Khotbah : Kisah Para RAsul 18 :1-3 ; Minggu tgl 19 November 2017
Khotbah Minggu 19 November 2017
Invocatio : Amsal 24 : 3
Bacaan : Kisah Para Rasul 5 : 1-11
Khotbah : Kisah Para Rasul 18 :1-3
Tema : Yang Terbaik ialah ke utuhan dalam Keluaraga.
I. Pendahaluan.
Sebagaimana perogram Tahunan Gereja kita GBKP ialah mulai tgl 19 November 2017 hingga 25 November 27 adalah pekan Kebaktian Keluarga. Dimana kebanyakan Runggun-runggyun di wilayah Klasis kita akan mengakhiri semua kegiatan yang sifatnya sektor. Dan setelah selesai Pekan Keluarga ini, kita akan disibukkan persiapan persiapan Natal 2017
Dan pekan kebatian keluarga ini masing-masing Runggun mengatur bagaimana ibadah di lakukan, misalnya ada yang gabung dan ada yang dilaksanakan di setiap sektor.
Pekan kebaktian keluarga biasanya kita semua keluarga di segarkan kembali lewat ibadah ibadah yang dilakukan selama satu minggu ini.
Yang jelas pada ibadah ini umummya cukup antusia kehadirian jemaat di setiap malamnya. Bagi kita yang akan khotbah di tanggal 19 November 2017 ini untuk mengigatkan jemaat agar ikut ambil bahagian pada ibadah kebaktian keluarga tersebut agar dihadiri oleh jeaat ditempat masing-masing
II. Urai Nats
Dalam invocatio, dimana Amsal mengigatkan kepada kita bahwa rumah itu didirikan dengan hikmat dan dengan kepandaian ditegakkan. Kata rumah disini bisa digambarkan dengan keluarga/Rumah tangga. Dimana keluarga/rumah tangga itu harus kita bangun berdasarkan hikmat yang datangnya dari Tuhan. Yesus membuat perumpaman tetang membangun rumah diatas pasir dan batukarang, maka kekuatannya akan ditentukan dengan datangnya badai, maka kekuatan apa pondasinya bangunan itu : Pasir atau batukarang, bila batukarang maka tidak akan roboh, tapi bila pasari pasti roboh (Matius 7 : 24-27)
Tentunya kita diingatkan sebagai keluarga keristen, apakah kita membangun keluarga dengan hikmat, dan dengan kepandaian ditegakkan. Jika demikian maka pasti tidak akan terjadi seperti keluarga Ananias dan Sapira, dimana mereka melanggar kesepakatan untuk berbagi dan menyerahkan hasil bila menjual hartanya kepada Rasul (Kisah Rasul 2 : 44-45) ; 5 : 36-37.
Maka dengan sendirinya sebagai suami istri mereka membohongi Tuhan dan diri sendiri, maka hasilnya, Ananias dan Safira korban/Mati . inilah akibatnya bila ditenga-tengah keluarga bila keluarga itu tidak membangun keluarganya berdasarkan kehendah Tuhan, dan melaksanakan semua apa yang Allah perintahkan bagi keluarga itu. Sebab keluarga Kristen itu dibentuk oleh Allah sendiri dan keluarga itu harus menjalankan apa yang dikehendahiNya ( Band Kejadian 1 : 27-28).
Didalam keluarga itu membangun masa depannya maka dia juga membanguna kebersamaannya satu dengan yang lain. Inilah yang terjadi bagi Rasul Paulus dan keluarga Akwila, dimana mereka sama-sama orang Yahudi dan Kaisar Klaudius memerintahkan untuk pulang ke negerinya. Disitulah kita lihat sama-sama orang yang terusir, maka mereka membuat sesuatu kesepakatan untuk kerja sama mengerjakan pembuatan tenda/kemah . Memang usaha inilah yang mereka telah geluti sejak lama.
Melihat hal ini bagaimana keluarga Akwila dan Priskila, bersukacita menyambut kehadirian Rasul Paulus dirumahnya. Hal ini menunjukkan kepada kita dimana keluarga ini sunggu-sungguh keluarga yang bisa menjadi teladan bagi orang banyak, mereka menyadari bahwa didalm kehidupan ini harus saling berbagia dan mengasihi sesama, dan bagi kita yang diberi lebih oleh Tuhan (Akwila – Priskila), mau menampung Paulus untuk tinggal besama dengan Dia, dan menjalankan usahanya juga bersama, tentunya sembari menjalankan usaha pemberitaan injil juga terus dijalankan (Kisah Rasul 5 :18 :4)
Akuila dan Priskila membangun rumah tangganya dengan hikmat dan ketekunan pada kehgendak Allah, maka didalm membangun rumah tangga dengan hikmat, maka keutuhan rumah tangga itu akan terjadi serta dapat dilihat oleh jemaat dan orang lain.
Namun berbeda keluarga Ananias san Safira membangun keluarga tanpa hikmat, maka keluarga itu tidak untuh bahkan runtuh.
III. Kesimpulan
a. Bangunlah keluarga/rumah tangga kita dengan hikmat percaya pada Tuhan, maka ia akan terus memberkati kehidupan keluarga kita, dan kita juga akan jadi berkat bagi oraang lain (Kejadian 12 :3)
b. Keluarga yang diberkiati harus selalu jadi teladan, baik di jemaat maupun di kehidupan sehari-hari (Band Matius 5 : 13-16) menjadi garam dan terang.
c. Jangan menyia-nyiakan kesempatan bila masih ada waktu diberi oleh Tuhan untuk bekerja dan memberitakan injil (bandingkan Kisah Para rasul 18 :4), Paulus menggunakan kesempatan untuyk hadir di ibadah-ibadah Yahudi untuk memeritakan tentang Yesus, walaupun ia sibuk membuat kemah.
d. Kerja sama yang baik dalan rumah tangga (Akwila dan Priskila dan Rasul Paulus) tidak seperti Ananias dan Syafira, sama sama keluarga yang tidak baik
Saloom
Pdt A. Brahmana
081317054961