Khotbah Minggu Tgl 21 Juli 2019 : 1 Tesalonika 4 : 9-12
78 Tahun GBKP Mandiri
Invocatio : “Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu!
Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu” (2 Kor.8 : 11).
Khotbah : 1 Tesalonika 4 : 9 - 12
Thema
Kemandirian yang membanggakan (Njayo Eme Kemegahen)
I. Pendahuluan
Hidup untuk menyenangkan Tuhan, bukan untuk menyenangkan diri sendiri. Target kehidupan harus mengacu kepada kehendak Allah atas hidup kita. Dan tentu saja, Allah mengharapkan agar orang Kristen tidak egois. Mengubah keegoisan manusia adalah dengan menanamkan iman percaya pada pengorbanan Yesus yang rela mati bagi banyak orang. Ternyata kasih Kristus sangat efektif mentransformasi hidup banyak orang, termasuk jemaat Tesalonika.
Kisah tentang Paulus tinggal di Tesalonika di muat dalam Kisah Para Rasul 17:1-10. Bagi Paulus, apa yang terjadi di Tesalonika sungguh amat penting. Ia berkhotbah di rumah ibadah (sinagoge) orang Yahudi selama tiga kali hari Sabat (Kis. 17:2) yang berarti bahwa masa tinggalnya di kota itu tidak lebih lama dari tiga pekan. Ia mendapatkan sukses yang luar biasa sehingga orang-orang Yahudi marah dan menimbulkan banyak kesukaran, sehingga Paulus harus diseludupkan keluar ke Berea karena ancaman terhadap jiwanya. Paulus berada di Tesalonika hanya tiga pekan tetapi memberi kesan yang begitu dalam sehingga iman Kristen dapat tertanam dalam dan tidak mungkin lagi dapat dicabut. Jemaat Tesalonika adalah contoh atau model gereja yang bertumbuh dan berkembang. Paulus sangat bangga akan pertumbuhan dan perkembangan jemaat Tesalonika, ia selalu bersyukur dan membanggakan jemaat Tesalonika. Ia mengharapkan jemaat lain meneladani pertumbuhan iman dan kasih jemaat Tesalonika.
Kehidupan yang menahan diri untuk tidak berdosa tidak cukup bagi orang Kristen, perjuangan tidak berhenti pada melawan dosa. Kehidupan Kristen harus berpacu dalam keaktifan menabur kasih tiada henti dan terus berkembang. Kasih semestinya disebar luaskan, makin hari semakin banyak orang merasakannya.
II. Pendalaman Nats
Paulus memberi dorongan kepada jemaat Tesalonika. Karena Paulus tahu bahwa tentang mengasihi, mereka sudah paham sekali, tentu karena mereka telah merasakan dan mempraktekkannya. Alasan Paulus, “karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah” (ay. 9). Merupakan alasan yang sangat kokoh, sebab siapakah pengajar terhebat? Tentunya Allah yang adalah kasih, Dia yang paling memenuhi kualifikasi mengajarkan kasih. Allah bukan sekedar memberikan ajaran berupa teori. 1 Yohanes 4:19 “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita”. Bukti kasih Allah Bapa tidak terbantahkan yaitu “Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal” (Yoh. 3:16). Dan cara Allah mengaktifkan kasih dalam hidup orang percaya sangat efektif yaitu “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Roma 5:5). Pendapat Paulus benar, bahwa orang yang percaya kepada Yesus sebenarnya tidak perlu lagi diajarkan tentang kasih, karena mereka sudah merasakan kasih yang terbaik di dalam Yesus.
Justru karena pada mereka ada dasar hidup dalam kasih maka Paulus mendorong mereka supaya lebih maju di dalam kasih. Supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya (ay. 10). Harapan Paulus bukan bertumpu pada kekuatan jemaat Tesalonika, tetapi pada Allah yang memberi kasih dengan berlimpah. Sehingga Paulus telah mendorong mereka dengan doanya. 1 Tesalonika 3:12 “Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu”.
Invocatio juga mendorong jemaat Korintus untuk merampungkan pengakuan kasih mereka dengan aksi nyata. “Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu” (2 Kor.8 : 11). Jemaat Korintus menunjukkan kasih yang terhambat dan tertunda. Secara materi jemaat Korintus mampu, tetapi hati mereka masih perlu dikuatkan untuk memberi dengan sukacita. Mereka telah didahului jemaat Makedonia dalam mempraktekkan kasih, karena dorongan kasih dari hati mereka lebih deras.
Kasih merupakan “sistem peredaran darah” dalam Tubuh Kristus. Dalam hal ini, otot-otot rohani kita perlu dilatih sehingga peredaran darah berfungsi dengan baik. Perlu latihan dari memberi dalam bantuan yang kecil, makin lama makin bertambah dan meningkat karena merasakan memberi itu bukan merugikan tetapi bermanfaat bagi sipemberi dan penerima.
Paulus sangat sensitif memperhatikan pertumbuhan jemaat Tesalonika. Sebab Paulus memperhitungkan suatu ajaran yang masuk ke Tesalonika bisa menghambat atau menghentikan gerak kasih jemaat. Dan Paulus memberi nasehat karena sudah ada beberapa jemaat yang terpapar ajaran sesat, yang membuat mereka berhenti bekerja, hanya menantikan kedatangan Tuhan. Mereka beranggapan bekerja bukan merupakan tindakan iman menantikan Tuhan. Padahal bekerja merupakan persiapan untuk menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Bekerja adalah hidup dalam kehormatan karena kita dimampukan untuk memberi. Hidup yang menggantungkan diri pada bantuan orang lain, mempermalukan Tuhan kita dan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Hal ini sejalan dengan bacaan kita Ulangan 15 : 6 – 11 yang sangat menekankan memberi pinjaman dan memberi bantuan. Allah memberkati pekerjaan dan usaha supaya umat-Nya dimampukan untuk meminjamkan atau memberi.
III. Pointer Aplikasi
GBKP berdiri sendiri sebagai Gereja sejak Sidang sidang Sinode Pertama pada tanggal 21-23 Juli 1941 di Sibolangit. Tidah berselang lama, GBKP mengalami masa sulit karena terpaksa mandiri. Pada bulan Maret 1942 beberapa bulan setelah tentara Jepang menduduki Indonesia, semua tenaga Belanda di tahan dan semua bantuan dana berhenti. Jemaat-jemaat yang baru mulai belajar membelanjai diri sendiri untuk biaya-biaya para penginjil pribumi memang bukan hal yang mudah. Sebelumnya semua biaya tenaga penginjil ditanggung langsung oleh Badan Zending (NZG). Pergumulan ini diatasi dengan menggalang solidaritas warga jemaat mengumpulkan beras/ padi atau dana untuk para guru jemaat mereka. Ada yang berhasil karena usaha-usaha jemaat dan kegigihan para pelayan, tapi ada juga yang kurang berhasil atau gagal karena ada tercatat 13 orang Guru Injil yang meninggalkan pekerjaannya dalam tahun pertama sesudah pendudukan Jepang. Namun telah 78 tahun GBKP mandiri sampai sekarang, masih mampu berdiri, bertumbuh dan berkembang. Kemandirian GBKP merupakan bukti bahwa Tuhan turut bekerja mendatangkan kebaikan, GBKP mampu melalui masa-masa krisis karena Tuhan yang memampukan.
Memajukan sebuah jemaat dengan cara meneguhkan mereka di dalam kasih, memberi mereka tanggungjawab, bukan memanjakannya. Paulus menasehati jemaat Korintus karena tidak bersegera melaksanakan kasih mereka. Paulus juga mendorong jemaat Tesalonika untuk lebih sungguh-sungguh mempraktekkan kasih. Bahwa kasih tidak boleh berhenti tetapi harus terus berkembang sehingga makin banyak orang merasakannya.
Kita mengakui bahwa agama lain juga mengajarkan dan mempraktekkan kasih, tetapi kasih yang mereka punyai tanpa Kristus. Sedangkan kasih yang diajarkan dan dipraktekkan orang Kristen bersumber daripada Kristus, memberitakan Kristus dan menarik orang pada Kristus. Intinya kasih kekristenan mengandung keselamatan sebab mengarahkan orang yang kita kasihi kepada Kristus. Karena faktor penting inilah maka kasih Kristus harus terus diberitakan untuk mentransformasi kehidupan.
Mengasihi merupakan bukti iman percaya kita pada Allah. 1 Yohanes 4:10-12 “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita”. Mengasihi membuat kehadiran Allah semakin nyata dan dirasakan banyak orang. Seseorang dapat memberi tanpa mengasihi tetapi orang yang mengasihi tidak mungkin tidak memberi. Memberitakan Kristus yang utama, pemberian adalah pendukung dari pemberitaan kita. Kita tetap perlu disempurnakan di dalam kasih, maka kita perlu terus berlatih hidup dalam kasih. Merenungkan kasih Kristus merupakan kebutuhan kita, membagikan kasih Kristus adalah memberi untuk memenuhi ketubuhan orang lain. Kasih kita harus mengarah atau pun mengalir keluar. Amin.
Pdt. Sura Purba Saputra, M. Th
GBKP Harapan Indah