Khotbah Roma 8:8-25 (Antiphonal), Minggu 16 Agustus 2015
Bacaan Keluaran 15:19-21, merupakan Ungkapan syukur bangsa Israel (Miryam bersama dengan perempuan yang lain) bernyanyi dan menari karena mereka merasakan pertolongan Tuhan dalam melepaskan mereka dari Mesir. Dengan nyanyian pujian mereka mengungkapkan isi hatinya yang paling dalam kepada Tuhan.
Pada waktu bangsa Israel berada di Mesir dibawah pimpinan raja Firaun yang keras hati, kehidupan mereka sangat menderita di bawah pimpinan raja. Raja Firaun tetap mempertahankan bangsa Israel agar tetap tinggal di Mesir, walaupun sudah diancam oleh berbagai bagai tulah yang dibuat oleh Allah, supaya bangsaNya dilepaskan dari Mesir, tetapi raja Firaun tetap mempertahankan bahwa bangsa Israel tidak boleh keluar dari Mesir. Ada sepuluh tulah yang didatangkan ke Mesir supaya hati raja Firaun lembut, sehingga mengizinkan Israel keluar, tetapi sampai tulah yang ke sembilan raja tetap mengeraskan hatinya dan tidak memberikan Israel keluar dari Mesir. Tulah yang terakhir adalah kematian anak sulung bangsa Mesir, barulah raja Firaun mengizinkan Israel keluar dari Mesir. Namun, setelah mereka pergi, hati raja kembali berubah keras dan menyuruh pegawainya mengejar bangsa Israel dengan membawa 600 kereta yang terpilih lengkap dengan perwiranya. Tuhan mengeraskan hati Firaun dan bangsa Mesir, sehingga mereka mengejarnya, bangsa Israel ketakutan dan berseru seru kepada Tuhan karena mereka merasa pasti dibunuh bangsa Mesir di gurun pasir sehingga mereka memarahi Musa dengan mengatakan " mengapa kamu membawa kami keluar dari Mesir.
Khotbah Roma 8 : 18-25, Paulus dalam suratnya untuk jemaat di Roma mengajarkan banyak tentang cara hidup orang percaya yang semestinya. Pasal 8 menjelaskan bahwa kita dapat hidup bebas dari kuasa daging, yaitu hawa nafsu dosa atau manusia lama. Roh kudus di dalam kita menyaksikan bahwa kita bukan hanya anak anak manusia, melainkan juga adalah anak anak Allah. Kita hidup dalam Roh dengan pengharapan akan kemuliaan Allah. Di sini dinyatakan maksud keabadian Allah. Segala makhluk pun bersama kita sedang merindukan dan menanti nantikan kemerdekaan kemuliaan anak anak Allah.
Ayat 18-19 dalam bertekun kita harus fokus kepada kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita bukan pada penderitaan. Penderitaan yang kita alami tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima pada saat dinyatakan kepada kita.
Ayat 20-23 dalam bertekun kita menyadari bahwa kita telah dimerdekakan dari roh perbudakan dan kebinasaan walaupun sebagai orang percaya kita tidak terlepas dari penderitaan. Penderitaan itu hanya sementara saja, karena pada akhirnya kita dibebaskan dari penderitaan tubuh yang fana diganti dengan tubuh yang kekal.
Ayat 24-25 orang percaya harus bertekun karena telah ditebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian kita tetap memiliki iman untuk terus bertekun dalam pengharapan yang sejati. Paulus menggambarkan orang beriman adalah orang yang mengalami penderitaan dan tetap memiliki pengharapan akan pemenuhan janji Allah. Kebangkitan Kristus menjadi dasar pengharapan orang percaya. Meskipun orang percaya akan mati karena dosa Adam tetapi akan dibangkitkan di masa yang akan datang.
Dalam perikop ini Paulus mengingatkan jemaat di Roma bahwa sebagai anak anak Allah mereka memiliki pengharapan yang mulia sekalipun mereka masih hidup ditengah berbagai penderitaan, keluhan dan kesakitan di dunia ini.
Pdt Nur Elly Tarigan-Cl Rg GBKP Karawang