SUPLEMEN PA MORIA: FILIPI 3:7-11; 31 OKTOBER- 6 NOVEMBER 2021

Nats            : Filipi 3:7-11

Tema          : Kiniteken Ras Pengarapen Si Paguh

Tujun          : Gelah Moria

1.   Meteh maka kiniteken man Kristus si ngerembakken kita man Dibata

2.   Nuisken kesaksinna ibas erkiniteken man Kristus

1.    Paulus dalam nats ini berusaha menyingkapkan pengalamanan pribadinya. Paulus berupaya mengungkapkan perbedaan sebelum mengenal Kristus (penganiaya jemaat) dan setelah mengenal Kristus. Dan memang seharusnya “Perjumpaan dengan Kristus seharusnya membawa perubahan”. Paulus menjadikan Yesus Kristus sebagai pusat kehidupannya dengan demikian dia sangat rindu mengenal Kristus dan terlebih lagi diubahkan oleh Kristus “totally transformed by Christ”. Sehingga, kita harus ingat bahwa perubahan tidak akan serta-merta terjadi ketika kita mengandalkan kekuatan kita, tetapi akan terjadi ketika kita memberi diri kepada Kristus untuk diubahkan oleh-Nya. Perubahan terjadi karena menyerahkan diri kepada Kristus dalam iman.

2.    Karena nats ini merupakan pengalaman pribadi rasul Paulus, maka dia juga menjelaskan tentang keuntungan-keuntungan yang pernah ia miliki dahulu sebelum mengenal Krists (3:4b-6), tetapi kemudian dia buang seperti sampah karena Kristus dan karena pengenalannya akan Dia (ay. 7-8). Hal ini dia lakukan, karena ia mau memiliki Kristus dan kebenaran-Nya dengan jalan percaya dan bukan kebenarannya sendiri dengan jalan ketaatan kepada hukum Taurat (ay. 9). Ia mau mengenal Kristus dan mau menjadi serupa dengan Dia dalam penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya (ay. 10-11). Ia tahu bahwa ia belum sempurna, tetapi ia mengejar kesempurnaan itu dan ia berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya, karena untuk itulah ia telah ditangkap oleh Kristus (ay. 12-14).

3.    Before and after (sebelum dan sesudah). Paulus tidak mengatakan “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap tidak penting atau kurang berarti, tetapi lebih daripada itu, sekarang kuanggap kerugian karena Kristus”. Sekali lagi, apa yang terjadi di dalam diri Paulus terjadi OLEH KARENA KRISTUS. Berulang-ulang Paulus menjelaskan ini dalam nats ini. Seolah-olah memberi penegasan kepada kita ada perubahan radikal SEBELUM MENGENAL KRISTUS DAN SESUDAH MENGENAL KRISTUS. Kebanggaan-kebanggaan masa lalu Paulus menjadi sebuah kerugian bahkan sampah ketika mengenal Kristus. Mungkin  kita juga bisa merenungkan, apa-apa saja kebanggaan-kebanggaan kita saat ini yang kemudian bisa menggantikan posisi Kristus dalam hidup kita? Seolah-olah kita lebih bangga dengan sesuatu itu dibanding dengan Kristus.

Maka, usahakanlah dalam PA Moria kali ini membuat daftar kebiasaan-kebiasaan diri kita yang telah diubahkan oleh Kristus. Buatlah tabel yang terdiri dari dua bagian, isinya karakter kita sebelum mengenal Kristus dan isi tabel yang kedua bagaimana karakter kita setelah mengenal Kristus.

4.    Mengenal Kristus tidak sama dengan sekedar tahu. Dari semua kebanggaan-kebangaan masa lalu Paulus, dia sadar bahwa ada sesuatu yang lebih mulia atau lebih tinggi dari semuanya yaitu “pengenalan akan Yesus Kristus”. Pengenalan  tidak sekedar mengenal secara intelektual (tahu biografi Kristus) tetapi ada yang lebih esensial dalam hal ini, yaitu mengenal dengan seluruh hidup artinya terjalinya “relasi yang mesra- persekutuan yang sangat dekat” dengan Kristus. Mengenal berarti menyatu dengan Kristus. Tidak sekedar tahu secara intelektual. Hal mengenal Kristus ini tentu hanya akan terjadi di dalam iman kepada Kristus, karena ada banyak hal misteri yang tidak bisa dipahami oleh kita jika hanya mengandalkan logika kita saja.

Pengenalan itu juga tidak diperoleh dengan sendirinya, tetapi pengenalan itu berasal dari Dia. Dia yang adalah Tuhan kita yang mememberikan pengenalan tersebut lewat iman. Dan pengenalan akan Dia akan terus bertumbuh seiring dengan relasi kita semakin hari semakin dekat dengan Kristus.

5.    Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan.  Sebelum 'ditangkap' oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen.  Namun sejak bertemu Yesus hidup Paulus diubahkan.  Alkitab menyatakan;  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17). 

6.    Paulus hendak mengakhiri suratnya dengan berpesan kepada jemaat agar mereka “bersukacitalah dalam Tuhan” (3:1a). Luar biasanya karena pesan ini diberikan oleh seseorang yang sedang menderita dalam penjara. Artinya sukacita Paulus tidak bisa “dipenjara” sebagaimana tubuhnya dipenjara. Ingat bahwa tema utama Surat Filipi ini adalah “Bagaimana hidup di dalam dunia yang memusuhi iman Kristen.” Dan dalam hidup di tengah-tengah dunia yang macam ini, Paulus di akhir suratnya berpesan agar jemaat “bersukacita di dalam Tuhan” (bukan di luar Tuhan), itu berarti bahwa sukacita kita ada di dalam Tuhan bukan di tempat lain atau yang lain.

7.    Tujuan Paulus setelah mengenal Kristus. Hidup tanpa tujuan akan menjadi sia-sia. Semua usaha kita selama menjalani hidup akan berakhir dengan kekecewaan, kehampaan, kelelahan, dan rasa frustrasi. Tujuan merupakan aspek penting yang membuat hidup menjadi bermakna dan berarti. Tujuan kita sebagai orang percaya sudah ditetapkan oleh Allah, yaitu kebangkitan dan hidup kekal bersama-Nya di surga. Oleh karena itulah, Paulus tidak lagi membanggakan keadaan lahiriahnya di luar Kristus. Sejak ia menerima Yesus sebagai Juru Selamat, arah tujuan hidupnya berubah secara radikal. Sebelumnya, tujuannya adalah mencari kehebatan dan kemegahan diri sehingga ia tega menganiaya orang-orang yang percaya kepada Yesus. Namun setelah berjumpa dengan Yesus, ia hanya ingin mengejar kebenaran dalam Kristus. Untuk itu, ia rela menanggalkan segala masa lalunya yang gemilang, lalu mengarahkan pandangan secara total untuk mengenal Yesus. Totalitas tersebut mengerahkan seluruh jiwa dan raganya agar ia menjadi sama seperti Kristus serta meraih mahkota kemenangan di dalam Allah. Ia bersungguh-sungguh bekerja keras, dan penuh keberanian untuk mengejar ini. Ia berserah penuh kepada Tuhan agar memampukannya. Tentu saja ini tidak mudah karena nyawa adalah taruhannya

8.    Banyak orang hanya mengarahkan hidupnya pada kesuksesan dan ketenaran duniawi belaka. Mereka mengejar hal itu semua dengan totalitas. Ironisnya, lebih banyak lagi orang yang malah tidak mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas. Mereka seperti tidak sadar, bahkan tidak peduli terhadap itu semua. Kehidupan dijalani begitu saja sehingga mereka tidak mengarahkan hidupnya pada apa yang kekal dan panggilan surgawi sampai ajal menjemput. Marilah kita arahkan pandangan kepada Tuhan yang menyediakan hidup kekal sehingga kita dapat bermegah dalam Kristus Yesus. Dengan hidup yang baru, tujuan kita adalah pengenalan diri akan Tuhan dan hidup yang kekal bersama Allah. Kita mesti mengarahkan hidup kepada Allah tidak sekedar tertuju kepada hal-hal yang fana di dunia ini.

9.    Tidak mundur meski ada tantangan. Beberapa kali Paulus memang hampir-hampir kehilangan nyawanya dalam tugas pemberitaan Injil. Bdk. 2 Kor. 4:8-10 “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.” Pengharapan Paulus adalah juga pengharapan kita saat ini. Bahwa meski ada tantangan menjadi orang percaya, kita tidak mundur karena lebih dari apapun di dunia ini ada yang jauh lebih berharga dan mulia yaitu kebangkitan dan hidup kekal bersama Kristus (ay. 11).

Salam

Pdt. Dasma Turnip

GBKP Rg. Palangka Raya