Khotbah Amsal 4:1-9, Minggu 21 Juni 2015
Invocatio :
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7).
Bacaan : II Tim 3 : 15 -17 (Tunggal); Khotbah : Amsal 4 : 1- 9 (Responsoria)
Thema: Jadilah Bijak
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan, kitab Amsal adalah kitab yang dapat memberikan pencerahan kepada anak-anak Tuhan, sehingga orang percaya dapat mengembangkan dirinya. Sebaimana kita tahu bahwa amsal ini adalah amsal Salomo anak Daud, Raja Israel, dimana Salomo mendapatkan didikan dari orangtuanya tentang bagaimana harus hidup sebagai anak-anak Tuhan. Dari tema kita mengatakan : Jadilah bijak, artinya bukan saja dari segi Intelektual, tapi juga dari segi cerdas Spiritual, dan cerdas Emosional. dan hal kecerdasan itu bersumber pada Firman Tuhan. Cerdas secara Intelektual tapi tidak cerdas Spiritual dan Emosional akan menimbulkan kegagalan, oleh karena itu melalui kitab Amsal ini kita dibawa supaya bijak: yaitu 3C, Cerdas Intelektual, cerdas Spiritual dan Cerdas Emosional. Dengan demikian sebagai anak-anak Allah kita bisa mengembangkan diri sesuai dengan talenta yang diberikan Allah kepada kita.
Amsal 4 : 1-9 ini merupakan relfeksi atau pengalaman Salomo, yang mengatakan betapa pentingnya didikan dari orangtua, disini Daud yang memimpin bangsa Israel, sebagai orangtua yang mematuhi ajaran-ajaran Tuhan dan tetap mengingatkan pengajaran-pengajaran/didikan kepada Salomo. Hal itulah yang membuat Salomo menjadi Raja yang penuh hikmat didalam meneruskan memimpin bangsa Israel, Salomo tetap memegang didikan orangtuanya didalam dia memimpin bangsa Israel. Salomo meminta kepada Tuhan hikmat kebijaksanaan didalam memimpin bangsa Israel, walaupun Tuhan menawarkan kekalahan musuh kepada Salomo atau kekayaan atau umur panjang, tetapi Salomo bukan memilih semuanya itu tetapi Salomo memilih hikmat kebijaksanaan kepada Tuhan, maka Tuhan melihat permintaan Salomo itu sangat baik dan memberikannya kepada Salomo.
Salomo juga telah berpengalaman dari orangtuanya tentang ajaran-ajaran Tuhan, dan hal itu diteruskannya didalam kehidupannya. Pengajaran yang dilakukan secara berkesinambungan kepada anak-anak akan melekat pada diri anak sehingga tetap diingatnya untuk dilakukan setiap hari. Keluarga adalah pusat pendidikan bagi anak-anak, seperti yang dikatakan didalam Ulangan 6: perintah Tuhan itu haruslah engkau mengajarkannya secara berulang-ulang kepada anak anakmu, dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumah, apabila engkau sedang diperjalanan, apabila engkau sedang berbaring dan apabila engkau bangun. Itu adalah tranggungjawab orangtua bagi anak-anaknya untuk mengembangkan diri anak-anaknya, orangtua memberikan teladan didalam segala hal kepada anak-anaknya, baik didalam perbuatan, berbicara dan pemikiran. Orangtua menjadi model bagi anak-anaknya sebagaimana Daud sebagai model bagi Salomo didalam kehidupannya. Tuhan berkehendak supaya hikmat itu bukanlah pada satu generasi saja tetapi terus kepada generasi berikutnya, kepada anak cucu kita, supaya anak cucu kita tidak terkontaminasi terhadap pengaruh-pengaruh zaman ini yaitu kejahatan-kejahatan yang merajalela, sehingga keturunan kita lebih mementingkan hal hal duniawi daripada Tuhan.
Didalam invokatio Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, penulis Amsal ini ingin mengungkapkan bahwa takut akan Tuhan akan menjiwai seluruh pendidikan yang mereka tempuh. Apa artinya takut akan Tuhan? Takut akan Tuhan berhubungan dengan pelaksanaan perintah Tuhan didalam hidup sipelajar. Takut akan Tuhan juga merupakan sikap hormat dan tunduk kepada kuasa Tuhan.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus, Siapa yang tidak menginginkan supaya dia menjadi orang bijak, semua orang menghendaki supaya dia menjadi bijak dan keturunannya menjadi orang bijak, baik dalam dunia pendidikan formal, non formal. Pada zaman sekarang ini banyak tawaran-tawaran pendidikan kepada anak-anak kita mulai dari play group, TK sampai S3 dan seterusnya, dan orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin supaya menjadi anak yang pintar. Tetapi pintar secara Intelektual tapi kurang dalam Spiritual dan Emosional maka kurang berhasil. Jadi ilmu yang ditempuh oleh anak-anak kita harus terlebih dahulu disertai takut akan Tuhan.
Pdt. Ediwati Br Ginting
Rg. Bogor