Khotbah Minggu tgl 02 Juni 2019 : Mazmur 27 : 7 -10

(Minggu Eksaudi : Begiken min O Jahwe)

Invocatio      : Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita;

sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allahdengan kelihan-keluhan yang tidak terucapkan. (Roma 8 : 26)

Khotbah       : Mazmur 27 : 7 - 10

Tema :

“Dengarkan dan Jawablah Aku”

PENDAHULUAN

Jikalau kita mau melihat dan merasakan bagaimana kasih Allah di dalam kehidupan kita, sungguh sebenarnya tidak ada alasan kita untuk hidup dalam sungut-sungut dan keraguan akan Allah. Allah bahkan telah menyatakan kuasa dan kasihNya dengan memberikan jaminan keselamatan bagi kita. Hal ini seharusnya menjadikan dan menguatkan kita untuk semakin setia di dalam iman dan pengharapan kepada Allah saja. Namun di dalam kenyataan kehidupan banyak anak-anak Allah yang hidup dalam keraguan akan kuasa dan kasih Allah. Ditengah-tengah situasi yang tidak seperti keinginan kita (baik ekonomi, situasi keluarga, sakit penyakit dan pergumulan lain) terkadang ada yang bersungut-sungut, menyalahkan Allah bahkan hilang iman dan pengharapannya kepada Allah; merasa bahwa Allah tidak mengasihi kita, Allah tidak peduli bahkan meninggalkan kita. Pergumulan yang berat di dalam kehidupan membuat manusia terkadang lupa akan apa yang Allah telah perbuat di dalam kehidupannya, mencari jalan pintas, bahkan mencari pertolongan lain di luar Allah; yang pada kenyataannya bukannya semakin meringankan beban dan pergumulan itu. Oleh karena itu pada Minggu ini, kita diingatkan dan diteguhkan kembali untuk senantiasa berseru dan berserah kepada Allah saja di dalam segala situasi kehidupan kita. Minggu ini adalah minggu Exaudi yang artinya : Dengarlah seruan yang ku samapaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku (Mazmur 27 : 7).

URAIAN NATS

Mazmur 27 : 7 - 10

Daud adalah seorang yang populer, memiliki kuasa oleh karena kemasyurannya sebagai seorang raja yang mampu membawa Israel kepada kesuksesan, dan juga memiliki iman dan pengharapan yang kuat kepada Allah. Dibalik semuanya itu, ternyata kehidupan yang harus dijalani Daud tidak selalu mulus tetapi sering kali diperhadapkan dengan situasi yang sulit; baik ketika Saul ingin membunuhnya oleh karena Saul tidak bisa menerima bahwa Daud akan menggantikan dirinya sebagai raja bagi Israel, begitu juga ketika anaknya Absalom mengancam kehidupan Daud oleh karena ambisinya mewarisi tahta sebagai raja Israel. Mazmur 27 ini adalah mazmur Daud yang menggambarkan bagaimana Duad ditengah-tengah kesesakan, ketakutan dan keterancaman hidupnya tetap berlindung dan berserah kepada Allah. Bahkan Daud dengan tegas mengatakan bahwa Allah itu adalah terang, benteng dan keselamatanNya (ay. 1), oleh karena itu tidak ada satupun yang akan mengalahkannya, termasuk situasi dan pergumulan hidup yang berat sekalipun. Daud begitu meyakini dan mengimani bahwa Allah tidak akan sekali-kali meninggalkan dia ditengah-tengah pergumulannya. Segala yang terjadi di dalam kehidupannya tidak akan luput dari Allah yang akan senantiasa menolong dia.

Ayat 7         : Pemasmur ditengah-tengah pergumulannya tetap berseru kepada Allah. Ini mencerminkan sikap iman percaya Daud yang teguh kepada Allah. Dia yakin bahwa hanya Allah yang sanggup untuk meluputkannya dari segala persoalan yang mendera hidupnya. Daud tidaklah mengandalkan diri dan kekuatannya, dia juga tidak mencari tempat untuk meminta pertolongan yang lain karena dia sangat tahu bahwa hanya Allahlah tempat perlindungannya. Dia begitu tahu diri akan kemampuan dirinya yang sungguh sangat terbatas dan dia begitu sungguh mengenal Allah yang memiliki kuasa melebihi segala yang ada di muka bumi ini.

Ayat 8         : Bukan hanya berseru kepada Allah dengan kata-kata, tetapi Daud lebih dalam menyatakan imannya bahwa hatinya mengikuti firmanNya. Daud sungguh menyerahkan kehidupannya kepada kehendak dan rencana Allah. Daud ingin tetap berlaku setia kepada apa yang Allah kehendaki sekalipun ia berada dalam kesesakan. Mencari wajah Allah berarti senantiasanmendekatkan diri kepadaNya (menjalin hubungan yang baik dan intim bersama Allah); mencari Wajah Allah berarti tetap berada di dalam pengawasa dan perlindungan cinta kasih Allah.

Ayat 9         : Daud menyadari bahwa ia adalah manusia yang terbatas, yang terkadang tidak bisa luput dari kesalahan dan pelanggaran. Kesalahan dan pelanggaran yang dia perbuat bisa saja menbuat Allah memalingkan wajahNya dari padanya. Oleh karena itu Daud semakin memantapkan iman pengharapannya bahwasanya Allah tidak akan pernah berpaling darinya dan meninggalkan dia.

Ayat 10 : Ayah dan ibu adalah orang yang paling dekat dengan anaknya; yang selalu ada setiap anaknya membutuhkan dia; yang senantiasa mengasihi, menjaga, melindungi dan mencukupkan segala yang dibutuhkan oleh anaknya. Orang tua adalah tempat ternyaman seorang anak untuk mencurahkan isi hatinya dan mendapat perlindungan dari segalan ancaman kehidupan. Namun Daud menyatakan bahwa Allah itu melebihi dari seorang ayah dan ibu secara manusia. Allah akan senantiasa memperhatikan dan mengasihi dia. Sekalipun secara manusia (kekerabatan) tidak ada lagi tempat untuk mengadi, tetapi Daud memiliki Allah. Orang tua pasti memiliki keterbatasan di dalam menjaga dan mengasihi anaknya, tetapi Allah, yang adalah pemilik kehidupan ini dengan kuasa dan kasihnya akan senantiasa menjaga kehidupan umatNya.

Daniel 3 : 21 - 29

Perikop ini menyatakan bagaimana Allah dengan kuasanya mampu meluputkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari perapian yang menyala-nyala. Kepatuhan dan kesetiaan dan iman mereka kepada Allah membawa mereka kepada keselamatan jiwa raga. Nyatalah kuasa dan kemuliaan Allah yang senantiasa menjaga dan melindungi anak-anakNya dari segala kesusahan dan sengsara. Allah tidak akan membiarkan ketidakbaikan dan kebinasaan mendekat kepada setiap orang yang sungguh percaya kepadaNya. Iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah iman yang teruji sekalipun nyawa mereka terancam. Tidak ada sedikitpun penyangkalan iman yang mereka lakukan kepada Allah sekalipun pada saat itu raja Nebukadneser telah membuat suatu perintah bagi semua rakyat supaya menyembah patung emas dan barangsiapa yang melanggar perintah itu haruslah dibuang hidup-hidup kedalam perapian yang menyala-nyala. Hal itu tidak membuat Sadrakh, Mesakh dan Abednego meninggalkan iman percayanya kepada Allah. Allah menyatakan kuasaNya dengan meluputkan mereka dari perapian yang menyala-nyala itu (bahkan 7 kali lebih panas dari biasanya) dan hal ini membuat raja Nebukadneser yaang tidak percaya kepada Allah mengakui kemahakuasaan Allah dan mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyembah Allah.

APLIKASI

1.   Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang hidup tanpa beban dan pergumulan. Segala pergumulan dan tantangan itu tujuannya adalah untuk membuktikan kemurnian iman kita sebagai orang yang percaya kepada Allah (1 Petrus 1 : 7). Oleh karena itu jangan pernah lari dari pergumulan dan tantangan hidup tetapi sebagai anak-anak Allah harus tetap berani       menghadapi masalah itubersama-sama dengan Allah. Bukan dengan mengandalkan diri, harta, jabatan/pangkat atau manusia tetapi dengan tetap mengandalkan Allah sebagai satu-satunya benteng perlindungan dan keselamatan kita. Sekalipun berada   dalam kesesakan yang begitu mengancam, tetaplah berseru kepada Allah dan Dia (dengan caraNya dan pada waktuNya) akan mendengar dan menjawab serian setiap anak-anakNya. Tetaplah hidup dalam iman dan pengharapan kepada Allah saja.

2.   Tetaplah menjaga persekutuan yang intim dengan Allah. Persekutuan yang benar dengan Allah akan senantiasa membuat kita menjadi orang percaya yang tangguh dalam menghadapi segala pergumulan dan situasi hidup ini. Sekalipun hidup berada dalam keterancaman tetapi oleh karena persekutuan dengan Allah, kita tidak aka goyah dan kalah.

3.   Tetaplah hidup dalam kesetiaan dan ketaatan akan firman Allah. Keberbedaan kita dari dunia dan keberanian kita menyaksikan identitas keimanan kita malalui tingkah laku kehidupan kita itulah yang Allah inginkan. Tidak sedikit anak-anak Allah yang kehilangan identitas keimanannya hanya oleh karena tuntutan kehidupan. Bahkan ada yang meninggalkan Allah hanya demi mendapatkan pengakuan dari dunia ini.

4.   Sekalipun kita ini adalah manusia yang terbatas, sekalipun orang-orang disekitar kita meninggalkan kita. Ingatlah bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Sungguh Tuhan kita Yesus Kristus telah naik ke sorga, tetapi IA menjanjikan Roh Kudus sebagai penolong bagi kita; yang akan senantiana menuntun, menguatkan dan menghibur kita disepanjang jalan kehidupan ini. Jangan pernah meratapi keadaan, jangan pernah menyalahkan Tuhan, jangan biarkan kondisi kehidupan (baik keterpuruken dan kesenangan) menguasai diri kita dan membuat iman percaya kita goyah.

Pdt. Elba Pranata Barus

GBKP Runggun Bandung Timur