Khotbah Minggu tgl 05 Mei 2019 ; Jeremia 33:10-13
INVOCATIO : Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pembrontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ngingat dosamu. (YESAYA 43:25)
KHOTBAH : JEREMIA 33:10-13
THEMA
KELENG ATE TUHAN TETAP RASA LALAP
PENDAHULUAN
Pada tanggal 17 Juli 2015, Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu dengan seorang remaja pengungsi Palestina dari Libanon, yang keluarganya mencari suaka di Jerman. Remaja itu mengatakan kepada Merkel bahwa benar-benar sulit menyaksikan bagaimana orang-orang menikmati kehidupan sementara mereka tidak bisa sebab mereka tidak tahu ke mana masa depan mereka tertuju. Merkel menjawab: “Politik memang bisa keras”, Merkel menjelaskan bagaimana Jerman tidak bisa menampung ratusan ribu pengungsi Lebanon di Jerman. Mendengar jawaban ini, remaja tersebut menangis, Merkel mengusap-usap punggungnya tetapi tetap berkeras dengan argument politiknya.
Orang-orang yang menyaksikan perjumpaan ini mengkritisi kebijakan pemerintah Jerman dan akhirnya Merkel mengalah dan membuka pintu bagi pengungsi Lebanon. Masalah selesai? Ternyata, kebijakan baru ini juga menuai protes karena banyak warga yang tidak rela pengungsi Lebanon tinggal di Negara mereka dengan alasan khawatir dengan teroris radikal. Dapatkah kita membayangkan bagaimana kehidupan menjadi sangat tidak nyaman bagi para pengungsi Lebanon yang seolah tidak diinginkan itu? Mungkin demikian halnya dengan bangsa Israel yang juga merasakan sengsara hidup dalam pembuangan di tanah Babel bertahun-tahun lamanya.
PENDALAMAN NATS
A. Yeremia 33:10-13
Perikop ini merupakan bagian dari pasal 30-33 dengan thema tunggal yaitu pembaharuan bangsa Yehuda yang mengalami kesengsaraan karena harus hidup di tanah pembuangan di Babel. Seperti lazim diketahui, bahwa setelah pecah menjadi dua kerajaan, maka Kerajaan Utara (Israel) hanya mampu bertahan sampai tahun 722 SM sebelum jatuh ke tangan Asyur. Sepupunya yakni Kerajaan Selatan mampu bertahan lebih lama yakni sampai 587 SM sampai akhirnya mereka dikalahkan oleh Babilonia. Ketika penaklukan itu terjadi, raja, permaisuri, pegawai istana, orang-orang yang sehat, muda, kuat dan baik semuanya diangkut melintasi padang gurun menuju ke Babel Raya. Hanya orang-orang tua yang lemah, kurang berpotensi dan raja boneka yang dibiarkan tinggal di Yerusalem.
Kebebasan dan jati diri bangsa Israel sebagai umat pilihan yang hidup di tanah yang dijanjikan hancur berkeping-keping. Mereka tinggal di negeri orang sementara Yerusalem sudah menjadi puing. Bangsa Israel sendiri telah terpecah dalam konflik bersaudara dan hancur dalam perang antar bangsa. Yang tersisa di Yerusalem adalah sebuah kesedihan. Umat yang tinggal di sana bukanlah umat yang membanggakan. Sementara mereka yang bisa diharapkan betapapun kuat, sehat dan normal mereka semua tinggal di negeri orang lain yang bukan tanah terjanji. Harapan, gambaran dan identitas mereka hancur, kebanggaan yang selama ini ada tinggal nama, kemashyuran hanya tinggal kenangan... harga diri pun murah bukan kepalang.
Dalam konteks yang demikian, Yeremia menyampaikan bahwa akan datang waktu dimana Tuhan akan memulihkan dan membebaskan mereka serta mengembalikan mereka ke tanahnya. Tuhan mengambil prakarsa untuk menyampaikan janjiNya kepada Israel untuk setia dan berpegang kepada janji Tuhan pada waktu yang Tuhan tetapkan. Pembaharuan yang dilakukan Allah adalah pembaharuan sejati yang membebaskan bangsa Israel dari jajahan bangsa lain (ay.8-9) dan memberikan kehidupan yang tenang dan aman.
· Ay.10-11 :Tuhan memberikan janjiNya kepada bangsa Israel yang telah lama dalam keterpurukan bahwa mereka akan kembali dipenuhi sukacita. Setiap orang yang melihat kehancurannya mungkin akan menyimpulkan Yerusalem hancur selama-lamanya. Umat pasti akan dipulihkan dan pulang ke tanah perjanjian walaupun untuk menunggu penggenapan janji Tuhan ini umat harus bersabar. Akan tiba waktunya terjadi pemulihan baik dari segi fisik (kota, penduduk, hewan, ekonomi) maupun pemulihan secara spiritual/iman dimana mereka dapat beribadah dan menyanyikan kidung pujian di rumah-rumah (hal ini tidak dapat mereka lakukan di tanah pembuangan), di kota maupun dalam tempat ibadah. Kelak janji ini akan digenapi seperti kesaksian Firman Tuhan dalam Ezra 3:11, yaitu ketika bangsa Israel kembali dari Babel, mereka bersama-sama menyanyikan lagu pujian yang isinya dituangkan dalam ay. 11.
· Ayat 12-13: Pembaharuan itu adalah anugerah Allah karena Israel adalah bangsa yang berdosa. Sebagai bangsa pilihan Israel seharusnya hidup dalam keteladanan. Tetapi alih-alih hidup dalam iman dan teladan, bangsa Isrel justru jatuh dalam dosa dan pelanggaran. Karena itu, Tuhan memberikan “pelajaran pahit” agar Israel dapat belajar menjadi umat yang teguh, sadar akan keberdosaan mereka, belajar menanggung konsekuensinya sembari tetap meyakini bahwa Tuhan berkenan mengampuni dan menolong mereka untuk bangkit dari keterpurukan. Pembaharuan yang sejati adalah mengembalikan manusia ke dalam hubungan yang benar dengan Allah yaitu untuk menyembah, memuliakan dan mentaati kehendakNya.
B. 1 Tesalonika 5:12-22
Sebagai orang-orang yang telah ditebus dan dikuduskan dan dikasihi Allah, kita perlu memunculkan karakter kristiani dalam kehidupan kita. Karakter kristiani ini perlu kita pelihara untuk mengingat bahwa Allah memang penuh kemurahan dalam mengampuni kita, tetapi bukan berarti pengampunannya menjadi “murahan” sebab kita dengan mudah terjatuh lagi dalam kubangan dosa-dosa kita. Dalam bagian Firman Tuhan ini ada beberapa karakter yang disebutkan yaitu: hidup dengan menghormati dan mendukung pemimpin umat, bertanggung jawab membawa kebaikan dalam hidup bersama (menegur yang tidak tertib, menghibur yang tawar hati;...dst), serta bertanggungjawab atas cara hidup kita secara pribadi (hidup dalam doa dan ucapan syukur...dst). Bahkan lebih jauh kita diminta untuk menguji segala sesuatu, berpegang pada kebaikan dan menjauhkan diri dari kejahatan, demikianlah kita diajak untuk berjaga-jaga atas kehidupan kita yang telah memperoleh kasih karunia dari Tuhan.
POINTER APLIKASI
1. Allah adalah Allah yang bonafide dan trustworthy (tidak pernah berubah). Bangsa Israel (dan juga kita) mudah berubah dalam kesetiaan dan tidak jarang sangat rapuh dalam iman percaya. Berulangkali bangsa Israel jatuh dalam dosa, demikian juga setiap kali Allah mengampuni dan menuntun. Tidak peduli seberapa besar pelanggaran kita, kasih Allah selalu lebih besar untuk mengampuni kita. Kendati untuk keluar dari dosa dan kehancuran hidup seolah mustahil, tapi kasih dan pengampunan Allah menembus setiap batas dan membawa pemulihan luar biasa bagi orang yang mau bertobat dan membuka hati bagi pengampunan serta tuntunan Tuhan.
2. Sebagai insan yang diampuni dan dipulihkan, kita juga harus memiliki langkah yang nyata atas dosa dan penyesalan kita. Allah adalah Allah yang bonafide, tidakkah sudah sepantasnya kita juga menjadi umat yang bonafide, yang sungguh-sungguh menyesali pelanggaran dan bertekad menata kehidupan yang seturut dengan kehendak Tuhan? Apa yang dapat kita lakukan sebagai langkah nyata atas pengampunan yang kita terima dari Tuhan? Tidak lain dengan mengembangkan karakter kristiani dalam waspada, sekaligus memohon campur tangan Tuhan untuk menata kehidupan kita
3. Hati yang terarah kepada Allah akan menolong kita untuk mawas diri menghadapi godaan dosa dalam hidup kita. Hati yang terpusat kepada Tuhan adalah kunci. Jangan biarkan godaan-godaan dan kenikmatan dosa itu menggeser jalan kita ke arah yang salah. Dengan demikian beragam “magnet” seperti kemudahan, kelancaran, kesempatan, keindahan yang tampak mudah tidak akan dengan gampang membengkokkan iman dan pertobatan kita.
Pdt. Eden Prianenta Funu-Tarigan, S.si(Teol)
Perpulungen GBKP Kupang