Khotbah Lukas 4:14-21, Minggu 24 Januari 2016
Bacaan:
Thema :
I. Pengantar
Janji merupakan ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu). Karena itu, janji harus ditepati, dilaksanakan. Berbicara tentang janji adalah hal yang tidak mudah. Karena, banyak orang yang mudah untuk menyatakan janjinya tetapi sulit untuk melakukannya. Ada sebuah ungkapan “janji adalah hutang.” Artinya saat kita mengucapkan janji maka kita dituntut untuk menepati janji yang kita ucapkan itu. Tentu kita ingat saat sidi, kita pernah berjanji menjadi pengikut Yesus yang setia. Kita berjanji menjadi warga dewasa yang ikut bertanggung jawab dalam tumbuh dan berkembangnya jemaat. Ketika kita menikah, kita berjanji untuk setia pada pasangan dalam keadaan suka dan duka. Waktu kita membaptiskan anak, kitapun berjanji untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab dalam mendidik dan meneladankan nilai-nilai iman kepada anak-anak. Janji yang kita ucapkan dengan disaksikan oleh jemaat menjadi janji kita kepada Tuhan. Kita belajar bukan sekedar berani mengucapkan janji itu, tetapi juga mampu melakukan apa yang menjadi janji kita itu.
II. Tafsiran Lukas 4:14-21
Ayat 14-15 “Yesus kembali ke Galilea”
Setelah Yesus menjalani kehidupan selama 40 hari tanpa makan di padang gurun dan di situ iblis mencobai Dia (Lukas 4:1-13), maka oleh kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Injil Lukas memberi tempat yang istimewa bagi Roh Kudus sebagai kuasa Allah yang berkarya di dunia ini. Berbagai mujizat dilakukan oleh Roh Kudus, seperti dialami perawan Maria ketika mengandung bayi Yesus, Roh Kudus membimbing manusia (Lukas 1:35; 4:1,14). Lukas menampilkan Roh Allah yang membimbing pekerjaan manusia, termasuk karya Yesus. Galilea merupakan daerah tempat tinggal Yesus. Pada masa ini, Galilea dikuasai oleh kekaisaran Roma yang menduduki daerah itu sejak tahun 63 SM.
Kemudian tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Yesus mengajar di rumah-rumah ibadat, yaitu sinagoga. Sinagoga berasal daribahasa Yunani, artinya perkumpulan. Dalam Alkitab, Sinagoga menunjukkan kepada suatu kelompok yang berkumpul bersama untuk beribadat. Di Sinagoga mereka berkumpul untuk beribadat, belajar dan menjaga identitas kelompok mereka. Sinagoga menjadi tempat yang penting bagi peribadatan Yahudi dan kehidupan komunitas di daerah-daerah sekitar Laut Tengah.
Yesus dipuji oleh mereka yang hadir di Sinagoga, hal ini menggambarkan keberhasilan Yesus. Salah satu tema yang menarik perhatian Lukas ialah Yesus mengajar. Lewat tema ini Lukas hendak menegaskan wibawa Yesus dalam pengajaranNya kepada umatNya tentang Allah dan rencanaNya. Selaku guru, Yesus tentu saja mempunyai murid yang memandang cara hidupNya sebagai pola hidup mereka sendiri. Dengan menampilkan Yesus sebagai guru yang mengajar di Sinagoga Yahudi, Lukas menekankan adanya kesinambungan antara ajaran Yesus dengan apa yang sejak dahulu dijanjikan Allah kepada Israel.
Ayat 16-17 Yesus mengajar di rumah ibadat ‘sinagoga’
Yesus datang ke Nazaret yang merupakan sebuah kota kecil di Galilea yang merupakan tempat tinggal Yusuf, Maria dan Yesus dibesarkan di kota itu. Wajarlah jikalau Yesus mengunjungi Nazaret tempat ia dibesarkan, dan itu menuntut suatu keberanian. Tempat yang paling sukar bagi seorang pengkotbah ialah gereja tempat ia hidup sebagai seorang anak; tempat yang paling sukar bagi seorang dokter untuk menjalankan tugas ialah dimana orang mengenalnya ketika ia masih muda. Namun, Yesus tetap pergi juga ke Nazaret.
Hari itu adalah hari Sabat, hari istirahat bagi orang Yahudi. Sabat adalah hari ke tujuh dalam satu pekan. Pada hari itu, Allah beristirahat, setelah menciptakan dunia (Kejadian 2:2-3). Menurut kebiasaaaNya, pada hari Sabat ia masuk ke rumah ibadat. Kebiasaan Yesus yang baik ini merupakan hal yang sangat patut ditiru (bdk.Ibrani 10:24-25). Hal ini merupakan caraNya memperingati Sabat sesuai dengan peraturan Perjanjian Lama guna mengindahkan hari itu suci bagi Tuhan. Lalu Dia berdiri hendak membaca Alkitab. Alkitab yang dimaksudkan adalah Alkitab Ibrani, yakni Perjanjian Lama.Yesus berdiri ketika membacakan Alkitab (ayat 16), tetapi duduk pada waktu berkotbah (ayat 20). Ini merupakan kebiasaan saat itu. Berdiri menunjukkan suatu sikap menghormati Firman Tuhan. Berkotbah biasanya dilakukan dengan duduk (bdk. Kis 16:13), tetapi kadang-kadang juga dilakukan dengan berdiri (Kis. 13:16). Sikap duduk atau berdiri ini sebetulnya tidak mutlak, yang penting adalah : dalam hati kita menghormati Firman Tuhan.
Yesus bisa diijinkan untuk berkotbah si Sinagoga karena dalam Sinagoga memang ada kebebasan berkotbah. Jadi, kalau pemimpin sinagoga melihat seseorang yang ia anggap bisa berkotbah, maka ia mengijinkan orang itu berkotbah (bdk. Kis. 13:15). KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya.
Ayat 18-19 “Roh Tuhan ada pada Yesus”
Yesus mempunyai hubungan yang khusus dengan Roh Kudus, suatu hubungan yang penting untuk kehidupan pribadi kita. Dalam nubuat-nubuat PL tentang kedatangan Mesias, beberapa menubuatkan secara khusus bahwa Dia akan dikuasai oleh Roh Kudus (Yesaya 11:2; 61:1-2). Ketika Yesus membaca dari Yesaya 61:1-2 dalam rumah ibadat di Nasaret, Dia mengatakan “Pada hari ini genaplah nats ini sewaktu kamu mendengarnya” (Lukas 4:18-21).
Dalam petunjuk Yesus mengenai penggenapan nubuat Yesaya tentang kedatangan Roh di atasNya, Dia memakai ayat yang sama untuk meringkaskan sifat dari pelayananNya sebagai pemberitaan, penyembuhan dan pelepasan (Yesaya 61:1-2; Lukas 4:16-19). Yesus mengutip Yesaya 61:1-2 ini untuk menggambarkan misiNya di dunia ini.
- Roh Kudus mengurapi dan memberi kuasa kepada Yesus untuk misinya. Yesus adalah Allah (Yoh. 1:1), tetapi Dia juga manusia (1 Tim, 2:5). Sebagai seorang manusia, Ia harus mengandalkan pertolongan dan kuasa Roh untuk melaksanakan semua tanggungjawabNya di hadapan Allah (Lukas 4:1, 14).
- Hanya sebagai seorang yang diurapi oleh Roh dapatlah Yesus hidup, melayani dan memberitakan Injil (Kis. 10:38). Dalam hal ini Dia menjadi teladan yang sempurna bagi orang Kristen; setiap orang yang percaya hendaknya menerima kelimpahan Roh Kudus.
Yesus menerangkan maksud pelayananNya yang diurapi Roh, yaitu :
- Untuk menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin, papa, menderita, hina, patah semangat, hancur hati, dan mereka yang “gentar kepada firmanNya”.
- Untuk menyembuhkan mereka yang memar dan tertindas. Penyembuhan ini meliputi segenap pribadi, baik jasmani maupun rohani.
- Untuk mencelikan mata rohani mereka yang dibutakan oleh dunia dan iblis agar mereka dapat melihat kebenaran Kabar Baik Allah (bdk. Yohanes 9:39)
- Untuk memberitakan saat pembebasan dan penyelamatan yangsesungguhnya dari kuasa Iblis, dosa, ketakutan dan rasa bersalah (bdk. Yoh 8:36; Kis. 26:18).
Semua orang yang dipenuhi Roh terpanggil untuk ikut serta dalam pelayanan Yesus dengan cara-cara demikian. Untuk melakukannya kita harus menyadari sungguh-sungguh kebutuhan dan kesengsaraan yang diakibatkan oleh dosa dan kuasa iblis yang dasyat yaitu keadaan perbudakan kepada kejahatan, kehancuran hati, kebutaan rohani dan penderitaan fisik. Kita harus sadar bahwa tanpa Kristus keadaan kita secara rohani betul-betul buruk. Jikalau kita tidak menyadari hal ini, kita tidak akan datang kepada Yesus.
Ayat 20-21 “Yesus sebagai penggenapan janji Allah”
Setelah Yesus membacakan Yesaya 61:1-2, kemudian Dia menutup kitab itu, lalu duduk serta memulai untuk mengajar. KataNya : “Pada hari ini genaplah nats ini sewaktu kamu mendengarnya”. Dengan demikian Yesus hendak menyatakan bahwa Dialah penggenapan janji Allah dalam Yesaya 61:1-2, Mesias yang digambarkan oleh Yesaya adalah diriNya sendiri. Allah berjanji, maka Dia menepati janjiNya. Kata-kata Yesus pastilah mengejutkan para pendengarNya. Mereka sudah mengenal Dia sejak kanak-kanak dan mereka menerima Dia sebagaimana adanya. Ketika Dia mengklaim diri-Nya sebagai penggenapan nubuat Mesianis ini, mereka terheran-heran.
III. Aplikasi
Kehadiran Yesus di dunia ini sebagai Mesias yang diurapi merupakan penggenapan janji Allah kepada manusia untuk menyampaikan kabar baik bagi orang-orang miskin, pembebasan bagi orang tawanan, penglihatan bagi orang buta, membebaskan orang yang tertindas serta memberitakan tahun rahmat Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa apa yang telah dijanjikan (dinubuatkan) oleh Allah maka ditepatiNya.
Dalam hidup keseharianNya, Yesus memiliki kebiasaan yang patut untuk kita teladani yaitu setiap hari Sabat, Dia ke Sinagoga. Bagaimana dengan kita ? Apakah tetap setia memuji Tuhan untuk beribadah di gereja setiap minggunya ? Tampakkah sikap menghormati serta menghargai Firman Tuhan dalam ibadah ? Ataukah ketika Firman Tuhan diberitakan, asik ber-BBM, facebook, WA….atau tidur???
Janji Allah adalah kepastian bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Kita meyakini bahwa setiap janji Allah berlaku bagi kita umat-Nya. Kini sebagai umat milik-Nya, kita diajak untuk percaya bahwa Allah selalu menggenapi janji-janji-Nya. Kita meyakini karya Tuhan adalah kebaikan bagi hidup kita. Dengan percaya akan janji-janji Allah, kita memiliki pengharapan bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan keselamatan dan damai sejahtera. Rancangan Tuhan selalu indah pada waktunya. Iman kepada Kristus memampukan kita untuk menjalani hidup yang penuh dengan pergumulan ini dengan selalu berpegang teguh pada janji-janji Allah. Oleh karena itu marilah hidup ini kita jalani dengan keyakinan dan kepastian akan janji Allah. Selalu ada penyertaan, pertolongan dan perlindungan bagi yang bersandar pada Tuhan Allah.
Kepustakaan
- Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta : Kanisius, 2003.
- Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Perjanjian Baru 3 : Injil Lukas, Yogyakarta : Kanisius, 1981.
- William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Lukas, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009.
- Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2012.
- Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2006.
- www.golgothaministry.org/lukas/lukas-4_14-30.htm
Pdt. Chrismori Br Ginting
GBKP Rg. Yogyakarta