Sejarah GBKP Surabaya
PERKEMBANGAN DAN SEJARAH TERBENTUKNYA GBKP SURABAYA
1. CIKAP BAKAL GBKP SURABAYA
Pada tahun 1970-an warga Karo di Surabaya masih dapat dihitung dengan jari, walaupun demikian telah ada perkumpulan warga Karo yang diberi nama “Persadan Karo Sada Ukur Surabaya” wadah warga Karo mengadakan pertemuan, arisan dan kegiatan sosial lainnya. Warga Karo Surabaya pada umumnya terdiri dari TNI-AD/AL, pedagang, karyawan Swasta/PNS dan mahasiswa.
Yang paling banyak adalah dari TNI-AD/AL pada tahun 1960-an akibat adanya Trikora dan Dwikora dalam rangka pembebasan Irian Barat dan Ganyang Malaysia. Setelah tamat dari pendidikan, khususnya dari TNI-AL banyak yang ditempatkan di Surabaya dan akhirnya tinggal di Surabaya serta ikut mengambil bagian dalam kegiatan warga Karo melalui Persadan Karo Sada Ukur Surabaya. Warga ini banyak dari anggota GBKP dan sebelumnya ada juga dari aktivist Gereja melalui Permata. Untuk pembinaan rohani mereka ini pada umumnya bergabung di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) sebagai anggota bahkan ada juga sebagai Penatua atau Diaken. Adanya Persadan Karo Sada Ukur Surabaya sangat membantu berdirinya GBKP Surabaya, dimana pada saat adanya pertemuan, warga Kristen Karo saling dapat berkomunikasi antara sesamanya dan sekaligus mengadakan penjajakan pedirian GBKP Surabaya. Hal ini dapat berkembang setelah kedatangan Pdt.Dharma Pelawi,S.Th dari GBKP Klasis Pulau Jawa pada pertengahan tahun 1979 ke Surabaya. Setelah diadakan beberapa kali pertemuan disepakati untuk mengadakan kebaktian minggu sebulan sekali. Menindaklanjuti kesepakatan tersebut muda-mudi Kristen Karo Sada Ukur Surabaya mengadakan rapat beberapa kali membicarakan perayaan Natal tahun 1979 dan sekaligus pembentukan Panitia Natal di rumah Nd.Vera Br.Silangit Jl.Sumbawa No.11 Surabaya. Adapun Panitia Natal hasil rapat para muda-mudi sebagai berikut:
Penasehat | : | Karo Sada Ukur Surabaya |
Ketua | : | Nuah Tarigan (Ketua Muda-Mudi Karo) |
Anggota | : | Marhen Ginting |
Tono Ginting | ||
Amar Ginting | ||
Efrata Karo Sekali | ||
Paten Surbakti |
Susunan Panitia Natal tersebut diberikan kepada Pdt. Darma Pelawi sebagai pemberitahuan. Kemudian disampaikan kepada Bapak Reken Sukapiring (Bp.Nico) untuk mencari tempat yang aman, transportasi lancar dan murah yang kemudian diperoleh tidak jauh dari kediaman Bapak Reken Sukapiring yaitu gedung SD Katolik Jl. Dukuh Kupang Timur XIII/12b Surabaya. Beberapaa hari sebelum pelaksanaan Perayaan Natal, Pdt.Dharma Pelawi,S.Th tiba di Surabaya bersama Jeramin Silangit dan mereka menginap di Jl.Sumbawa no.11 di rumah Nd.Vera Sinaga br.Silangit kakak kandung dari Jeramin Silangit. Kebaktian perayaan Natal Desember 1979 dimulai jam 18.00 WIB yang dipimpin Pdt.Dharma Pelawi,S.Th,S.Th. Salah satu ungkapan yang disampaikan Pendeta ini dalam khotbahnya “Seran ngatur 10 kalak Karo asangken ngatur 1 kompi tentara.” Kata-kata tersebut sangat menantang warga kristen Karo Sada Ukur Surabaya untuk mendirikan GBKP di Surabaya. Perayaan Natal selesai pada pukul 20.00 WIB dan dilanjutkan dengan makan malam bersama (nasi kotak). Selesai makan malam dilanjutkan membicarakan rencana mendirikan GBKP Surabaya. Kesepakatan yang diambil melalui pembicaraan tersebut:
1. Kebaktian Minggu GBKP akan dimulai pada awal tahun 1980
2. Semua warga kristen Karo ya
ng telah menjadi anggota di Gereja lain bersedia keluar dan bergabung dengan perminggun GBKP.
3. dan menyiapkan pendirian GBKP Surabaya.
Kesokan harinya Pdt.Dharma Pelawi,S.Th kembali ke Jakarta dan menyampaikan hasil kesepakatan tersebut dalam rapat BP.Klasis GBKP Pulau Jawa pada tanggal 26 Februari 1980 di Jakarta yang dihadiri oleh ketua Moderamen Pdt.A.Ginting Suka, yang kemudian melahirkan Surat Keputusan BP. Klasis GBKP Pulau Jawa tertanggal 28 Februari 1980 tentang Badan Pengurus GBKP Surabaya, dengan susunan sebagai berikut:
Ketua | : | Letkol Buaten Sembiring |
Wakil Ketua | : | Drs.Ec.Mbue Ginting |
Sekretaris I | : | Mayor Reken Sukapiring |
Sekretaris II | : | Ir. Kampung Perangin-angin |
Bendahara I | : | Drs.Ec.Raja Runggu Purba |
Bendahara II | : | Gitar Sitepu |
Seksi-seksi | ||
Seksi perminggun, perpulungen jabu-jabu, penataren, bible study | : | Mayor Kebun Sembiring |
Mayor Cawir Tarigan | ||
Seksi permata/anak perana singuda-nguda | : | Tono Ginting BA |
Pertua Nuduh Sitepu | ||
Seksi Moria/pernanden | : | Nd. Vera br. Silangit |
Nd. Alfa br. Brahmana |
2. BERDIRINYA GBKP SURABAYA
2.1. Kebaktian Minggu yang pertama
Tidak lama setelah terbentuknya Badan Pengurus GBKP Surabaya, pada tanggal 2 Maret 1980 diadakan kebaktian pertama di Gereja Bethel Jl.Kupang Krajan VI Surabaya pada jam 10.00 WIB yang dipimpin Pdt.Darma Pelawi,S.Th. Jemaat yang hadir ada 65 orang (58 dewasa + 7 anak-anak) dan jumlah kolekte Rp.19.290. Kemudian pada tanggal 17 Maret 1980 juga diadakan PJJ (perpulungen Jabu-jabu) yang pertama di rumah Robinson Sitepu Jl.Jemur Ngawinan pada jam 18.00 WIB. Jemaat yang hadir 23 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, jumlah persembahan Rp.8.100.
Pada PJJ tersebut juga berkembang pembicaraan untuk mencari atau meminjam Gereja lain tempat Kebaktian pada bulan berikutnya, karena Gereja Bethel Jl. Kupang Krajan tersebut dirasa kurang memadai untuk warga Kristen Karo. Pembicaraan ini didengar oleh salah seorang panatua HKBP bapak W.Simbolon yang bertempat tinggal berdekatan dengan salah seorang anggota GBKP Bapak Reken Sukapiring yang tinggal di Jl. Dukuh Kupang I/69 Surabaya. Beliau menawarkan HKBP Jl. Kedondong No.12 untuk kebaktian Minggu berikutnya, setelah mereka selesai melaksanakan kebaktian. Saran ini dipandang baik sehingga diajukanlah permohonan pinjam kepada pihak HKBP Jl.Kedondong No.12 Surabaya secara tertulis pada tanggal 15 April 1980 dan mendapat persetujuan dengan surat tertanggal 28 April 1980 yang ditanda tangani Pdt.M.Sihombing. Sehingga kebaktian Minggu kedua pada bulan kedua dibuatlah surat/momo kepada anggota bahwa Kebaktian kedua tanggal 30 Maret 1980 jam 16.30 WIB dipindahkan ke HKBP Jl.Kedondong No.12 Surabaya dan yang memberi khotbah adalah ketua Klasis Pulau Jawa sendiri yaitu Pdt.Salomo Sitepu.
Tanggal 30 Maret 1980 kebaktian minggu yang kedua dilaksanakan di HKBP Jl.Kedondong Surabaya. Jemaat yang hadir ada 56 orang (laki- laki 30 orang, perempuan 23 orang, anak-anak 3 orang). Jumlah kolekte Rp. 16.955 (Kantong I= Rp.8.445,- II=Rp.5.280,- dan III = Rp. 3.230,-). Biaya kebersihan yang diminta oleh pihak HKBP setiap bulannya Rp. 5.000,- 2.2. Tantangan tahap I Pada mulanya pelaksanaan kebaktian berjalan lancar, namun lambatlaun timbul kendala karena seringnya ruang persiapan (konsistori) HKBP dipakai untuk rapat pada sore hari yang bertepatan dengan jam Kebaktian GBKP yang sudah disepakati. Kebaktian Minggu GBKP yang yang dilaksanakan jam 16.30 WIB sering molor setengah s/d satu jam, bahkan pernah kebaktian dilaksanakan jam 18.00 WIB. Hal ini menimbulkan kedongkolan baik bagi anggota maupun pengurus perminggun GBKP. Namun hal ini membuahkan hikmah tersendiri sehingga memacu setiap anggota dan Badan Pengurus GBKP Surabaya berusaha memiliki gereja sendiri. Untuk mengatasi kendala ini pengurus dan anggota jemaat mengadakan rapat untuk mencari jalan keluar, maka disepakati jam kebaktaian dimajukan jam 14.00 WIB dan hal ini disetujui pihak HKBP. Sebagaimana sebelumnya, awalnya juga berjalan lancar, namun kemudian kendala timbul lagi karena siang hari juga kadang kala ada kegiatan pemberkatan nikah dan acara resepsi diruang pertemuan dan juga ruang konsistori. Kembali anggota jemaat dan pengurus dipacu harus memiliki Gereja sendiri. Persiapan kebaktian terpaksa dilakukan di dalam Gereja yang disertai dengan suara-suara dari acara pesta pernikahan sampai sore hari. Akhirnya setiap anggota jemaat dan pengurus dapat juga menerima keadaan ini. Kolekte pembangunan Gereja berangsur-angsur naik, memang inilah salah satu hikmanya, disamping menambah tekad untuk menguatkan Iman, karena semakin banyak tantangan, semakin kuat (“dihambat, merambat”), tapi tantangan yang paling berat justru datang dari dalam sendiri yakni dari segi Pelayan Firman (Pengkhotbah). Sudah disepakati sebelumnya bahwa palayan Firman (pengkhotbah) akan diatur oleh Klasis GBKP Pulau Jawa dan Pengurus GBKP Surabaya yang berada dibawah pembinaan runggun Jogyakarta. Kebakatian Minggu akan dipimpin oleh Pendeta Klasis, yang datang ke Surabaya sehari sebelum pelaksanaan kebaktian. Untuk penginapan telah disiapkan oleh seorang anggota jemaat, Bapak Buaten Sembiring Komandan Kodim Surabaya Selatan. Beberapa bulan kemudian dicarikan kamar kontrakan didekat HKBP Jl.Kedondong Gg.Blimbing III/18 yakni Rumah Kel. Pak Renan/Sukirman, karena ada rencana kebaktian Minggu ditingkatkan dari sebulan sekali menjadi sebulan dua kali. Untuk itu diajukan kembali surat permohonan kepada pihak HKBP tertanggal 16 Juli 1980 yang isinya agar jemaat GBKP Surabaya dapat menggunakan HKBP untuk kebaktian 2 (dua) kali dalam sebulan yaitu tiap Minggu pertama dan ketiga. Juga dibuat surat undangan kepada Jemaat GBKP Surabaya supaya dapat mengikuti setiap kebaktian yang dilaksanakan 2 (dua) kali sebulan tersebut. Kebaktian dua kali sebulan dapat berjalan dengan lancar walaupun masih ada kendala mengenai ketepatan waktu jam Kebaktian, karena seringnya gedung HKBP digunakan untuk kegiatan-kegiatan warga HKBP sendiri seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Sangat disayangkan terhadap semangat anggota yang cukup tinggi untuk mengikuti Kebaktian belum dapat dilayani dengan baik oleh para Pendeta GBKP Klasis Pulau Jawa sehingga fasilitas yang sudah disiapkan oleh Anggota Jemaat GBKP Surabaya terkadang mubazir karena ada kalanya pendeta tidak datang tanpa pemberitahuan. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya untuk mengatasi keadaan yang mendadak seperti demikian, karena saat itu belum ada Penatua maupun Diaken. Kekecewaan ini melebihi kekecewaan yang disebabkan oleh pihak HKBP. Pernah terjadi salah seorang anggota jemaat (Sobat Ginting) tanpa persiapan ditunjuk untuk melaksanakan Kebaktian menggantikan Pendeta menyampaikan firman Tuhan.
Walaupun ada tantangan-tantangan yang dihadapi oleh jemaat yang masih muda ini, tidak mengurangi semangat untuk merayakan Natal tahun 1980. Untuk maksud tersebut dibentuklah panitia Natal pada tanggal 26 Oktober 1980 dengan susunan sebagai berikut :
Ketua | : | Raja Runggu Purba |
Wakil Ketua | : | T.D. Bangun |
Sekretaris I | : | Chasian Tarigan |
Sekretaris II | : | Amar Ginting |
Bendahara I | : | Gitar K. Sitepu |
Bendahara II | : | Kampung Perangin-angin |
Penasehat | : | Ketua Perpulungen |
Seksi - seksi : | ||
Konsumsi | : | - Nd.Nico Sukapiring |
- Nd.Sastra Pandia | ||
Gedung, Peralatan | : | K. Sembiring + Permata |
Dekorasi | : | - |
Dokumentasi | : | Chasian Tarigan |
Liturgi/Atraksi | : | - Nd.Vera Sinaga |
- Nd.Hendry Sembiring | ||
- Nd.Sunaryo Bangun | ||
- Nd.Nico Sukapiring | ||
- Nd.Suryanta Sitepu | ||
- Nd.Maria Perangin-angin | ||
- Nd.Alfa Purba | ||
Pemuda | : | Efrata Karosekali |
Perkiraan Biaya | : | Rp. 150.000,00 |
Natal dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 Desember 1980 jam 17.00 WIB di HKBP Jl. Kedondong Surabaya. Kebaktian Natal dipimpin Pdt.Rohati Br. Ginting (Ny.Pdt.Hukom) dari GPIB Peniel Rajawali Surabaya. Jemaat yang hadir: laki-laki 82 orang, Perempuan 51 orang, Anak-anak 45 orang, Jumlah keseluruhan 178 orang dengan uang kolekte sebesar Rp. 22.055,- Dengan segala kekurangannya, walaupun tidak dihadiri pengurus GBKP Klasis Pulau Jawa, acara dapat berjalan dengan baik, bahkan para ibu (Moria) dapat menampilkan sebuah drama yang dipimpin langsung oleh Pdt. Rohati br. Ginting. Anggota Perminggun merasa terharu, karena inilah perayaan Natal pertama kali diadakan semenjak Perminggun GBKP Surabaya terbentuk. Walaupun kualitas dan kwantitas pelayanan dari pendeta GBKP Klasis Pulau Jawa semakin lama semakin menurun, semangat anggota masih tetap baik. Jemaat GBKP Surabaya tidak tahu kendala apa yang dihadapi oleh Pengurus GBKP Klasis Pulau Jawa sehingga jadwal kedatangan pendeta tidak dapat dipenuhi, dan diberitahukan secara mendadak, sehingga menyulitkan untuk mencari penggantinya. Namun yang pasti hal ini menimbulkan kekecewaan bagi jemaat. Pernah muncul pemikiran dari sebagian anggota untuk membubarkan GBKP Surabaya dan kembali bergabung ke Gereja sebelumnya. Menanggapi hal ini ada yang menyarankan supaya menunggu perkembangan selanjutnya dan ada juga yang menyarankan agar salah seorang pengurus berangkat ke Jakarta menanyakan apa sebenarnya yang terjadi. Ada pula yang berkeras menyarankan bahwa Kebaktian Minggu harus terus dijalankan apapun tantangannya, karena GBKP Jogyakarta telah berdiri, GBKP Surabaya harus terus jalan. Rupanya Rohul Kudus masih bekerja dihati sebagian besar dari anggota GBKP Surabaya, sehingga dalam musyawarah yang dilakukan diambil kesepakatan (1) Kebaktian jalan terus,(2) Mengutus salah seorang pengurus GBKP Surabaya ke kantor GBKP Klasis Pulau Jawa di Jakarta. Menindaklanjuti kesepakatan tersebut, diutuslah Drs.Rajarunggu Purba, Bendahara I Perpulungen GBKP ke Jakarta untuk menyampaikan segala keluhan-keluhan dan harapan antara lain:
1. Bahwa Pengurus Klasis Pulau Jawa telah menganjurkan mendirikan GBKP Surabaya dan telah dilakukan dan warga Kristen Karo Surabaya juga telah keluar dari Gereja-gereja Surabaya untuk bergabung menjadi anggota GBKP Surabaya. 2. Jemaat GBKP Surabaya telah menyiapkan Mess untuk para pelayan Firman dari Jakarta. 3. Warga Kristen Karo Surabaya setia mengikuti kebaktian tetapi sering tidak ada pelayan Firman tanpa pemberitahuan sebelumnya. 4. Pengurus Klasis GBKP Pulau Jawa tidak dapat menepati janji- janjinya untuk memberi pelayanan dengan baik. Untuk itu apakah GBKP Surabaya dibubarkan? Anggota kembali ke Gereja sebelumnya? Ataukah GBKP Surabaya tetap diteruskan? Bila GBKP Surabaya tetap diteruskan agar pelayanan yang akan datang tidak seperti sebelumnya. Pendeta-pendeta Klasis Pulau Jawa sepakat kebaktian harus terus dilaksanakan, tidak hanya dua kali dalam sebulan tetapi setiap Minggu. Pelayanan Pendeta dari Klasis Pulau Jawa akan ditingkatkan. Untuk itu direncanakan penempatan Pendeta detasir di GBKP Surabaya yaitu Pdt.Yusuf Sembiring sebulan sekali dan menginap di rumah anggota jemaat. Setelah utusan GBKP Surabaya Drs.Ec.R.R Purba kembali dari Jakarta diadakan rapat pada tanggal 18 Januari 1981 di rumah saudara Ir.Kampung Perangin-angin di Jl.Prof.Soepono SK I/27 Ketintang Jaya Surabaya untuk membahas hasil rapat di Jakarta. Rapat akhirnya memutuskan bahwa kebaktian Minggu dilaksanakan setiap minggu dimulai pada tanggal 08 Pebruari 1981 setelah Pdt.Yusuf Sembiring tiba di Surabaya. Pdt.Yusuf Sembiring berada di Surabaya dari tanggal 08 Pebruari 1981 s/d 02 Maret 1981 dan tinggal di rumah Mayor Laut Reken Sukapiring, sekretaris I GBKP Surabaya. Walaupun hanya satu bulan kurang, namun dengan kehadiran pendeta ini, pelayanan dapat lebih ditingkatkan, disamping kebaktian Minggu juga PJJ (Perpulungen Jabu- Jabu).
20 |Sejarah GBKP Surabaya Pengganti berikutnya adalah Pdt. Asem Jaya Sitepu. Pergantian dari Pdt.Yusuf Sembiring ke Pdt.Asem Jaya Sitepu tidak berjalan dengan baik, dimana Pdt.Asem Jaya Sitepu tidak dapat segera datang pada Minggu berikutnya untuk memimpin kebaktian tanggal 08 Maret 1981, sehingga pelayanan kebaktian kembali dilaksanakan oleh Pdt.Rohati br. Ginting. Pdt.Asem Jaya Sitepu tiba pada hari Sabtu 14 Maret 1981 dan dalam perjalanan ke Surabaya dengan kereta api, Pendeta ini kehilangan Alkitab, Toga dan perlengkapan lainnya. Pada tanggal 22 Maret 1981 pada jam sore beliau kembali ke Jakarta.