Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Khotbah : Lukas 8 : 1-3 ; Minggu tgl 8 Oktober 2017

Invocatio:

Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (Efesus 4: 11)

Bacaan: II Raja-Raja 4: 1-13

Khotbah: Lukas 8: 1-3

Thema: Menopang Pelayanan Hamba Tuhan

           Perbuatan-perbuatan ajaib Elisa yang tercatat dalam 2 Raja-Raja 4: 1-13 menyajikan kebenaran-kebenaran rohani dalam tindakan yang dramatis. Kisah janda dengan dua orang anaknya menyatakan bahwa Allah memperdulikan umat-Nya yang setia yang ada dalam kesulitan dan memerlukan pertolongan. Janda dan kedua anaknya itu mewakili umat Allah yang ditinggalkan dan ditindas. Dalam PL dan PB belas kasihan dan perhatian kepada mereka yang berkekurangan adalah tanda-tanda iman sejati kepada Allah dan kesalehan yang benar (Kel. 22: 22-24; Ul. 10: 18; 14: 29; Ayub 29: 12; Yak. 1: 27).

Pelayanan Elisa sebagai nabi dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tidak ada kebutuhan baik pribadi maupun nasional yang tidak bisa dipenuhi Allah bahwa segala yang terjadi ada ditangan-Nya dan bahwa Dia memperhatikan umat-Nya. Elisa dalam bahan bacaan ini bisa dikatakan sebagai Hamba Tuhan milik semua orang. Tidak mudah bagi seseorang juga Elisa untuk menjaga diri tetap rendah hati ketika ia sedang populer. Kecenderungan untuk memegahkan diri dan merendahkan orang lain adalah godaan besar baginya. Apalagi bila pergaulannya di kalangan elit, sulit baginya memberi perhatian kepada orang kecil. Nama Elisa semakin populer di Israel. Ia dianggap sebagai pemimpin para nabi di Israel. Ia adalah hamba Allah yang dikenal dan dihormati di kalangan raja. Namun, Elisa tidak menjadi sombong. Ia tetap dapat didekati oleh orang-orang kecil seperti janda miskin daei kelompok para nabi ini (ay. 1). Kepedulian Elisa itu nampak pada sikapnya yang memberi perhatian khusus terhadap masalah janda tersebut. Pertama, ia menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan janda ini. Kedua, ia tidak sekedar memberi pertolongan tetapi mencoba mengerti situasi dan kondisi si janda itu. Tujuan sikap Elisa adalah supaya ia dapat memberikan pertolongan yang tepat sasaran, sekaligus mendorong si janda untuk memanfaatkan apa yang masih ada padanya. Pertolongan yang dilakukan Elisa kepada janda itu bersifat memberikan kail dan bukan sekedar menyediakan ikan. Ketiga, pertolongan yang diberikan Elisa tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan sesaat tetapi untuk mendatangkan masa depan yang lebih baik.

Elisa yang dalam pelayanannya banyak berhadapan dengan orang-orang kecil dan masyarakat biasa, memberikan teladan yang baik tentang sebuah pelayanan yang mengentaskan. Ketika seorang janda yang anak-anaknya harus dijual sebagai budak untuk membayar hutang-hutangnya datang minta pertolongan kepadanya, maka Elisa menyambut dengan penuh empati dan peduli, menyatakan siap membantunya. Namun, sang janda harus bekerja bersama anak-anaknya meminjam buli-buli sebanyak-banyaknya, menuangkan minyak ke dalamnya dan kemudian dijual. Dari hasil usaha, yang dibantu oleh mujizat Allah, sang janda berhasil membayar hutang dan mempunyai uang untuk hidup selanjutnya. Artinya, hidupnya tidak lagi bergantung pada bantuang orang lain.

Apa yang dialami sang janda itu dan juga Elisa bisa juga disejajarkan dengan apa yang dialami oleh Daud ketika ia dalam masa pelarian dikejar-kejar oleh Saul mertuanya. Daud sedang bersembunyi di Gua Adulam. Ia akan dibunuh oleh Raja Saul. Itu gara-gara Daud terlalu populer. Daud adalah seorang perwira muda yang memang populer. Ia cakap memimpin pasukan. Ia juara memanah. Ia juga digemari orang karena cakap berpantun dan main kecapi. Begitu populernya Daud sehingga putra mahkota Raja Saul, Yonatana sangat memuja Daud. Semua itu menyebabkan Raja Saul mengiri dan membenci Daud. Kebencian itu terus memuncak. Berkali-kali Raja Saul berniat membunuh Daud. Akibatnya, Daud melarikan diri dan bersembunyi di gua-gua. Di tengah kesepian dan tekanan batin itu Daud membutuhkan penghiburan dan dorongan semangat. Apakah Tuhan mendengarkan jeritan hati Daud? Apakah Tuhan mengirim orang-orang yang dapat menghibur Daud? Memang Tuhan mengirim dua gelombang orang ke tempat persembunyian Daud menurut 1 Samuel 22: 1-2. Namun, siapa mereka dan apakah mereka datang untuk menghibur Daud? Gelombang pertama adalah sanak saudara Daud. Mereka bergabung dengan Daud sebab mereka juga sedang dikejar oleh Raja Saul. Mereka mau ikut bersembunyi dengan daud. Gelombang kedua adalah “setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati”. Mereka datang untuk meminta pertolongan Daud. Jadi, orang-orang ini datang kepada Daud bukan untuk menghibur dan mendorong semangat Daud, melainkan sebaliknya yaitu untuk minta penghiburan dan dorongan dari Daud. Mereka datang bukan untuk memberi pertolongan, melainkan untuk meminta pertolongan. Bayangkan reaksi Daud ketika melihat orang-orang ini datang. Apalagi jumlah mereka cukup banyak, yaitu 400 orang. Mungkin Daud berpikir, “Lho, saya sendiri sedang kesusahan. Mengapa Tuhan malah mengirim orang-orang yang juga kesusahan? Mereka malah akan menyusahkan aku”. Ternyata itulah justru cara Tuhan menolong Daud. Tuhan menghibur Daud dengan cara memberikan kesempatan pada Daud untuk menghibur orang lain. Tuhan mendorong semangat Daud dengan menyuruh daud mendorong semangat orang lain. Dengan begitu, Tuhan memakai terapi yang membuak objek berubah fungsi menjadi subjek. Sebagai hasil terapi ini, Daud yang semula meratapi diri sendiri tersentak menghadapi orang-orang yang memerlukan pertolongannya. Lalu Daud bersibuk menolong mereka dan menjalankan peran kepemimpinan atas mereka.

Tiap orang sekali waktu memang perlu berada di pihak penerima: menerima dorongan semangat, menerima penghiburan atau menerima pertolongan. Namun, jika kita terlalu lama berada dalam situasi ini maka kita bisa jatuh dalam sikap “mengasihani diri”. Orang yang mengasihani diri sendiri biasanya membesar-besarkan penderitaan dan kemalangannya, sehingga akibatnya ia merasa sangat iba pada diri sendiri, yaitu kemalangan dirinya. Lalu ia kecewa bahwa orang lain tidak mengasihani dia. Akibatnya ia makin merasa kasihan pada dirinya. Lingkaran setan ini bisa menjadikannya sangat egosentris. Di hadapan Tuhan pun orang yang mengasihani dirinya sendiri dapat menjadi egosentris. Yang menjadi pusat doa adalah kemalangan dirinya. Apa Tuhan mendengar doa itu? Ya. Namun, bentuk pertolongan Tuhan belum tentu sesuai dengan apa yang diminta dalam doa. Daud meminta agar Tuhan mengirim orang-orang yang menghibur dia. Tuhan mendengar doa itu tetapi dengan cara yang sebaliknya, yaitu Tuhan mengirim orang yang meminta penghiburan dari Daud. Ternyata justru dengan menghibur orang lain, Daud menjadi terhibur.

Apa yang senantiasa Kristus kerjakan sepanjang hidup-Nya yaitu memberitakan Injil tanpa kenal lelah dan berbuat kebaikan di mana-mana. Dia seorang pengkhotbah yang berpindah-pindah tempat. Ia tidak membatasi diri pada satu tempat saja, melainkan memancarkan berkas-berkas cahaya-Nya. Ia pergi berkeliling mencari tempat baru yang paling mungkin menerima khotbah-Nya. Ia berjalan berkeliling dari kota ke kota, supaya tidak ada yang bisa mengeluh tidak diperhatikan. Dengan demikian Ia memberikan teladan kepada murid-murid-Nya, supaya mereka juga pergi mengunjungi bangsa-bangsa melintasi bumi seperti yang dilakukan-Nya di kota-kota di tanah Israel. Ia bahkan tidak menetap di kota-kota besar melainkan masuk ke desa, di antara penduduk desa yang sederhana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di pedusunan.

Dari mana Yesus memperoleh dukungan untuk keperluan hidup: Ia hidup dari kebaikan hati sahabat-sahabat-Nya. Ada beberapa orang perempuan, yang dengan teratur mengikuti pelayanan-Nya, yang melayani-Nya dengan kekayaan mereka. Beberapa dari mereka disebut namanya, tetapi masih ada lagi banyak perempuan lain, yang menerima pengajaran Kristus dengan tekun, dan menganggap diri mereka pantas menyokong pemberitaan ajaran-Nya itu karena mereka telah merasakan manfaatnya dan mereka mau beramal dengan harapan banyak orang akan menerima manfaat yang sama juga. Kebanyakan dari mereka pernah disembuhkan oleh Kristus dan mereka merupakan bukti dari kuasa dan rahmat-Nya. Mereka telah disembuhkan oleh-Nya dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit. Beberapa dari mereka pernah terganggu pikiran mereka. Ada yang depresi dan ada pula yang mengalami gangguan kesehatan jasmani dan Ia menyembuhkan mereka semua dengan kuasa-Nya yang ajaib. Dia adalah penyembuh tubuh maupun jiwa dan mereka yang telah disembuhkan oleh-Nya layak melakukan apa saja yang bisa mereka persembahkan kepada-Nya. Kita harus peduli untuk mengikuti-Nya supaya setiap saat kita bisa datang kepada-Nya untuk minta tolong saat tergelincir. Kita juga terikat dalam rasa syukur untuk melayani Dia serta Injil-Nya, karena Dia telah menyelamatkan kita melalui Injil-Nya.

Banyak dari antara mereka yang melayani rombongan Kristus dengan kekayaan mereka. Ini merupakan contoh keadaan berkekurangan yang rela dijalani Juruselamat kita sehingga Ia memerlukan bantuan, dan juga contoh kerendahan hati dan sikap merendahkan diri yang besar sehingga Ia mau menerimanya. Walaupun sebenarnya kaya, namun demi kita Ia rela menjadi miskin dan hidup dari sedekah. Janganlah orang merasa malu untuk meminta kebaikan hati dari sesamanya ketika Allah membawanya ke dalam kesukaran, tetapi biarlah ia meminta dan bersyukur ketika menerimanya sebagai sebuah kemurahan hati. Kristus lebih suka berutang budi kepada sahabat-sahabat-Nya yang sudah dikenali-Nya dan murid-murid-Nya daripada menjadi beban bagi orang-orang yang tidak dikenal-Nya di kota-kota dan desa-desa yang dikunjungi-Nya ketika berkhotbah. Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban bagi orang-orang yang diajar dalam firman Tuhan untuk berbagi dengan mereka yang mengajarkan banyak hal yang baik kepada mereka. Mereka yang memberi dengan murah hati dan penuh sukacita, menghormati Tuhan dengan kekayaan mereka dan membawa berkat ke atas kekayaan mereka itu.

Melalui khotbah kita minggu ini dengan Thema “Menopang Pelayanan Hamba Tuhan”. Semua kita diharapkan untuk mengambil bagian dalam mendukung pelayanan yang dilakukan oleh hamba Tuhan. Karena kita semua meyakini bahwa apapun pekerjaan yang kita kerjakan semua itu semata-mata untuk melayani Tuhan. Baik itu sebagai Pendeta, Pertua, Diaken, Nora, Naras, dll. Tentu kita menyadari bahwa semua itu perlu dukungan baik moril ataupun materil. Kita harus saling mendoakan. Saling menolong. Saling melengkapi. Melalui pengalaman seorang janda yang dilayani oleh Elisa, di situ bisa dilihat bahwa dalam memberikan penghiburan ataupun dukungan, maka sebenarnya kita pun dihibur dan didukung yang sama sekali tidak kita sadari kalau tidak dilanjutkan sampai ke 2 Raja-Raja 4: 8-13. Tuhan pasti memperhitungkan sesaknya batin kita dalam pelayanan yang penuh dengan tantangan. Kita adalah satu keluarga dalam keluarga Tuhan untuk memberitakan Injil, maka kita perlu saling menopang, baik jemaat atau pejabat gereja karena kita semua adalah pelayan Tuhan dalam bentuk yang berbeda. Terkadang kita mengeluh seperti merasa beban pelayanan kita yang paling berat. Namun jika kita melihat apa yang dialami Daud di atas, justru Allah menguatkan Daud dengan memberikan orang yang terguncang hidupnya untuk dihibur oleh Daud, padahal Daud juga sedang tertekan. Agar mereka bisa saling mendukung untuk kehidupan yang lebih kuat. Apapun itu harus jadi perenungan bagi kita semua bahwa dibalik setiap Hamba-Hamba Tuhan yang melayani dengan tulus di gereja kita, ada iblis yang mengharapkan kejatuhannya, jika kita sering mengkritiknya seharusnya 2 kali lipat kita harus lebih sering mendoakannya. Mari terus saling mendukung dan saling menopang untuk pekerjaan Tuhan yang kita kerjakan di kebun anggurnya Tuhan.

Bahan khotbah ini ditutup dengan satu cerita/ilutrasi yang hendaknya jadi perenungan kita bersama. Salah satu tugas yang paling susah yang harus ditangani oleh gereja adalah memilih pendeta yang baik.

Seorang anggota SDM Gereja setelah melewati proses yang panjang dan melelahkan dalam menentukan calon pendeta gerejanya akhirnya kehilangan kesabaran karena satu demi satu pemohon yang memasukkan lamaran ditolak oleh Biro SDM yang bertanggungjawab. Akhirnya anggota ini berdiri dan membacakan sepucuk surat yang katanya dari seorang pemohon:

Yth. Bapak-bapak,

Saya mendapat tahu ada lowongan di gereja Anda. Saya mau melamar untuk posisi itu. Saya mempunyai banyak pengalaman dan cukup layak untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Saya seorang pengkhotbah yang sukses dan juga seorang penulis yang sukses. Ada juga orang yang berkata bahwa saya seorang pengurus yang baik. Selama ini saya telah menjadi seorang pemimpin di tempat-tempat yang saya layani.


Usia
saya lebih dari 50 tahun dan saya tidak pernah melayani di suatu tempat lebih dari tiga tahun. Di beberapa tempat saya harus meninggalkan kota itu karena pelayanan saya mengakibatkan kekacauan dan menganggu kesejahteraan orang lain. Saya juga harus mengakui bahwa saya pernah dipenjarakan tiga atau empat kali, tetapi yang jelas penangkapan saya itu bukan karena kesalahan saya.

Kesehatan saya juga kurang bagus, namun saya tetap dapat mengerjakan banyak hal.  Gereja-gereja yang pernah saya layani semuanya kecil-kecil walaupun letaknya di beberapa kota yang besar

Hubungan saya dengan pemimpin keagamaan di kota-kota tempat saya melayani tidaklah begitu bagus. Pada kenyataanya, beberapa pernah mengancam saya dan bahkan menyerang saya secara fisik. Saya tidak begitu bagus dalam menyimpan catatan. Saya bahkan sudah lupa siapa  yang  pernah saya baptis.

Bagaimanapun jika Saudara mau memakai saya, saya berjanji untuk melakukan yang terbaik.


Sekian.
Selesai
membaca surat itu, anggota SDM itu berpaling kepada anggota yang lain dan bertanya, "Bagaimana menurut Bapak-bapak?" Apakah kita menerima orang ini saja?"

Anggota-anggota yang lain semuanya kaget!! Mempertimbangkan orang yang sakit-sakitan, pencetus masalah kemana dia pergi, mempunyai ingatan yang kurang bagus dan yang lebih parah lagi mantan narapidana!! Gila!! Siapa dia yang begitu berani melamar kesini dengan latarbelakang yang begitu buruk?? Anggota  SDM  yang membacakan surat khayalan itu memandang mereka semua dan berkata," Surat ini ditandatangani oleh Rasul Paulus!"
Dibata
natap seh kupusuh, manusia natap terjeng rupa...

 

Pdt. Andreas Pranata S. Meliala, S.Th

Khotbah : Efesus 6 : 18-24 , Minggu 01 OKTOBER 2017. (Minggu Berdoa Untuk Pelayan Tuhan )

 KHOTBAH MINGGU TANGGAL 01 OKTOBER 2017.

(Minggu Berdoa Untuk Pelayan Tuhan )

Invocatio    :    Berdoalah juga untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami. (Kolose 4 : 3a).

Bacaan       :    Mazmur 72 : 1 – 7 (Responsoria).

Khotbah     :   Efesus 6 : 18 - 24.

Tema          :    “Pelayan  kuat oleh Doa Jemaat” (Serayan Megegeh ibas Toto Perpulungen)

 

1.      Firman Tuhan pada Minggu ini diawali dengan suatu pertanyaan yang sangat sederna, namun sangat penting sekali; “Mana lebih sering kita berdoa untuk para pelayan atau mengkritiknya,membicarakannya kesana kemari???. Mungkin kita merasa bahwa Pelayan tidak perlu didoakan oleh jemaat tapi sebaliknya Pelayanlah yang harus mendoakan jemaatnya.

Minggu ini adalah Minggu Berdoa untuk Pelayan, pertanyaan selanjutnya mengapa pelayan (Baca: Pendeta) perlu didoakan? 

Para pelayan perlu diprioritaskan karena posisinya yang strategis merupakan sasaran utama peperangan Setan. John Vaughan dari International Mega Church Research Centre dan Southwest Baptist University dalam penerbangannya dari Detroit ke Boston memperhatikan orang yang duduk dihadapannya menundukkan kepala dan menggerakkan bibirnya seperti berdoa. Setelah selesai, John bertanya, "Saudara Kristen ?" Orang tersebut tidak mengetahui bahwa John seorang gembala dan menjawab, "Oh, bukan. Saudara salah duga. Saya bukan Kristen, tetapi saya pengikut setan!" John bertanya apa yang didoakannya sebagai pengikut setan. Orang itu bertanya,"Saudara ingin tahu?" Dan ketika John mengiakan, pengikut setan itu menjawab,"Perhatian utama saya terarah pada kejatuhan para pendeta Kristen dan keluarga mereka yang tinggal di New England." Bayangkan jika pengikut setan setiap hari berdoa (mengutuk) pendeta, maka umat Kristen pun perlu juga berdoa untuk pendeta mereka agar tidak dikalahkan setan. 

 

2.      Peperangan orang Kristen melawan kekuatan iblis menuntut kesungguhan dalam doa, yakni doa setiap waktu doa yang tak putus-putusnya.

Kata “berdoa setiap waktu” berarti juga “Kesempatan” yaitu suatu waktu tertentu saat terjadinya suatu pristiwa atau mungkin lebih jelas diterjemahkan:”Untuk itu berdoalah setiap kali kalian melakukan sesuatu”, sedangkan kata “tak putus-putusnya” berarti juga “dalam setiap kegigihan dan permohonan”. Kegigihan=ketekunan=ketabahan.

Paulus meminta supaya berdoa “bagi orang-orang kudus”=”Bagi semua umat”.

Paulus tidak ingin mereka membatasi doa hanya untuk dia sendiri, meskipun dia memang menyebut dirinya pada ayat berikutnya.

 

3.      Juga untuk aku”, beberapa kali Paulus meminta jemaat berdoa baginya.

“Selanjutnya, saudara-saudara,  berdoalah untuk kami , supaya firman Tuhanberoleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu”. 2 Tes 3:1

 

“Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untu pemberitaan kami, ..." Kolose 4:3a

 

Ibrani 13:18, "Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik."

 

4.      Beberapa alasan mengapa pelayan perlu didoakan 

·         “agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia injil”(ay.20) // “supaya Firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan” 2 Tes 3:1. // supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami.

·         Bdk.Bacaan:Maz 72. “Kiranya ia(Raja Baca Pelayan) mengadili umatnya dengan keadilan, kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dsbnya.

Pelayan perlu didoakan agar tetap tertuju mata dan hatinya kepada pemberitaan keselamatan, “maju tak gentar membela yang benar”.

Pelayan perlu didoakan karena seorang Pelayan mempunyai tanggung jawab yang lebih banyak. 

Dalam Yakobus 3:1 tertulis Saudara-saudaraku, janganlah banyak di antara kamu mau menjadi guru, sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. 

 

5.      Pada bagian Penutup suratnya kepada jemaat Efesus ini, Paulus mengutus Tikhikus, hamba yang setia dan kawan pelayanan dalam Tuhan (Bd.Kolose 4:7). Paulus sangat rindu akan jemaat Efesus, ingin mengetahui keadaan jemaat dan juga agar jemaat mengetahui keadaannya. Pada bagian akhir Paulus berdoa serta “melepas berkat” bagi jemaat. “Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.

 

CATATAN :

Salah satu “keunikan” atau juga beleh disebut “teologi” Paulus dalam setiap suratnya dimulai dan diakhiri dengan Doa/Berkat “ karih karunia....”

Rm 1:7 ; 16:24  // 1 Kor 1:3 ; 16:24  //  2 Kor 1:2 ; 13:13 // Gal 1:3 ; 6:16 // Ef 1:2 ; 6:24 // Flp 1:2 ; 4:23 // Kol 1:2 ; 4:18 // 1 Tes 1:1 ; 5:28 // 2 Tes 1:2 ; 3:18 // 1 Tim 1:2 ; 6:21 // 2 Tim 1:2 ;4:22 // Tit 1:4 ; 3:15 // Flm 1:3 ; 1:25.

Pdt.Iswan Ginting Manik

GBKP Pondok Gede

HP. 0812-7020-9020 

Khotbah Keluaran 33 : 11; Bilangan 27 : 15 – 23, Minggu 10 September 2017. MINGGU PERMATA GBKP

Bimbingan Khotbah, Minggu 10 September 2017

Minggu XII Setelah Trinitatis/ Minggu PERMATA GBKP

 

Invocatio  : 

“Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanaman-tanaman yang tumbuh menjadi    besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana” (Mazmur  144 : 12)

Khotbah : 

Keluaran 33 : 11;  Bilangan 27 : 15 – 23

Tema : 

“Menjadi Pemimpin Sejak Muda”

 

Pendahuluan

Yang muda yang berkarya; yang muda yang berprestasi dan Berjaya’. Inilah harapan orang-orang muda dan juga para orangtua. Hal ini sudah terbukti. Di tingkat global kita mendengar dan melihat sosok seperti Emmanuel Macron presiden termuda yang memimpin Prancis saat ini, Mark Zuckerberg seorang muda pemilik sekaligus pemimpin Facebook yang hebat dan luar biasa. Di tingkat nasional kita mendengar gubernur Lampung saat ini menjadi pemimpin dan gubernur termuda di Indonesia. Memimpin di usia muda, memimpin sejak muda ternyata bisa. Tuhan mau dan Tuhan berkenan memakai orang muda memimpin dan jadi pemimpin. Namun demikian pemimpin tidak terlahir dengan sendirinya. Pemimpin harus disiapkan dan dipersiapkan. Tantangan menjadi pemimpin tidak sedikit dan tidak ringan. Lihatlah peredaran NARKOBA yang luar biasa saat ini. Ratusan kilogram bahkan berton-ton barang haram dan terlarang tersebut ditangkap POLRI. Indonesia menjadi sasaran perederan dan perdagangan NARKOBA internasional. Target korbannya sebagian besar adalah pemuda-pemudi bangsa. 50 orang mati di Indonesia gara-gara narkoba setiap hari. Sebagian besar korbannya adalah pemuda. Selain bahaya narkoba, pergaulan bebas (free sex) adalah juga tantangan kaum muda. Sehingga untuk menjadi pemimpin di saat sekarang maupun nanti benar-benar menjadi tantangan. Sekalipun demikian, Firman Tuhan hari ini tetap memanggil kaum muda khususnya para pemuda gereja untuk menjadi pemimpin.       

ISI

Nabi Musa sadar akan pentingnya pemimpin bangsa Israel (ayat 15-17, 22-23)

Nabi Musa tidak diizinkan Tuhan memimpin bangsa Israel sampai ke tanah perjanjian di Kanaan. Hal ini terjadi karena Musa telah berdosa dengan tidak menjaga kekudusan Tuhan. Musa tidak sabar menunggu tindakan Tuhan dan memukul batu di Masa dan Meriba ketika bangsa Israel bersungut-sungut meminta air. Oleh karena itu, Tuhan hanya memberi kesempatan kepada Musa untuk melihat tanah Kanaan dari kejauhan yaitu dari gunung Abarim/ Nebo (ayat 12-14). Walau Musa tidak diizinkan Tuhan terus memimpin Israel sampai ke Kanaan, namun Musa tetap menunjukkan kedewasaan iman dan kepemimpinannya. Musa tetap taat dan memikirkan akan kepemimpinan selanjutnya setelah dia. Musa bukanlah gila jabatan. Musa tidak juga pribadi yang egois. Ia tidak mengutamakan kepentingan pribadinya tetapi terlebih kepentingan bangsanya. Karena itu Musa meminta kepada Tuhan agar mengangkat seorang pemimpin menggantikan dia. Seorang pemimpin untuk mengepalai/ memimpin bangsanya keluar dari padang gurun dan pada waktunya memimpin dan memasuki tanah Kanaan. Musa tidak mau bangsanya seperti domba-domba yang tidak punya gembala (ayat 15-17). Kita lihat Musa taat melakukan apa yang diminta dan diperintahkan Tuhan kepadanya (ayat 22, 23).

      Seperti Musa, gereja juga harus sadar akan pentingnya dan perlunya pemimpin. Seperti Paulus yang mendidik dan memperlengkapi Timotius menjadi pemimpin, maka gereja terutama pejabat gereja harus mendidik, melatih dan memperlengkapi jemaatnya menjadi pemimpin sejak mudanya. Marilah para pendeta, pertua dan diaken menyadari panggilan dan kehendak Tuhan akan pemimpin dan kepemimpinan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi jemaatnya. Janganlah para pejabat Tuhan mementingkan diri sendiri tetapi kepentingan umum, kepentingan bersama. Kepentingan diri sendiri harus diletakkan di bawah kepentingan bersama. Jangan sepele atau anggap ringan soal kepemimpinan gereja. Jangan setelah duduk (baca ‘menjabat’) lupa berdiri (haus kekuasaan). Gereja harus mejadi garda terdepan dalam hal kepemimpinan. Tidak boleh ada kekosongan pemimpin dan semangat kepemimpinan yang  benar, pintar, bijak dan bersih baik di gereja maupun di bangsa kita. Bila sudah saatnya kata Tuhan melalui orang banyak mundurlah dengan jiwa besar. Berilah kesempatan kepada yang lain yang lebih mampu. Kepemimpinan malah harus dipersiapkan. Pendidikan, pembinaan,  pelatihan dan kaderisasi pemimpin dan kepemimpinan harus dipikirkan dan dipersiapkan.  

 

TUHAN menunjuk Yosua menggantikan nabi Musa (ayat 18-21)

             Tuhan menjawab permintaan Musa. Tuhan bahkan memerintahkan Musa sedemikian rupa, terperinci apa yang harus dia lakukan terhadap Yosua untuk menjadi seorang pemimpin Israel. Dengan cara itu jelaslah dan nyatalah bahwa adalah kehendak Tuhan dan ketetapanNyalah Yosua memimpin umatNya.  

Tuhan yang memilih, mengangkat dan menetapkan para pemimpin. Jabatan pemimpin datang dari Tuhan (bnd Efesus 4:11). Tuhan tahu siapa yang bisa menjadi pemimpin. Dia tahu yang terbaik. Tuhan telah memilih siapa yang akan memimpin dan jadi pemimpin. Tuhan tidak pernah salah memilih pemimpin umatNya. Manusialah yang kadang dan sering salah dalam memilih pemimpinnya. Karena itu Tuhan pernah mengingatkan Samuel dengan berkata, ‘Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati’ (1 Samuel 16:7). Dalam kita memilih pemimpin, mintalah bimbingan, tuntunan dan pertolongan Roh Kudus

Yosua sang Pemimpin yang muda

            Tuhan menunjuk Yosua bin Nun yang masih muda, seorang yang penuh roh untuk diangkat menggantikan Musa. Ada beberapa kriteria seorang pemimpin yang kita dapati pada diri Yosua yaitu: dipenuhi roh, sejak kecil mau dan senang beribadah. Ia tidak meninggalkan kemah (Kemah pertemuan) ketika Musa berjumpa dan bercakap-cakap dengan Tuhan di padang gurun (bnd. Keluaran 33:11), Yosua menjadi abdi Musa sejak masih kecil, setia mengikut dan melayani Musa, dan taat ketika Musa menyuruh dia berperang melawan orang Amalek di Rafidim (Keluaren 17:8-15). Dalam bacaan kita yang pertama kita melihat Timotius seorang muda yang memimpin dan melayani jemaat Efesus. Sama seperti Yosua, Timotius sejak kecil dididik dan dilatih tekun beribadah oleh neneknya Lois dan ibunya Eunike (2 Timotius 1:5). Timotius tidak boleh rendah diri oleh karena dia masih muda. Yusuf memimpin Mesir sebagai orang kedua ketika umurnya 30 tahun (Kej. 41:46).

Tema: “Menjadi pemimpin Sejak Muda”. Menjadi pemimpin tidak harus di saat tua, boleh di saat usia muda. Menjadi pemimpin tidak terjadi dengan sendirinya. Didikan, latihan dan displin adalah keharusan bagi anak sejak kecil. Firman Tuhan berkata, ‘Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu’ (Amsal 22:6). Menjadi pemimpin tidak melulu soal pemimpin besar seperti presiden, gubernur, bupati, direktur, manajer, sekretaris eksekutif, ketua Moderamen, klasis, runggun dst. Ya, menjadi pemimpin itu mulai dari diri sendiri. Menjadi pemimpin bagi diri sendiri, bisa memimpin dan menguasai diri sendiri. Orang muda bisa berkarya, orang muda bisa berprestasi. Tunjukkan bahwa kamu orang muda juga bisa memimpin. Ayo Permata kamu bisa. Bisa apa? Bisa memimpin dengan baik. ‘Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu’ (1 Tim. 4:12). Jangan mau direndahkan atau dianggap rendah oleh orang lain. Terlebih jangan merendahken diri sendiri dengan kebiasaanmu, prilakumu dan karaktermu yang buruk. Percaya kepada Tuhan bahwa Dialah yang menolong dan memampukanmu. Tunjukkan kualitas hidupmu. Jadilah inspirator dan motivator yang baik bagi temanmu, sesamamu. Percaya pada diri sendiri, percaya kepada kapasitas dann kapabilitas yang Tuhan beri. Berlombalah menjadi teladan dalam hal yang baik. Latihlah dirimu hai para pemuda untuk beribadah. ‘Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang’ (1 Tim. 4:8).

 Penutup/ kesimpulan

       Sekali lagi selamat Ulang Tahun PERMATA GBKP yang ke 69 tahun. Bertekunlah di dalam Tuhan. Bertekun dalam latihan rohani. Rajin dan giat dalam program-program Permata juga runggun. Jadilah teladan sebagai pemuda-pemudi gereja. Kenali potensi dan talentamu. Pakai dan kembangkanlah itu. Jangan tunggu dan jangan tunda melayani Tuhan sejak masa mudamu. Maka engkau akan dipakai Tuhan lebih lagi dalam KerajaanNya. Dan engaku akan semakin diberkati dan berbahagia.  Amin.

 

Pdt. Juris F. Tarigan, MTh

GBKP RG Depok - LA

081316879945

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate