Khotbah Kejadian 15 : 1-6 (Tunggal), Minggu 23 Agustus 2015
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
I. Pendahuluan
· Abraham adalah bapa semua orang percaya, sebab ia lebih dahulu percaya daripada kita dan kita mengikuti sebagaimana ia percaya kepada janji Tuhan. Ia memegang janji Tuhan dan menantikan penggenapannya. Imannya membuat dirinya berharap kepada Tuhan yaitu pengharapan yang melampaui ketidakmungkinan. Pengharapan membawa ia keluar dari kata “mustahil” kepada iman bahwa bagi Allah tiada yang mustahil. Tapi perlu diungkapkan dalam lingkup keinginan Allah, bukan dalam keinginan manusia. Sebab apa yang dijanjikan Allah yang terjadi, bukan keinginan manusia yang terjadi.
· Sebab banyak orang saat ini dengan pikirannya yang hampa tidak melihat harapan ada pada Allah dan Allah mampu berbuat apapun untuk kebaikan orang yang percaya kepadanya. Manusia cenderung lebih mempercayai bukti daripada “Sang Pembuat Menjadi Ada” dari yang tidak ada. Bahwa diri manusia sendiri dibuat menjadi ada (eksis) oleh karena kuasa Tuhan. Masakan kita menantang Allah dengan pemikiran yang dikuasai keraguan dan kecurigaan akankemahakuasaan Allah?
· Allah mengarahkan manusia kepada iman yang teguh, yang berharap penuh pada Allah. Harapan yang berpusat pada Allah yang menolong manusia di dalam kelemahan dan keterbatasannya.
II. Pendalaman Nats
· Abraham meninggalkan negeri dan sanak saudaranya karena percaya akan janji Allah. Ia juga telah banyak merasakan penyertaan Allah dalam hidupnya. Tetapi umur yang telah sampai 85 tahun belum mendapatkan anak membuat ia meragukan janji Allah. Abraham bertanya atau lebih tepatnya bersungut-sungut atau mengeluh "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Sungguh tidak berkenan cara Abraham mengungkapkan isi hatinya kepada Bapa Surgawi dengan mengatakan: Bapa tidak mau memberiku anak, Bapa membiarkanku mati tanpa anak? Sedangkan hamba-hamba dalam rumahku memiliki banyak anak sedangkan aku tidak punya sama sekali. Saat janji Allah belum digenapi, keraguan dan ketidaksabaran, cenderung mendorong hati manusia mengambil kesimpulan yang tidak menyenangkan bagi Allah.
· Allah mendorong Abraham untuk mempertahankan harapannya. Walaupun bukti belum di depan mata, seharusnya bersyukur dalam banyak hal yang Allah lakukan. Sebab dapat terjadi Abraham telah mati dalam peperangan melawan keempat raja Sodom dan kawan-kawannya, sehingga tidak sanggup lagi untuk bertanya. Karena Allah hendak memenuhi janji-Nya sehingga hidup Abraham dipertahankan? Bukankah Allah menjadi perisai bagi Abraham sehingga hidupnya masih berlanjut?
· Ay. 4. Anak seorang hamba yang lahirdi rumahmu tidak akan menjadi ahli warismu, seperti telah dijanjikan kepadamu, seorang anak dari dirimu sendiri akan menjadi ahli warismu. Allah memberikan jawaban "ini tidak akan, dan iniakan", bahwa manusia mereka-rekakan tetapi Allah yang menentukan. Allah menyediakan yang lebih baik bagi kita daripada “ketakutan” kita sendiri.
· Allah menyuruh Abraham memandang bintang-bintang di langit."Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Tentu Abraham tidak mampu menghitungnya karena keterbatasan manusia menghitungnya. “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu!” Lebih jauh Allah menyingkapkan masa depan kepada Abraham dalam Kejadian 15:13 Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya”. Satu sisi pernyataan ini adalah kabar buruk, tapi bagi Abraham saat itu menjadi kabar sukacita sebab ini adalah bukti keturunannya menjadi sebuah bangsa.
· Allah berjanji dan Abraham mempercayai janji Allah. Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi ‘mempercayai’ berarti “mengatakan amin”. Allah memberikan janji kepada Abraham, dan Abraham menjawab dengan “amin!” Iman inilah yang diperhitungkan sebagai kebenaran. Kata memperhitungkan dalam Roma 4:3 adalah kata Yunani yang berarti “memasukkan ke dalam perhitungan”. Kalau seseorang bekerja, ia memperoleh gaji dan uang ini diperhitungkan sebagai haknya. Tetapi Abraham tidak bekerja untuk memperoleh janji Allah; ia hanya percaya kepada Firman Allah.
· Orang-orang Yahudi sangat bangga akan sunat dan hukum Taurat. Jika seorang Yahudi ingin menjadi benar di hadapan Allah, ia harus disunat dan melakukan hukum Taurat. Tetapi Abraham dinyatakan benar ketika ia belum disunat. Kesimpulannya jelas: sunat tidak ada hubungannya dengan pembenaran Abraham. Abraham dibenarkan karena percaya kepada janji Allah, bukan karena melakukan hukum Taurat; karena hukum Allah melalui Musa belum diberikan. Janji Allah kepada Abraham diberikan benar-benar karena kasih karunia Allah. Abraham tidak mengusahakannya atau memperolehnya sebagai ganjaran.Roma 4:2-3 mengatakan “Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."
· Abraham adalah bapa semua orang percaya, baik orang Yahudi maupun orang yang bukan Yahudi (Rm. 4:16; Gal. 3:7, 29). Paulus melihat peremajaan tubuh Abraham sebagai suatu gambaran kebangkitan dari antara orang mati. Satu alasan mengapa Allah menunda dalam memberikan keturunan kepada Abraham dan Sara adalah untuk membiarkan seluruh kekuatan jasmani mereka menurun dan kemudian lenyap. Tak dapat dibayangkan bahwa seorang laki-laki yang berumur 99 tahun dan memperanakkan seorang anak dalam rahim istrinya yang berumur 89 tahun! Dipandang dari segi reproduksi, keduanya telah mati.
· Perbedaan terjadi karena Allah telah berjanji; dan Allah yang berjanji ini mampu untuk menggenapinya. Allah tidak memberikan janji kosong sebab Firman Allah berkuasa melakukan kehendakNya. Setiap perkataan Allah mengandung kuasa menggerakkan kepada yang akan terjadi. “Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak"(Ibr. 6:13-14). Allah melakukan demi diri-Nya sendiri, bahwa Ia adalah Allah yang tidak mengingkari diri-Nya sendiri.
· Pada saat Abraham mengakui bahwa ia “mati”, maka kuasa Allah mulai bekerja di dalam tubuhnya. Semua fakta ini membuat iman Abraham semakin indah. Ia tidak memiliki Alkitab untuk dibaca; ia hanya memiliki janji Allah yang sederhana. Ia boleh dikata seorang diri sebagai orang percaya, ditengah-tengah orang-orang tidak percaya. Namun, Abraham percaya kepada Allah. Sekarang ini orang memiliki Alkitab yang lengkap untuk dibaca dan dipelajari. Mereka memiliki persekutuan gereja, dan dapat melihat kembali pada iman orang-orang percaya pada masa lampau seperti yang tercatat dalam sejarah gereja dan Alkitab. Namun demikian, banyak orang tidak mau percaya!
III. Pointer Aplikasi
· Yang menjadi perhatian utama kita bahwa Abraham memperoleh pembenaran karena iman. Roma 4:18“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Dan apa yang difirmankan Allah terwujud dan terbukti bagi kita saat ini.
· Kita juga butuh pembenaran dari pernyataan Allah atas kita. Istilah teologi untuk keselamatan adalah pembenaran karena iman. Pembenaran adalah tindakan Allah untuk membenarkan orang berdosa di dalam Kristus berdasarkan karya penyelamatan Kristus yang sempurna di kayu salib. Bahwa dosa-dosa kita telah ditanggung-Nya, Ia yang tidak berdosa menjadi dosa karena kita. Dan kebenarannya dikenakan kepada kita, sehingga kita dibenarkan dihadapan Allah Bapa. Ini adalah keputusan Allah sendiri (seperti hakim memutuskan perkara) bahwa kita dinyatakan benar karena Kristus membela dan mewakili kita. Pada waktu orang berdosa percaya kepada Kristus, Allah membenarkan dia, dan pernyataan pembenaran tidak akan pernah dicabut, sebab telah disahkan dan dimateraikan dengan darah Kristus. Jadi kita telah percaya kepada Kristus, bukan percaya kepada diri kita sendiri dan percaya kepada kemampuan kita berbuat baik. Kita percaya hanya Kristus yang mampu menebus kita dari dosa. Kita mengaku seperti Abraham mengaku kepada Tuhan bahwa dirinya telah mati (tidak mampu beroleh keturunan oleh dirinya sendiri) maka Allah menolongnya. Demikian juga kita mengaku bahwa kita telah mati di dalam dosa dan memohon penebusan Tuhan supaya kita beroleh kehidupan.
· Selama seorang berdosa yang sesat merasa bahwa ia cukup mampu melakukan sesuatu untuk menyenangkan Allah ia tidak dapat diselamatkan oleh kasih karunia. Ini juga bisa berarti kebaikan manusia juga menyesatkan dirinya.Tanpa pengenalan akan Allah maka manusia akan melakukan kejahatan atas dirinya sendiri. “Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran” (Kol. 4:19).
· Yang kita harapkan transformasi karena pengenalan akan Allah di dalam Yesus Kristus, “kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef.4:23-24). Bahagian manusia terdalam diperbaharui Allah, sehingga di dalam iman yang sejati Allah mengerjakan kehendak-Nya.
· Berjuanglah melawan ketidakpercayaan, keraguan dan penilaian diri sendiri yang menyimpang. Kehidupan tidak ditentukan oleh diri sendiri. Di dalam iman pun manusia tidak dapat menyombongkan diri, sebab pekerjaan Allah yang dinyatakan di dalam diri kita.Setelah Allah membenarkan kita maka Ia menumbuhkan kemauan dan kehendak untuk mengerjakan kehendak Allah, “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” Flp. 2:13). Allah memperlengkapi kita untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya.
· Perjanjian Allah dengan Abraham menyangkut diri kita juga. Galatia 3:9, 29 “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah”. Keturunan Abraham yang banyak memberikan kelegaan bagi kita. Sebab menjawab keraguan “apakah aku termasuk ke dalam keturunan Abraham?” Iman kepada Yesus Kristus adalah jaminan akan keselamatan dan hari-hari yang kita lalui. Ada pengharapan yang teguh menanti kita di depan. Maka melangkahlah dengan pasti, berjalan dengan iman yang melihat yang tidak kelihatan, yang disediakan Allah bagi orang yang percaya kepada-Nya.
· Puisi: Iman dan Keraguan
Keraguan melihat rintangan
Iman melihat jalan!
Keraguan melihat malam gelap,
Iman melihat hari terang!
Keraguan melihat jalan berliku untuk melangkah,
Iman melihat jalan lurus ke tujuan!
Keraguan bertanya, "Siapa yang percaya?"
Jawaban iman, "aku percaya!”
· Kita perlu melangkah keluar dalam iman dan berjalan dengan iman mengikut Tuhan, pergi kemana pun disuruh. Membiarkan Tuhan melindungi kita dan membela kita serta menentukan seluruh aspek hidup kita.Amin.
Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th
GBKP Bandung Timur