Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Khotbah Ibrani 12:5-8, Minggu 09 Juli 2017

on . Posted in Features

Invocatio :
Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya (Amsal 13:24).

Bacaan :
Amsal 15:10-14 (Responsoria)

Tema :
Ajarlah Anak-Anak Dengan Disiplin
 
 
I. Pengantar
Orang tua yang sungguh-sungguh mengasihi anak-anaknya akan memberikan pendidikan melalui keteladanan hidup kepada anaknya. Teladan yang yang jelas tentang bagaimana seorang harus hidup. Anthony de Mello dalam bukunya Doa Sang Katak 2 Meditasi dengan Cerita menuliskan suatu cerita tentang betapa pentingnya pendidikan melalui teladan orang tua dan juga orang yang ada disekeliling kepada anak. Sedemikian ceritanya. Ada tiga orang anak yang dituduh telah mencuri buah semangka dan dibawa ke pengadilan. Mereka menghadap hakim dengan perasaan takut. Mereka berpikir akan menerima hukuman berat karena hakim itu dikenal sebagai orang yang sangat keras. Hakim itu juga seorang pendidik yang bijaksana. Dengan satu ketokan palu ia berkata, “Kalau di sini ada orang yang ketika masih anak-anak belum pernah mencuri buah semangka, silahkan tunjuk jari.” Ia menunggu. Para pegawai pengadilan, polisi, pengunjung dan hakim sendiri tetap meletakkan tangan mereka di meja mereka. Ketika sudah puas melihat bahwa tidak ada satu jaripun yang diangkat dalam sidang itu, hakim itu berkata, “Perkara ditolak”.

Cerita ini memperlihatkan kepada kita bahwa betapa pentingnya keteladanan hidup dalam memberikan pendidikan kepada anak. Melalui bahan kotbah hari ini, kita akan melihat bagaimana kita diberikan pengajaran untuk mengajar anak-anak untuk berdisiplin.
 
II. Pembahasan Nats
Bahan kotbah dari Ibrani 12:5-8, dapat kita lihat bahwa di sini penulis surat Ibrani memberikan suatu penjelasan tentang mengapa orang harus menanggung kesusahan yang melanda hidupnya dengan sukacita. Mengapa demikian? Karena sesuatu yang harus mereka tanggung itu hanya kecil saja jika dibandingkan dengan apa yang telah ditanggung oleh Yesus Kristus. Mereka harus menanggung kesusahan, karena kesusahan itu adalah pelajaran disiplin dari Allah dan hidup tanpa disiplin tidak punya nilai sedikitpun. Seorang ayah akan menghajar anaknya. Sama seperti yang disampaikan dalam invocatio: “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya (Amsal 13:24)”. Adalah bukan suatu tanda kasih untuk membiarkan anak berbuat sekehendaknya, dan menganggap enteng semuanya. Sikap seperti itu akan menunjukkan bahwa sang ayah memandang anaknya sebagai anak yangtidak perlu dikasihi atau dipertanggungjawabkan. Tetapi Allah, yang memberikan hajarankepada kita manusia adalah Allah yang dari padanya kita menerima jiwa yang kekal, danyang dalam kebijaksanaanNya selalu mengusahakan yang terbaik untuk kita. Tuhanmendisiplinkan kita karena IA mengasihi kita. Dengan mendisiplinkan kita, IA menegaskanlagi bahwa kitaadalah bagian dari keluargaNya, kita adalah anak Allah. Ketika kitamendisiplinkan anak-anak, kita sedang mengisyaratkan bahwa kita mengasihi mereka.

Berdasarkan surat Ibrani 12:5-8, marilah memperhatikan beberapa hal tentangdidikan Tuhan atas orang-orang percaya dan kesukaran serta penderitaan yangdiizinkanNya terjadi dalam kehidupan. Mari kita menilik beberapa hal berikut tentangdidikan Tuhan :
1. Semuanya itu merupakan tanda bahwa kita adalah anak Allah (ayat 7-8)
2. Semuanya itu merupakan jaminan kasih dan perhatian Allah kepada kita (ayat 6)
3. Didikan Tuhan akan mendorong kita untuk tetap dapat bertahan dalam kesukarandengan pimpinan Allah, tunduk kepada kehendak Allah dan tetap setia kepadaNya(ayat 5-6). Dengan melakukan hal ini, kita akan tetap hidup sebagai anak-anakrohani Allah (ayat 7-9).
4. Dalam kehendak Allah, kesulitan mungkin tiba bagi kita :
Sebagai akibat perjuangan rohani untuk melawan iblis (Efesus 6:11-18)
Sebagai ujian untuk memperkuat iman kita (1 Petrus 1:6-7).
Sebagai persiapan untuk menghibur saudara seiman yang lain (2 Korintus 1:3-dan menyatakan kehidupan Kristus (2 Korintus 4:8-10,12,16).
5. Di dalam segala bentuk kesengsaraan kita harus mencari Allah, memeriksakehidupan kita (2 Tawarikh 26:5; Masmur 3:5; 9:13; 34:18) dan meninggalkansegala sesuatu yang bertentangan dengan kekudusanNya (ayat 10, 14)
Penjelasan di atas memperlihatkan betapa pentingnya didikan yang disampaikan olehTuhan kepada kita sebagai seorang yang percaya kepadaNya. Dia adalah Bapa kitayang penuh dengan hikmat dalam memberikan didikan untuk mendisiplinkan kita agartetap setia serta mengandalkanNya dalam langkah kehidupan setiap hari.
 
III. Aplikasi
Jikalau Allah yang sedemikian mengasihi kita setiap orang yang percaya kepadaNyamemberikan didikan yang sangat berguna dalam kehidupan kita, bagaimanakah kita selakuorang tua dalam mendidik anak-anak kita agar menjadi seorang yang disiplin?

Salah satu pemberian terbesar yang dapat diberikan oleh orangtua kepada anaknyaadalah disiplin. Tentu saja hal ini dimulai dari orang tua sendiri yang juga harus disiplindalam memberikan pengajaran kepada anak. Keluarga menjadi kelas katekisasi. Anak-anakbelajar katekisasi di rumah mereka. Gurunya adalah ayah dan ibu mereka sendiri.

Kehidupan keluarga sehari-hari dijadikan kelas katekisai. Dengan demikian, ayah dan ibumemiliki peranan penting dalam pendidikan iman. Ayah dan ibu menjadi “guru danpendeta” bagi anak-anaknya. Dalam kelas ini anak-anak dapat diajarkan tentang imankepada Tuhan (Ulangan 6:4-9) sehingga anak-anak tumbuh dalam disiplin baik moral danjuga spiritual. Selain keluarga sebagai kelas katekisasi, keluarga dapat juga disebut sebagaiUniversitas, yaitu universitas keluarga sebagai tempat mendidik anggota keluarga setiaphari.

Sedangkan dalam metode pendidikan yang akan diterapkan, sesungguhnya tidak
ada satu metode yang khusus, yang dapat diteraplkan kepada anak-anak. Mengapa?Karena setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Itulah sebabnya, metode tertentumungkin tepat bagi anak tertentu, tetapi tidak tepat dan mengakibatkan kegagalan bagianak lainnya. Mari kita perhatikan beberapa hal berikut yang penting bagi kita untukberdisiplin dalam memberikan pengajaran kepada anak-anak kita :
1. Tanggung jawab utama ada pada kedua orang tua. Yang lain hanya membantu,pelengkap.
2. Keteladanan: Like father, like son.
3. Didik dalam kasih dan ajaran Tuhan (Ef.6:4)
4. Nyatakan penerimaan kepada anak, begaimana pun kondisinya
5. Namun demikian, harus tetap tegas dalam pengajaran dan mendisiplin (band:1Sam.2:11-26, kisah anak-anak Eli)
6. Miliki ketekunan dan disiplin; bukan instant (bd. Ul.6:6-9).
7. Harus konsisten, baik dalam ajaran, maupun perilaku.
8. Gunakan setiap kesempatan (Ul.6:6-9)
9. Bila perlu, gunakan hukuman: Ams:13:4; 15:10; 22:15; 23:13-14; 29:15.
10. Jadilah guru
11. Miliki kedekatan dengan anak: jadilah teman bermain mereka. Cari dan ciptakansebanyak mungkin jenis permainan yang membuat kita menjadi salah seorang‘teman’ bermain mereka.
12. Sediakan waktu secukupnya bersama anak-anak. Tidak cukup hanya kwalitas, tapijuga kwantitas. Ingat: kasih menuntut waktu dan pengorbanan. Dan lagi, sesuatuyang sangat penting dan berharga bagi kita dapat diukur dari segi penggunaanwaktu kita. Apakah anak-anak, keluarga penting bagi kita? Apakah hal itu terlihatdari waktu dan prioritas yang kita gunakan ?
 
SELAMAT MENDIDIK ANAK-ANAK DENGAN DISIPLIN.

Pdt. Crismori Veronika br Ginting
GBKP Yogyakarta

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate