Khotbah Ibrani 10:5-10, Minggu 20 Desember 2015

Invocatio :
Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya /
Arah si enda icidahken Dibata maka IA bujur kap
 (Roma 3 : 25b)

Bacaan/ogen :
Zakaria 2 : 10 - 13 (Antiphonal)
 
Tema :
Yesus Persembahan Yang Sempurna
 
Pendahuluan
Puji Tuhan, kita telah memasuki Minggu Advent IV yang merupakan Minggu Advent terakhir sebelum Natal. Kata Advent berarti coming, arrival. Kedatangan. Minggu-minggu Advent, artinya minggu-minggu menantikan kedatangan Sang Kristus, Sang Mesias. Kedatangan Sang Kristus yang dinantikan bukan hanya dalam kelahiran-Nya tetapi juga dalam kedatangan-Nya kedua kali sebagai Hakim yang Agung.
 
Dalam minggu-minggu Advent yang perlu kita lakukan adalah menanti. Bagaimana sikap kita dalam masa-masa penantian tersebut ? Dalam menanti Sang Kristus, Sang Mesias ? Sikap kita ditentukan oleh pemahaman dan kesadaran kita atas keberadaan diri sebagai orang berdosa, sehingga sungguh-sungguh kita memahami lalu mensyukuri dengan tulus dan bulat hati akan kedatangan Sang Kristus yaitu Yesus yang merupakan persembahan sempurna untuk menguduskan kita orang yang berdosa, yang kemudian dalam kedatangan-Nya yang kedua kali menjadi Hakim yang Agung atas orang yang hidup dan yang mati.
 
Pendalaman Nats
Dosa dalam konsep Kristen sangat berbeda dengan dosa dalam konsep agama-agama lain. Dalam konsep Kristen, dosa lebih dalam, lebih luas. Dosa itu status manusia; kita ini orang berdosa. Dalam Kejadian 3, bukan dituliskan bahwa Adam dan Hawa berbuat dosa, tetapi mereka jatuh ke dalam dosa. Dari gambar Allah yang tinggi dan mulia, mereka jatuh menjadi orang berdosa.
 
Bukan karena kita mencuri, maka kita berdosa, tetapi karena kita berdosa, maka kita mencuri. Bisa dianalogikan dengan gambaran seperti ini : bukan karena singa menerkam kambing, maka ia menjadi hewan buas, tetapi karena singa hewan buas maka ia menerkam kambing. Oleh karena itu, manusia tidak bisa menebus dirinya sendiri dari dosa. Diperlukan kuasa dari luar[1]

Pdt.L.Z.Raprap, “Kalo Tuhan Tahu, Ngapain Kita Minta?”, Jakarta : BPK-GM, cet.ke-2, 2010, hal. 15 - 24
[1] Handbook to the Bible – Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab, hal. 194
.
Dalam hukum Taurat diatur persembahan korban, yang terdapat dalam kitab Imamat, yaitu  :
  1. Korban bakaran (pasal 1 dan 6:8-13); satu-satunya persembahan korban dengan membakar habis binatang korbannya sebagai tanda dedikasi.
  2. Korban sajian (pasal 2 dan 6:14-18); sering menyertai korban bakaran dan korban keselamatan.
  3. Korban keselamatan atau korban pendamaian (pasal 3 dan 7:11-36); mendamaikan atau memperbaiki kembali persekutuan/hubungan antara pihak yang mempersembahkan korban itu dengan Allah; dapat pula berupa persembahan korban syukur.
  4. Korban penghapus dosa (4:1-5:13 dan 6:24-30); dibuat untuk mendapatkan pengampunan. Hubungan antara korban penghapus dosa dengan korban penebus salah tidaklah jelas. Umumnya korban penghapus dosa diadakan bagi dosa-dosa terhadap Allah, sedangkan korban penebus salah diadakan bagi kesalahan-kesalahan terhadapa sesama. (tetapi dosa terhadap orang lain pun dilihat sebagai dosa terhadap Allah, seperti yang jelas dinyatakan dalam pasal 6:2)
  5. Korban penebus salah (5:14-6:7 dan 7:1-10)
Namun :
  1. Darah lembu jantan atau darah domba jantan yang dipersembahkan tidak mungkin menghapuskan dosa (bdk.Ibrani 10:4). Bila itu mungkin maka, tidak akan ada lagi korban bakaran dan korban penghapusan dosa berikutnya yang dipersembahkan kepada Allah karena sudah dihapus oleh darah lembu jantan atau darah domba jantan yang telah dipersembahkan. Dalam kenyataannya, tiap tahun bangsa Israel mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapusan dosa kepada Allah karena terus diingatkan akan dosa-dosa mereka. 
  2. Korban-korban tersebut tidak dikehendaki oleh Allah dan Allah tidak berkenan kepadanya meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat (Ibrani 10:8). Mengapa ???  Sebab ketaatan yang sejati bukan sekedar upacara keagamaan. Ketaatan yang sejati berarti hanya percaya kepada Tuhan, menyesali dosa dengan sungguh-sungguh, dan hidup sesuai dengan
kehendak TUHAN, termasuk memperlakukan orang lain secara adil. Dalam perjalanan hidup bangsa Israel, korban persembahan terus diberikan kepada Allah namun kejahatan tetap merajalela. Seperti yang diperlihatkan dalam kitab Amos dimana, kaum kaya dan berkuasa menindas orang miskin dan menyembah ilah-ilah asing.  
 
Untuk itu, Allah sendiri datang untuk menebus kita melalui darah Yesus agar kita tidak binasa. Dosa yang mendarah daging dalam hidup kita telah ditebus dan dibersihkan oleh Allah melalui darah Yesus. Dalam ketaatan-Nya, Yesus memberi diri sebagai korban persembahan penghapus dosa sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.
 
Allah melalui Yesus menyatakan diri bukan hanya Allah yang Mahatinggi; bila demikian maka tidak ada seorangpun yang mampu sampai kepada-Nya. Bukan hanya Allah yang Mahakudus; bila demikian tidak ada seorangpun yang layak dihadapannya. Bukan pula hanya Allah yang Mahabesar; bila demikian tidak ada seorangpun yang berani menghampirinya. Allah melalui Yesus disamping Mahatinggi, Mahakudus, Mahabesar tetapi juga Allah yang Mahakasih, yang telah bangkit dari tempat kediaman-Nya yang kudus dan diam di tengah-tengah umat-Nya. (bdk.Zakharia 2:10-13 – bacaan pertama/ogen)
 
Aplikasi
Pemahaman dan kesadaran diri seperti yang diuraikan di atas kiranya yang melandasi kita dalam menanti kedatangan sang Mesias, baik dalam kelahiran-Nya maupun kedatangan-Nya yang kedua kali. Sesungguhnya, kita sungguh-sungguh menanti kedatangan-Nya layaknya seperti orang tenggelam mencari udara. Marilah kita mengaku dan menyadari diri seperti dalam Yesaya 64:5-6,8 :“Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala. Demikialah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membetuk kami, kami sekalian adalah buatan tangan-Mu!”
Dengan begitu :
  1. Dalam kita menyambut dan merayakan kelahiran-Nya melalui perayaan Natal, kita persiapkan diri dan acara perayaaan dengan penuh sukacita dan kerendahan hati sehingga kita lebih fokus pada makna natal bukan sekedar perayaan; memberi perhatian pada isi natal bukan bentuk; lebih memikirkan substansi natal bukan sekedar konsepsi. 
  2. Dalam menyambut dan menanti kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali, kita isi hidup dan hari-hari kita dengan hal-hal yang membuat hidup kita bermakna. Menebar kasih kepada sesama dan cipataan yang lain melalui kata dan perbuatan. Menjadi berkat bagi orang lain dalam apapun yang kita lakukan.
Kita lakukan bagian kita sebaik-baiknya dan sebenar-sebenarnya dengan satu harapan “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kita seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuh kita terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (bdk.1 Tesalonika 5:23) Amin.
Pdt.Asnila br Tarigan
Perpulungen Makassar
 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate