengan Allah menimbulkan penderitaan bukan saja ketika hidup di dunia “sakit melahirkan, berpeluh mencari nafkah yang lebih luar biasa si ujung kehidupannya sudah menunggu kematian. Coba kita bayangkan jika ada “dua pihak yang sedang bertikai jika mereka bertemu di suatu tempat, kira-kira bagaimana perasaan mereka” demikin juga perasaan manusia ketika dia berseteru dengan Tuhan, tidak ada damai sejahtera.
Oleh kasih karunia ini kita dapat berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Artinya melalui iman kita dibenarkan dan melalui iman kita masuk ke dalam kasih karunia Allah dan dengan iman juga kita bermegah dalam pengharapan menerima kemuliaan Allah.
Ay. 3-5 Iman Membuat Bernegah dalam Kesengsaraan
Adakah manusia yang bermegah dalam kesengsaraan ? ya mungkin ada tetapi sedikit dan itu juga karena terpaksa, tidak ada pilihan lain. Pada umumnya manusia memilih jalan hidup sukacita damai sejahtera dan kalau boleh tidak ada menemukan tentangan dan penderitaan. Berbeda dengan itu, justru Yesus memberi syarat menjadi pengikut-Nya, harus menyangkal diri, memikul salib dan berjalan mengikutinya, di jalan kesengsaraan (jalan salib/ via dolorosa). Hanya dengan iman kita dapat melihat “Allah bekerja dalam kesengsaraan kita untuk mendatangkan kebaikan”. Paulus mengatakan bahwa oleh karena iman kita “bermegah” dalam kesengsaraan, karena disana akan diproses pertumbuhan iman, membuat kita tahan uji, tahan uji menimbulkan pengharapan dan pengharapan tidak mengecewakan.
Ay. 6-11 Kristus Mati Untuk Kita Orang Durhaka.
Cerita Malinkundang anak durhaka yang di kutuk menjadi batu, mengajarkan kita supaya jangan menjadi anak durhaka. Karena anak durhaka itu memang sangat wajar dikutuk. Manusia melakukan pemberontakan kepada Allah Paulus mengidentikkan dengan “orang durhaka”. Kasih karunia Allah membuat Dia tidak mengutuk manusia, tetapi justru rela menanggung kutukan itu dengan mati di kayu salib.
Tidak mudah mencari orang yang mau mati untuk orang yang benar, disini Paulus lebih menekankan lagi tentang “kasih Karunia” Tuhan, karena untuk orang yang benar saja tidak ada yang mau berkorban apa lagi untuk orang “durhaka”, sesuatu yang mustahil, tetapi itulah yang dilakukan oleh Yesus Kristus.
Menanggung kutuk dosa manusia durhaka ditanggungnya bukan setelah manusia itu bertobat dan sudah melakukan apa yang baik di mata Tuhan. Allah menunjukkan KasihNya Dia rela mati ketika kita masih berdosa, sebagai korban perdamaian.
Pointer Aplikasi
Minggu-minggu Pasion ini kita dibawa untuk merenungkan makna “kesengsaraan” yang kita rasakan. Dengan iman kita jalani kesengsaraan itu suatu “kasih karunia” Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang tahan uji dan berpengharapan.
Kasih karunia Allah kepada kita diberikan bukan karena kebaikan kita tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah itu sendiri (bdk. Invocatio Yo. 1:16 “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia“
Sebagai pribadi yang sudah menerima kasih karunia Allah, selayaknyalah kita bersyukur dalam segala hal. Bukan seperti umat Israel yang terus bersungut-sungut, walaupun mereka sudah di bebaskan dari perbudakan di Mesir dan berjalan menuju negeri “kasih Karunia yang berlimpah susu dan madu”.
Untuk memantapkan langkah hidup kita menuju negeri kasih karunia tataplah berdoa dan berseru, Remeniscere :Ingatlah segala rahmat dan kasih setiaMu, ya TUHAN
Pdt. SAUL GINTING, S.Th. M.Div
GBKP Rg. BEKASI